HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
praktikum Konservasi Tanah dan Air ini telah diselesaikan dan disahkan
Disusun Oleh:
NINING RAHAYU H0712138
KELOMPOK
10
Konservasi
Tanah dan Air AT-5B
Telah dinyatakan
memenuhi syarat dan disahkan
Pada tanggal
: ___________________
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Jaka Suyana, M.Si.
NIP. 196408121988031002
Co-Assisten
Arwa Farida L
NIM H0711018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan
laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini tepat pada waktunya tanpa
halangan suatu apapun. Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini dibuat
bertujuan untuk melengkapi nilai mata kuliah Konservasi Tanah dan Air, serta
untuk menambah pengetahuan tentang Konservasi Tanah dan Air.
Dalam penyusunan laporan ini penyusun dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya laporan ini. Untuk
itu penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk terselenggaranya praktikum ini.
2.
Dosen Pengampu mata kuliah
Konservasi Tanah dan Air yang telah membimbing penulis sampain laporan ini selesai.
3.
Co-Assisten Konservasi Tanah dan
Air yang telah membimbing dan membantu dalam penyelesaian laporan ini.
4.
Serta kepada orang tua penyusun dan teman-teman
yang telah banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis.
Penyusun
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tentu banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh sebab itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca demi kesempurnanya laporan
ini.
Surakarta, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN
PENGESAHAN.........................................................................
ii
KATA
PENGANTAR.....................................................................................
iii
DAFTAR
ISI.....................................................................................................
iv
DAFTAR
TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR
LAMPIRAN
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Tujuan Praktikum............................................................................... 1
II.
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 2
III.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum
1.
Pengukuran
curah hujan.................................................................. 8
2.
Pengamatan
struktur dan tekstur tanah........................................... 8
3.
Analisis
tekstur tanah...................................................................... 8
4.
Analisis
kadar bahan organik........................................................... 8
5.
Analisis
permeabilitas tanah............................................................ 8
6.
Perhitungan
erosivitas, erodibilitas tanah dan erosi......................... 8
B.
Alat
1.
Praktikum
Lapangan ....................................................................... 9
2.
Praktikum
Laboratorium
a.
Analisis
Tekstur Tanah Secara Kuantitatif................................. 9
b.
Analisis
Bahan Organik Tanah................................................... 9
c.
Analisis
Permeabilitas Tanah...................................................... 10
C.
Bahan
1.
Praktikum
Lapangan........................................................................ 10
2.
Praktikum
Laboratorium
a.
Analisis
Tekstur Tanah Secara Kuantitatif................................. 10
b.
Analisis
Bahan Organik Tanah................................................... 10
c.
Analisis
Permeabilitas Tanah...................................................... 11
3.
Perhitungan
erosivitas, erodibilitas dan erosi.................................. 11
D.
Cara Kerja
1.
Pengukuran
curah hujan.................................................................. 11
2.
Pengamatan
struktur dan tekstur tanah........................................... 11
3.
Analisis
tekstur tanah...................................................................... 11
4.
Analisis
kadar bahan organik........................................................... 12
5.
Analisis
permeabilitas tanah............................................................ 13
6.
Perhitungan
erosivitas, erodibilitas dan erosi.................................. 14
IV.
HASIL PENGAMATAN
DAN ANALISIS DATA
A.
Nilai Erosivitas
Hujan (R)
1.
Mengukur
nilai jumlah jari hujan per bulan..................................... 16
2.
Mengukur
nilai curah hujan bulanan................................................ 16
3.
Mengukur
nilai curah hujan maksimum dalam 24 jam pada bulan yang bersangkutan 17
B.
Nilai
Erodibilitas (K)
1.
Analisis
Permeabilitas Tanah........................................................... 18
2.
Analisis
Tekstur Tanah.................................................................... 19
3.
Kapasitas
Lapang............................................................................ 20
4.
Analisis
Bahan Organik Tanah........................................................ 21
5.
Nilai
M............................................................................................. 22
6.
