I.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Hama dan penyakit
tanaman merupakan salah satu hambatan sebagai faktor pembatas dalam hasil panen
kegiatan budidaya tanaman Melon. Oleh karena itu masalah mengenai hama dan
penyakit tanaman merupakan kendala yang perlu selalu diantisipasi
perkembangannya karena dapat menimbulkan kerugian bagi petani. Selama ini,
petani hanya mengandalkan pestisida untuk memberantas Organisme Pengganggu
Tanaman, padahal cara ini dapat menimbulkan permasalahan baru terkait
terganggunya stabilitas ekosistem yang berakibat munculnya kasus ledakan hama.
Tanaman Melon merupakan
tanaman pangan pengahasil buah-buahan yang banyak disukai masyarakat Indonesia.
Permintaan akan kebutuhan buah Melon yang melebihi dari ketersediaan Melon itu
sendiri, menyebabkan Melon memiliki harga jual yang cukup lumayan. Budidaya
tanaman Melon dapat mendatangkan keuntungan yang besar jika dapat menerapkan
prinsip-prinsip budidaya pertanian yang benar menurut era pertanian sekarang
yang menekankan akan pentingnya keanekaragaman hayati.
Pengendalian hama
terpadu merupakan suatu cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian
OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi eknonomi dalam
rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan.
Praktikum Pengendalian Hama Terpadu ini dilaksanakan supaya mahasiswa mampu
menganalisis teori pertanian yang diajarkan dalam kuliah dengan kondisi
lapangan kegiatan pertanian di sekitarnya untuk dapat diambil jalan tengah agar
teori pertanian yang diajarkan bisa sejalan dengan kegiatan pertanian di
lapang.
2.
Tujuan
Praktikum
Tujuan dari
dilaksanakannya praktikum Pengendalian Hama Terpadu ini adalah sebagai berikut:
a.
Mengevaluasi tindakan petani dalam
pengelolaan OPT dan cara budidaya tanaman apakah sudah sesuai dengan prinsip
PHT.
b.
Menilai resiko OPT yang berkembang pada
lahan praktikum, baik untuk musim tanam sekarang maupun musim tanam yang akan
datang.
Manfaat dilakukannya
praktikum Pengendalian Hama Terpadu bagi mahasiswa antara lain:
a.
Memberikan pengalaman lapang kepada
mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan teknik pengumpulan informasi, khususnya
wawancara dan observasi tentang kondisi lingkungan lahan, keberadaan OPT, cara
budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta kondisi social
ekonomi petani.
b.
Melatih mahasiswa bekerjasama dalam
kelompok.
c.
Melatih mahasiswa mempresentasikan hasil
kegiatan ilmiahnya.
3.
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum Pengendalian
Hama Terpadu ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai
Desember 2014 di Lahan Melon 3,
Selatan Kompleks Perumahan Griya Gedongan Indah, Jl. Adi Sumarmo, Colomadu,
Karanganyar.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Karakteristik
Melon
Untuk memudahkan sistem
penanaman dan pengelompokan melon, para ahli mengklasifikasikan melon dalam dua
tipe, yaitu:
a.
Tipe Netted-Melon
Ciri-ciri:
kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar seperti jala (net); aroma
relatif lebih harum dibanding dengan winter–melon; lebih cepat masak antara
75–90 hari; awet dan tahan lama untuk disimpan.
Varietas:
(1) Cucumis melo var. reticulatus, buah kecil, berurat seperti jala dan
harum; (2) Cucumis melo var. cantelupensis, buah besar, kulit bersisik
dan harum.
b.
Tipe Winter-Melon
1) Ciri-ciri:
kulit buah halus, mengkilat dan aroma buah tidak harum; buah lambat untuk masak
antara 90–120 hari; mudah rusak dan tidak tahan lama untuk disimpan; tipe melon
ini sering digunakan sebagai tanaman hias.
2) Varietas:
(1) Cucumis melo var. inodorous, kulit buah halus, buah memanjang dengan
diameter 2,5–7,5 cm; (2) Cucumis melo var. flexuosus, permukaan buah
halus, buah memanjang antar 35–70 cm; (3) Cucumis melo var. dudain, ukuran
kecil-kecil, sering untuk tanaman hias; (4) Cucumis melo var. chito, ukuran
buah sebesar jeruk lemon, sering digunakan sebagai tanaman hias (Prihatman
2000).
2. Syarat
Tumbuh
a.
Iklim
1) Angin
yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon, dapat
2) mematahkan
tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.
3) Hujan
yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk
4) dan
dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi
5) patogen.
Saat tanaman melon menjelang panen, akan mengurangi kadar gula dalam buah.
6) Tanaman
melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya.
7) Tanaman
melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya.
8) Suhu
pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30 derajat C. Tanaman melon tidak dapat
tumbuh apabila kurang dari 18 derajat C.
9) Kelembaban
udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Dalam
kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit (Prihatman 2000).
b.
Media Tanam
1) Tanah
yang baik untuk budidaya tanaman melon ialah tanah liat berpasir yang banyak
mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman melon berkembang.
Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah.
2) Tanaman
melon akan tumbuh baik apabila pH-nya 5,8–7,2.
3) Tanaman
melon pada dasarnya membutuhkan air yang cukup banyak. Tetapi, sebaiknya air
itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan (Prihatman 2000).
c.
Ketinggian tempat
Tanaman
melon dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–900 meter dpl. Apabila
ketinggian lebih dari 900 meter dpl tanaman tidak berproduksi dengan optimal
(Prihatman 2000)
d.
3. Penyakit
pada Melon
a.
Layu bakteri
Penyebab:
bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan dengan
perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky). Gejala:
daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun, warna daun menguning,
mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satu per satu, meskipun warnanya
tetap hijau, kemudian tanaman layu secara keseluruhan. Apabila batang tanaman
yang dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket
bahkan dapat ditarik seperti benang (Prihatman 2000).
Pengendalian:
(1) sebelum ditanami, lahan disterilisasi dengan Basamid G dengan dosis
40 g/m2; (2) benih di rendam dalam bakterisida Agrimyciin (oxytetracycline
dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate) dengan
konsentrasi 1,2 gram/liter ; (3) penyemprotan bakterisida ini pada umur 20 HST.
b.
Busuk Pangkal pada Batang
Penyebab:
Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala:
pangkal batang yang terserang mula-mula seperti tercelup minyak kemudian keluar
lendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun tanaman
yang terserang akan mengering apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi
kresek-kresek apabila diterpa angin. Pengendalian: (1) penggunaan mulsa
PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di
perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan; (2) daun-daun tanaman yang
terserang dibersihkan lalu disemprot dengan fungisida Derasol 500 SC
(carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter; (3) pangkal batang yang
terserang dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph)
dengan konsentrasi 5 m/liter (Prihatman 2000).
c.
af
4.
III.
METODE
PENGAMATAN
1. Alat
dan Bahan
a. Alat
1) Alat
transportasi
2) Alat
tulis
3) Kamera
4) Label
5) Tali
raffia sebagai penanda sampel
b. Bahan
1) Lahan
pertanaman hortikultura dan pangan mulai fase awal pertumbuhan tanaman Melon
2. Cara
Kerja
a.
Melakukan kunjungan tiap minggu ke lahan
Melon.
b.
Mewawancarai kepada petani pemilik lahan
mengenai seputar permasalahan yang akan diteliti pada pengamatan praktikum
pengendalian hama terpadu, meliputi: cara budidaya tanaman, karakteristik
lahan, pengendalian hama dan keadaan sosial ekonomi petani.
c.
Mengambil 30 sampel dengan metode
pengambilan sampel mengikuti pola huruf X pada lahan.
d.
Mencatat keadaan/gejala penyakit
masing-masing sampel pada logbook setiap minggunya sampai panen.
e.
Mengidentifikasi Penyakit Tanaman dengan
rumus seperti berikut:
1) IP
=
Keterangan: IP = Intensitas penyakit
n = Jumlah tanaman yang diamati menunjukkan
skor tertentu
v = Skor untuk tanaman tertentu
N = Nilai skor tertinggi
Z = Jumlah seluruh tanaman yang diamati
2) Insiden
penyakit =
Keterangan: A = Jumlah tanaman yang
sakit
B = Jumlah tanaman yang diamati
3) Penyakit
monosiklik:
atau
4) Penyakit
polisiklik:
Keterangan: r = Laju infeksi penyakit (per unit per
minggu)
t
= Interfal waktu pengamatan (mingguan)
Xo = Proporsi penyakit pada
awal pengamatan
Xt = Proporsi penyakit pada pengamatan ke-t
f.
Mengidentifikasi gulma, meliput:
1) Jenis
dan populasi gulma
2) Kondisi
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan/perkembangan dan penyebaran gulma
3) Cara
pengendalian yang sudah dilakukan dan akan dilakukan oleh petani untuk selang
waktu pengamatan berikutnya, dan lain-lain
g.
Mengidentifikasi cara budidaya tanaman,
meliputi:
1) Cara
budidaya tanaman mulai dari persiapan lahan sampai panen (cara-cara budidaya
yang telah dilakukan dan akan dilakukan pada selang waktu pengamatan
berikutnya).
2) Jenis
tanaman, kondisi kesehatan tanaman, jenis dan kondisi pertanaman disekitar
lahan; sejarah pertanaman (minimal 2 musim tanam sebelumnya), dan lain-lain.
h.
Mengidentifikasi kondisi lahan,
meliputi:
1) Kondisi
fisik dan biologi di atas dan dibawah permukaan tanah.
2) Sejarah
lahan (minimal 3 musim tanam sebelumnya).
3) Kondisi
lahan tetangga atau lahan sekitarnya, dan lain-lain.
i.
Mengidentifikasi analisis usahatani,
meliputi:
1) Biaya
produksi = biaya tetap + biaya variabel
2) Keuntungan
= penerimaan – biaya produksi
3) Break Even Point
(BEP)
·
BEP Produksi =
·
BEP Harga =
4) Return of Invesment
(RoI)
RoI =
5) Benefit Cost Ratio
(B/C ratio)
B/C ratio =
j.
Melakukan diskusi kelompok terkait
analisis dan masalah seputar lahan yang diamati.
k.
Melakukan konsultasi terhadap semua
permasalahan yang ditemukan di lapangan secara online atau langsung kepada
dosen pembimbing praktikum atau dosen pengampu mata kuliah PHT di kelas
masing-masing.
l.
Selanjutnya menggunakan data atau
informasi yang berhasil dikumpulkan untuk mengevaluasi PHT yang dilakukan
petani, sekaligus untuk menilai risiko OPT sebagai dasar budidaya musim tanam
berikutnya. Merumuskan laporan hasil
praktikum dalam bentuk makalah untuk diseminarkan.
IV.
HASL
PENGAMATAN
A. Metode
pengambilan sampel
B. Kondisi
Umum Lahan
Paktikum Pengendalian Hama Terpadu
dilakukan di lahan milik Bapak Jumroni
yang beralamat di Dusun, Desa, Kecamatan Colomadu, Karanganyar. Lokasi
penanaman untuk pembudidayaan melon berada dekat dengan jalan raya. Lahan areal
pertanaman seluas m2 dengan
populasi sekitar tanaman. Lahan melon
ini berbentuk bedengan-bedengan berjumlah bedengan membujur dari utara ke selatan. Di
setiap bedengan diberi mulsa plastik hitam perak (MPHP) untuk menjaga kelembaban
tanah dan mengurangi evaporasi. Pengairan dilakukan dengan air sumur
menggunakan pompa listrik.
Sebelum ditanami Melon, lahan tersebut
sebelumnya digunakan untuk budidaya Melon juga. Dalam 1 tahun lahan tersebut
ditanami padi-Melon-Melon. Kondisi pertanaman di areal sekitar lahan merupakan
lahan kosong (belum ditanami lagi). Lahan pertanaman melon Bapak Jumroni ini
berbatasan dengan:
Barat :
Timur :
Utara :
Selatan :
Berdasarkan hasil pengamatan lapang,
lahan disekitar lahan pertanaman melon miliknya baru saja menanam melon. Fakta
kondisi tersebut menyebabkan hama dan penyakit dari pertanaman melon sebelumnya
beralih ke lahan pertanaman melon milik Bapak Jumroni. Adanya hama dan penyakit
sisa tersebut menyebabkan pertanaman melonnya menjadi buruk.
C. Cara
Budidaya Tanaman
1. Penyemaian
Penyemaian dilakukan sebelum pengolahan tanah.
Bapak Jumroni mengatakan bahwa hal ini didasari karena setelah penyemaian, bibit tanaman
melon harus segera dipindah tanamkan.
Benih melon didapatkan dari saprodi terdekat dengan harga Rp
110.000,00/bungkus. Dibutuhkan sebanyak 10 sachet untuk ditanamkan di lahan pertanaman melon Bapak
Welas. Satu sachetnya kira-kira berisi 500 benih. Penyemaian dilakukan selama 1
minggu dengan menggunakan polybag kecil. Media yang digunakan adalah tanah
yang dicampur dengan pupuk kandang atau pupuk organik dengan perbandingan 1:1.
2. Pengolahan
Tanah dan Penanaman
Lahan dengan luas
2000 m2 diolah menggunakan cangkul. Setelah dicangkul,
kemudian dibuat bedeng dan didiamkan selama 3 hari. Setelah 3 hari,
bedengan ditutup dengan mulsa. Untuk lahan seluas ini dibutuhkan mulsa sebanyak
2,5 rol. Per rol dihargai sebesar Rp
525.000,00. Mulsa dapat dipakai berulang kali tergantung pada keadaan mulsa. Apabila masih baik,
maka akan dipakai lagi. Apabila sudah rusak karena dirusak kambing maka harus diganti dengan
yang baru setiap ganti musim tanam. Setelah ditutup dengan mulsa lalu dibuat lubang tanam. Jarak antar lubang tanam adalah
60-70 cm, sedangkan jarak antar bedeng sebesar 40-50 cm. Untuk musim tanam
kali ini, Bapak Welas menggunakan pupuk petro-organik yang ditaburkan 2 ons per
lubang tanam setelah dilakukan pengolahan.
Namun biasanya juga dapat menggunakan pupuk kandang
yang ditebar tepat setelah tanah diolah sebanyak
4 gerobak. Satu gerobak pupuk kandang biasanya dihargai Rp
100.000,00. Setelah pemberian pupuk,
maka setiap lubang tanam diberi lanjaran sebagai tempat tegakan tanaman.
3. Pemeliharaan
a. Pengairan
Pengairan dilakukan dengan menyedot air dari tanah menggunakan pompa. Pompa dibeli petani tahun lalu dengan harga Rp 2.500.000,00. Pengairan
dilakukan pada saat kondisi tanah benar-benar kering. Pengairan biasanya
dilakukan pada pukul 03.00 dini hari untuk menghindari kehilangan air yang
terlalu besar seperti pada saat siang hari. Pengairan dilakukan dengan
mengalirkan air pada parit di antara bedengan-bedengan namun jangan sampai
merendam bedengan. Pengairan dilakukan jika tanah menunjukkan kekeringan.
Petani sempat melakukan beberapa kali pengairan selama budidaya melon.
b. Pemupukan
Pemupukan yang pertama disebut dengan pemupukan kocor. Dilakukan dengan menggunakan campuran pupuk mutiara NPK dan ZA sebanyak masing-masing 1 sak. Pupuk dicampur menggunakan air dan setiap tanaman dipupuk sebanyak sekitar 250 ml. Pemupukan dilakukan 3-4 hari sekali selama 2
minggu pertama penanaman. Pemupukan kedua disebut dengan pemupukan jegol. Pemupukan jegol dilakukan tepat setelah pemupukan kocor. Campuran yang digunakan dalam pemupukan ini adalah pupuk mutiara
NPK dan phonska masing-masing
1 sak. Pupuk di benamkan dalam tanah di tengah jarak antar bedeng setiap empat tanaman. Pemupukan jegol dilakukan selama 40 hari. Selain pemupukan jegol dilakukan juga pemupukan per tanaman sebanyak 8 ons per tanaman dengan menggunakan pupuk kimia
SP-36.
c. Penyiangan
Gulma selain sebagai
tanaman kompetitor juga dapat sebagai tempat berkembangnya hama dan penyakit
tanaman melon oleh karenanya penyiangan harus dilakukan untuk membersihkan
daerah sekitar tanaman dari gulma. Penyiangan dilakukan secara mekanis yaitu
dengan mencabuti rumput atau tanaman yang tidak diharapkan tumbuh disekitar
tanaman melon.
d. Pengendalian
hama dan penyakit
Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan pestisida bermerk agrimex, curakron, atau bulldog. Pestisida dipilih salah satu untuk pengaplikasiannya. Biasanya pestisida
yang dibeli memiliki bahan aktif abamiktin sebagai penanggulangan ulat dan thrips. Pengaplikasian pestisida dicampur dengan pengaplikasian fungisida dithane. Satu tanki biasanya dimasukkan 1 sdm pestisida dan fungisida kemudian dicampur dengan air. Penyemprotan dilakukan 4-5 hari sekali tanpa memperhatikan apakah hama atau penyakit sudah menyerang atau belum. Sekali semprot biasanya menghabiskan
15 tanki.
e. Pengikatan
batang
Pengikatan batang
tanaman pada ajir dilakukan agar pertumbuhan batang teratur dan dapat tumbuh
tegak karena melon merupakan tanaman yang menjalar.
4. Panen
Pemanenan dilakukan ketika
melon sudah berumur 2 bulan. Biasanya
melon yang sudah siap panen ditandai dengan urat di kulit buah melon yang menebal dan warnanya
yang mulai menguning. Melon dipilih yang besarnya seragam agar disukai oleh pedagang.
D. Kondisi
Penyakit tanaman
1. Penyakit
tanaman
2. Gulma
Gulma
merupakan tumbuhan yang pertumbuhannya tidak diinginkan karena mengganggu
tanaman budidaya. Gulma selalu menjadi tantangan bagi
para petani, khususnya petani melon. Walaupun bedengan telah ditutup dengan
mulsa plastik hitam perak, namun gulma masih tetap dapat tumbuh di sekitar
lubang tanam. Pada saat tanaman masih muda, gulma tersebut cukup berpengaruh
dalam persaingan pengambilan unsur hara dalam tanah. Sementara, gulma yang
tumbuh di antara bedengan (parit/selokan) dapat menjadi inang bagi hama dan
penyakit yang berbahaya bagi tanaman melon, karena dapat mengakibatkan gagal
panen. Di samping itu, gulma tersebut juga dapat menghambat drainase air
sehingga air akan dapat tergenang. Gulma yang paling banyak ditemui di lahan
melon ini adalah teki-tekian (Cyperus
sp.)
Morfologi
dari Cyperus
sp. yaitu
jenis akar serabut tidak terlalu panjang untuk menembus pertanahan sekitar
tanaman budidaya melon. Daun berukuran sempit, serta termasuk tanaman herba.
Gulma berdaun sempit yaitu apabila helaian daun atau laminanya berbentuk
memanjang dan ukuran lebarnya helaian daun kecil atau sempit. Helaian daun dari
golongan ini umumnya terdiri dari kelompok daun yang berbentuk pita, linearis,
jarum dan yang berbentuk panjang-panjang. Pertulangan daun dari golongan ini
umumnya berbentuk lurus-lurus atau linearis yang umumnya di dominasi oleh
kelompok tumbuhan dari klas Monocotyledoneae.
Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun sempit dan memanjang; (1) mempunyai lintasan
C4, (2) nervatio (pertulangan daun) linearis atau garis-garis memanjang, (3)
dari kelompok monocotyledoneae, dan
(4) bentuk daun memanjang seperti pita, jarum, garis dll. Pengendalian yang
dilakukan oleh Bapak Welas adalah secara mekanis yaitu dengan mencabuti gulma
yang tumbuh didekat tanaman. Gulma yang berada di antara bedengan dihilangkan
dengan cara mencangkul.
S
amp
e
l
|
Minggu ke-
|
||||
1
8 November
2014
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1
|
Daun bercak kecokalatan kuning
terbakar, terdapat penggerek daun. Dua buah melon
|
|
|
|
|
2
|
Daun bercak coklat dan tanaman
terlilit gulma
|
|
|
|
|
3
|
Daun menguning di ujungnya
|
|
|
|
|
4
|
Sehat
|
|
|
|
|
5
|
Sehat
|
|
|
|
|
6
|
Sehat
|
|
|
|
|
7
|
Daun bagian bawah kuning kecoklatan
|
|
|
|
|
8
|
Daun bercak-bercak putih membentuk
benang-benang halus. 1 buah melon
|
|
|
|
|
9
|
Daun bolong-bolong dan terdapat bercak
doklat. 1 buah melon
|
|
|
|
|
10
|
Sehat. 1 buah melon
|
|
|
|
|
11
|
Sehat. 2 buah melon
|
|
|
|
|
12
|
Daun mengalami bercak-bercak putih. 1
buah melon
|
|
|
|
|
13
|
Sehat. Belum berbuah
|
|
|
|
|
14
|
Sehat. Belum berbuah
|
|
|
|
|
15
|
Sehat. Terdapat dua daun terkena hama
penggerek daun. 2 buah melon
|
|
|
|
|
16
|
Tanaman mati
|
|
|
|
|
17
|
Tanaman tampak layu, terdapat daun
yang berlubang banyak. 1 buah melon
|
|
|
|
|
18
|
Bagian bawah daun menguning. Belum
berbuah
|
|
|
|
|
19
|
Tidak ada tanaman
|
|
|
|
|
20
|
Sehat. 1buah melon
|
|
|
|
|
21
|
Sehat dan segar. 2 buah melon
|
|
|
|
|
22
|
Sehat. 1 buah melon
|
|
|
|
|
23
|
Bercak-bercak coklat. Belum berbuah
|
|
|
|
|
24
|
Bagian bawah, daun bercak kuning dan
coklat. Belum berbuah
|
|
|
|
|
25
|
Sehat. 2 buah
melon
|
|
|
|
|
26
|
Daun bawah bercak coklat. Belum
berbunga
|
|
|
|
|
27
|
Sehat. 1 buah melon
|
|
|
|
|
28
|
Daun bagian bawah menguning
|
|
|
|
|
29
|
Sehat
|
|
|
|
|
30
|
Daun bawah menguning
|
|
|
|
|
Sumber:
Hasil pengamatan
E. Analisis
Ekonomi
Analisis
usaha tani tanaman Melon
1. Biaya
tetap
a. Sewa
lahan =
Rp 1.000.000,-
b. Lanjaran
400 @ Rp 3250,- = Rp 130.000,-
c. Palang
300 @ Rp 700,- = Rp 210.000,-
d. Mulsa
2,5 roll =
Rp 1.312.500,-
e. Pekerja
tetap 1 orang = Rp 1.500.000,-
Total = Rp. 4.152.500,-
2. Biaya
variabel
a. Benih
melon @Rp. 110.000 =
Rp. 1.100.000,-
b. Polybag =
Rp. 108.000,-
c. Phonska
1 kwintal =
Rp. 120.000,-
d. Pupuk
NPK 50 kg =
Rp. 425.000,-
e. Pupuk
petro organic @Rp 20.000,- = Rp.
200.000,-
f. ZA =
Rp. 70.000,-
g. Dithane
2 bungkus @ Rp. 100.000,- = Rp.
200.000,-
h. Bulldog =
Rp. 110.000,-
i.
Pekerja sementara @Rp.35.000,- =
Rp. 1.050.000,-
j.
Bensin =
Rp. 312.000
Total
=
Rp. 3.704.000,-
3. Pendapatan
Hasil panen ditebas ke tengkulak = Rp. 5.000.000,-
4. Biaya
Produksi = Biaya tetap + biaya variable
= Rp 4.152.500 + Rp 3.704.000
= Rp 7.856.500,-
5. Keuntungan =
penerimaan
– biaya produksi
= Rp 5000.000 – Rp 7.856.500
=
- Rp 2.856.500
6. BEP produksi
= biaya produksi : jumlah produksi
= Rp. 7.856.500 : 4000 tanaman
= Rp 1.964.125,-
BEP harga =
biaya produksi : harga satuan/kg melon
= Rp 7.856.500 : Rp. 8.000
= Rp 982.063
7. RoI = penerimaan : biaya produksi x 100%
= Rp 5.000.000 : Rp. 7.856.500 x 100%
= 0,636%
8. B/C ratio
= keuntungan: biaya produksi
= - Rp 2.856.500 : Rp 7.856.500
= - 0,364
V.
PEMBAHASAN
Praktikum PHT ini dilakukan kurang lebih selama dua
bulan. Lahan budidaya melon milik Bapak Welas merupakan lahan pengamatan
kelompok kami. Lahan melon ini beralamat di Dusun Pepe, Desa Gedongan,
Kecamatan Colomadu, Karanganyar. Lahan areal pertanaman seluas 2000 m2 dengan
populasi sekitar 4000 tanaman. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
Bapak Welas, lahan disekitar lahan
pertanaman melon miliknya baru saja menanam melon. Fakta kondisi tersebut
menyebabkan hama dan penyakit dari pertanaman melon sebelumnya beralih ke lahan
pertanaman melon milik Bapak Welas. Adanya hama dan penyakit sisa tersebut menyebabkan
pertanaman melonnya menjadi buruk.
Pengamatan lahan
dilakukan mulai tanggal 12 Oktober 2013 akan tetapi pengamatan data yang
dilakukan dilakukan mulai tanggal 2 November hingga 23 November 2013. Hal ini
dikarenakan penentuan sampel pertama kurang tepat sehingga dilakukan penentuan
sampel kembali. Saat pertama kali datang ke lahan melon milik Bapak Welas usia
tanaman melon 7 HST, pengamatan data baru dilaksanakan pada usia tanaman 28
HST. Frekuensi pengamatan dilakukan selama 7 hari sekali sebanyak 4 kali.
Pengambilan 60 sampel dai 4000 populasi dalam akhir pengamatannya terdapat
banyak tanaman yang mati. Pada pengamatan dari jumlah 600 sampel yang diamati,
tidak ada satu tanaman pun yang tidak mengalami kerusakan akibat serangan hama.
Hama yang menyerang tanaman melon antara lain adalah ulat
grayak (Spodoptera litura), Kutu Aphis (Aphis gossypii Glover), Thrips (Thirps
parvispinus Karny), lalat (Dacus). Hama yang paling banyak terdapat pada tanaman
melon yang ditemui pada lahan milik bapak Welas ini adalah ulat dan kutu daun. Gejala
serangan ulat grayak tergantung pada tahap perkembangan tubuh ulat, serangan
pada daun dilakukan ketika ulat grayak memasuki fase larva, terdapat bercak
bercak putih menerawang pada daun. Gejala serangan larva dewasa ditandai dengan
daun yang berlubang, gejala serangan buah terdapat lubang pada buah. Pengamatan
kali ini melihat berdasarkan gejala serangan yaitu banyaknya daun yang robek
pada pertanaman lahan melon Bapak Welas. Pemanenan yang terlambat membuat ulat
yang menyerang daun berubah menjadi menyerang buah akibat daun yang sudah
mengering.
Kutu Aphis (Aphis gossypii Glover)
merupakan salah satu hama yang menyerang dalam jumlah banyak. Ciri dari kutu
Aphis ini adalah
mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Aphis muda berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala yang ditimbulkan dari serangannya yaitu daun tanaman menggulung, pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun dihisap hama.
mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Aphis muda berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala yang ditimbulkan dari serangannya yaitu daun tanaman menggulung, pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun dihisap hama.
Hama lain yang
menyerang adalah Thrips (Thrips
parvispinus Karny). Thrips menyerang saat fase
pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa berwarna kekuning-kuningan dan dewasa
berwarna coklat kehitaman. Serangan dilakukan di musim kemarau. Gejala serangannya
yaitu daun muda atau tunas baru menjadi keriting, dan bercak kekuningan;
tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal.
Lalat penggerek daun
juga menyerang lahan melon milik Bapak Welas. Gejala serangan lalat ini adalah
terlihat alur-alur tak beraturan berwarna putih pada daun (akibat larva yang
menggorok jaringan daun), apabila serangan terlalu hebat daun akan tampak putih
karena tersisa bagian luar permukaan saja. Serangan diawali dengan lalat betina
meletakkan sejumlah telur melalui ovipositornya, kurang lebih 50-300 butir,
pada bagian epidermis daun. Setelah menetas, larva akan menggerogoti jaringan
mesofil daun, sehingga jaringan tersebut menjadi terbuka atau terluka. Luka
pada jaringan mesofil ini berpotensi menimbulkan serangan penyakit sekunder,
terutama disebabkan oleh infeksi fungi maupun bakteri, sehingga daun akan
membusuk. Sementara lalat dewasa akan menghisap cairan tanaman hingga tanaman
mengering dan tidak mampu lagi mengeluarkan tunas baru.
Berdasarkan pengamatan
pertama dapat dilihat bahwa rata-tara intensitas kerusakan akibat serangan hama
sebesar 25%. Pengamatan kedua intensitas kerusakannya sebesar 37,08%,
pengamatan ketiga 48,75%, dan pengamatan keempat 70,83%. Berdasarkan hasil
pengamatan yang didapatkan intensitas keparahan tanaman terserang hama
mengalami peningkatan tiap pengamatan, hal ini disebabkan karena penanaman
melon ini dilakukan tanpa ada jeda dengan tanaman lain yang tidak satu famili,
sehingga hama dan penyakit pada tanaman melon sebelumnya masih tertinggal dan
aktif kembali dalam melakukan serangan pada melon Bapak Welas.
Pengendalian dengan
penggunaan pestisida dan fungisida sebenarnya sudah dilakukan sejak awal
penanaman tanpa memperhatikan adanya hama maupun penyakit. Akan tetapi ada
beberapa hal yang dilupakan, bahwa ketika penanaman dilakukan secara berurutan
dalam satu famili, hama maupun penyakit yang menyerang kemungkinan menjadi
lebih tahan terhadap pestisida dan fungisida tersebut. Pengendalian yang paling
tepat adalah dengan membuang gulma yang berada disekitar pertanaman melon yang
berfungsi sebagai inang.
Faktor
yang dapat mempengaruhi perkembangan hama pada pertanaman melon:
1. Cuaca.
Kondisi cuaca yang ada dapat berpengaruh pada perkembangan OPT. Pada pertanaman
musim ini kondisi cuaca yang panas dan lembab karena akan memasuki musim
penghujan sehingga perkembangan hama menjadi sangat cepat. Cuaca yang panas
dapat meningkatkan metabolisme tubuh dari hama sehingga proses-proses
fisiologis yang ada berjalan dengan cepat berpengaruh juga dengan siklus hidup
hama yang menjadi semakin singkat. Siklus hidup yang singkat akan mempercepat
proses perkembangbiakan hama, sehingga populasinya akan bertambah dengan pesat.
2. Keberadaan
Makanan. Ketersediaan makanan pada lahan usahatani dapat ikut mempengaruhi
perkembangan OPT. Semakin banyak makanan yang tersedia, maka tingkat
perkembangan OPT semakin besar, begitupun sebaiknya.
3. Keberadaan
organisme lain. Keberadaan organisme lain dapat menjadi ancaman bagi OPT,
misalnya musuh alami hama. Sebab dengan adanya organisme lain tersebut dapat
mengendalikan perkembangan OPT tersebut. Pada kondisi lahan ketika pengamatan,
musuh alami dari hama pengganggu belum banyak ditemui sehingga fungsi penekanan
terhadap pertumbuhan populasi kurang berjalan.
4. Tempat
tinggal. Ketersediaan tempat tinggal bagi hama atau OPT pada lahan usaha tani.
Dimana semakin baik tempat tinggal yang tersedia bagi OPT atau hama, maka
perkembangan OPT atau hama tersebut semakin terdukung. Pada pertanaman,
terdapat banyak gulma yang dapat digunakan menjadi tempat persembunyian bagi
hama. Banyaknya tempat untuk tinggal hama menyebabkan kebutuhan perlindungan
dari kondisi lingkungan yang dapat menekan pertumbuhan hama dapat terpenuhi.
5. Kegiatan
budidaya dan pengendalian OPT. Kegiatan budidaya yang dilakukan dapat digunakan
sebagai rangkaian usaha untuk mengendalikan perkembangan hama. Kegiatan
pengendalian dapat disertakan bersama dengan rangkaian kegiatan budidaya
tanaman. Kegiatan budidaya tanaman yang tepat semisal dengan penanaman tanaman
penolak hama, tanaman perangkap dapat mengurangi dampak kerusakan yang
ditimbulkan hama pada pertanaman yang ada. Pengendalian hama yang tepat juga
dapat membantu mengurangi dampak serangan yang terjadi serta dapat membantu
menjaga ekosistem. Dengan terjaganya keseimbangan ekosistem yang ada dilahan
dapat menurunkan tingkat serangan hama.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Welas, beliau memerlukan biaya tetap sebesar Rp
4.152.500 dan biaya variabel sebesar Rp 3.704.000 maka total biaya produksi
yang diperlukan Rp 7.856.500. Biaya tetap meliputi biaya sewa lahan, pembelian
bambu untuk ajir dan palang, pembelian plastik mulsa dan pekerja tetap. Biaya
variabel sendiri meliputi pembelian benih, polybag, pupuk, pestisida,
fungisida, bensin untuk bahan bakar pompa air, dan biaya pekerja untuk mengolah
lahan. Beliau tidak mengeluarkan biaya untuk media semai yaitu pasir sungai
karena beliau dapat mengambil langsung dari sungai di dekat tempat tinggalnya.
Petani melakukan pemanenan sebanyak 1 kali yaitu ditebaskan ke tengkulak yang
akan dijual lagi ke daerah-daerah lain di luar Solo. Panen melon ini
menghasilkan total hasil Rp 5.000.000 sehingga total kerugian yang diperoleh
yaitu Rp 2.856.500.
Usaha tani yang
dijalankan bapak Welas mengalami kerugian yang cukup tinggi. Hal tersebut
bukanlah menjadi kendala bapak Welas untuk menanam melon kembali, bapak Welas
tidak merasa kapok menanam tanaman melon lagi. Menurut Bapak Welas setelah
musim tanam ini akan menanam padi dan selanjutnya akan beralih ke Melon lagi. Usaha
melon tersebut merugi karena terdapat serangan hama yang sulit dikendalikan.
Hama yang menyerang tanaman melon adalah trips, hama trips tersebut berasal
dari lahan bekas melon disekitar lahan milik Bapak Welas. Hama trips tersebut
berpindah karena melon yang ditanam telah dipanen sehingga hama berpindah dari
lahan tersebut.
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
praktikum pengendalian hama terpadu yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
a. Kondisi
lahan melon yang diamati kurang subur dengan tambahan adanya hama dan penyakit
yang tersisa dari pertanaman sebelumnya
b. Hama
yang menyerang pertanaman adalah ulat grayak dan kutu daun
c. Cara
budidaya tanaman melon meliputi persemaian, pengolahan lahan, pindah tanam,
pemeliharaan dan panen.
d. Berdasarkan
analisis usaha tani, hasil budidaya melon mengalami kerugian sebesar Rp.
2.856.500,-
e. Berdasarkan
pengamatan yang kelompok kami lakukan terjadi peningkatan intensitas serangan
hama yaitu pengamatan pertama 25%, kedua 37,08%, ketiga 48,75% dan keempat
70,83%.
f. Faktor
yang mempengaruhi perkembangan hama adalah lingkungan makro dan mikro,
ketersediaan makanan, keberadaan organisme lain dan kegiatan
budidaya dan pengendalian OPT.
g. Petani
masih menggunakan cara kimiawi dengan penyemprotan pestisida dan fungisida 4-5
hari sekali tanpa memperhatikan ada atau tidaknya hama.
VII.
SARAN
Saran yang dapat kami berikan
kepada Bapak Welas sebagai pemilik lahan melon agar mengurangi penggunaan
pestisida dalam mengendalikan serangan hama. Serta lebih menerapkan teknik
pengendalian yang lain, misalnya dengan penanaman tanaman melon yang resisten
terhadap hama, tanaman perangkap, pengendalian hayati dan perbaikan teknik
budidaya seperti penerapan tumpangsari dengan tanaman yang berbeda familinya,
pergiliran tanam dengan tanaman yang berbeda familinya serta dengan penanaman
yang serempak. Dengan penerapan teknik pengendalian yang lainnya diharapkan
dapat menekan angka kerugian hasil usaha tani.
DAFTAR
PUSTAKA
Prihatman
Kemal 2000. Melon (Cucumis melo L).
Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS (1-19): Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar 1 Lahan sebelah kiri dari lahan Melon
|
Gambar 2. Lahan Melon tampak dari samping
|
Gambar 3.
Lahan padi yang dibirkan bero pada sebelah kanan dari Lahan Melon
|
Gambar 4.
Mulsa yang digunakan pada pertanaman Melon
|
Gambar 5.
Areal semak-semak di depan lahan Melon
|
Gambar 6.
Pompa air sumur
|
Gambar 7.
Tanaman Kangkung-kangkungan di sekitar areal pertanaman Melon
|
Gambar 8. Daun
kangkung-kangkungan yang dimakan hama.
|
Gambar 9.
Gulma di sekitar tanaman Melon
|
Gambar 10.
Gulma pada sekitar areal pertanaman Melon
|
Gambar 11.
Gulma pada sekitar areal pertanaman Melon
|
Gambar 12.
Gulma pada sekitar areal pertanaman Melon
|
Gambar 13.
Gulma pada sekitar areal pertanaman Melon
|
Gambar 14.
Gulma pada sekitar areal pertanaman Melon
|
Gambar 15.
Gulma pada sekitar areal pertanaman Melon
|
Gambar 16.
Gulma pada pertanaman Melon
|
Gambar 17.
Gulma pada pertanaman Melon
|
Gambar 18.
Gulma pada pertanaman Melon
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Komentar
Posting Komentar