Nilai
Erodibilitas Tanah...................................................................
22
C.
Nilai Kemiringan
dan Panjang Lereng (LS)..................................... 22
D.
Nilai
Pengelolaan Tanaman (C) dan Tindakan Konservasi (P)....... 23
E.
Hasil
Perhitungan Prediksi Erosi........................................................ 23
F.
Hasil
Perhitungan Erosi yang Diperbolehkan (Edp)........................ 24
V.
PEMBAHASAN
A.
Kondisi Umum
Lahan......................................................................... 25
B.
Faktor
Erosivitas Hujan...................................................................... 25
C.
Faktor
Erodibilitas Tanah................................................................... 26
D.
Faktor Panjang
dan Kemiringan Lereng.......................................... 30
E.
Faktor
Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi............... 31
F.
Prediksi
Erosi dan Tindakan Konservasi yang Tepat...................... 34
G.
Hasil
Erosi yang Diperbolehkan......................................................... 35
VI.
Kesimpulan
dan Saran
A.
Kesimpulan.......................................................................................... 37
B.
Saran..................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 38
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1 Hari hujan tahun 2003-2012 di Kecamatan Jumantono.................. 16
Tabel
4.2 Curah hujan bulanan (mm) tahun 2003-2012 di
Kecamatan Jumantono.................................................................... 16
Tabel
4.3 Curah hujan bulanan (mm) maksimum tahun 2003-2012 di
Kecamatan
Jumantono..................................................................... 17
Tabel
4.4 Perhitungan nilai erodibilitas tanah (K)........................................... 18
Tabel
4.5 Perhitungan Nilai LS....................................................................... 22
Tabel
4.6 Perhitungan Nilai CP....................................................................... 23
Tabel
4.7 Hasil Perhitungan Prediksi Erosi..................................................... 23
Tabel
4.8 Hasil Perhitungan Erosi yang Diperbolehkan (Edp)........................ 24
Tabel
5.1 Klasifikasi Erodibilitas Tanah.......................................................... 29
Tabel
5.2 Tingkat Erosi Berdasarkan Metode Tingkat Erosi
Finney
dan Morgan......................................................................... 34
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mata
kuliah Konservasi Tanah dan Air adalah mata kuliah yang mempelajari bagaimana
teknik-teknik untuk mengawetkan tanah dan air sehingga produktivitas lahan
dapat terjaga. Mata kuliah ini lebih menekankan pada sifat fisik tanah (tekstur
dan struktur tanah) daripada kesuburan tanah. Erosi dapat menyebabkan
produktivitas lahan menurun karena menyebabkan hilangnya lapisan top soil pada
tanah, yang pada gilirannya lahan menjadi tidak mampu mendukung pertumbuhan
optimal tanaman. Top soil adalah bagian atas tanah merupakan tempat media
tumbuh tanaman yang amat subur. Menurut Bennet (1989 dalam Bafdal et al., 2011) dibutuhkan waktu 300 –
1000 tahun untuk membentuk 1 cm lapisan tanah top soil dari parent material. Menyimak pendapat Bennet
ini, maka diperlukan perhatian untuk menjaga ketebalan top soil dari proses
erosi.
Di Indonesia masalah erosi
merupakan masalah nasional karena dampak dari kejadian erosi dapat menimbulkan
bermacam-macam kerugian, misalnya di sektor pertanian dapat menurunkan
produktivitas lahan sementara di bidang kesehatan terjadinya banjir khususnya
di perumahan penduduk yang dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit. Praktikum
konservasi tanah dan air ini menekankan perhitungan, prediksi, dampak dan
penanggulangan dalam konteks usaha pertanian, sehingga diharapkan dapat
membekali para mahasiswa pertanian untuk mempunyai kemampuan baik dalam bidang
pengelolaa erosi pada lahan pertanian.
B.
Tujuan
Praktikum
Tujuan praktikum konservasi tanah dan air
adalah sebagai berikut:
1. Memahami
cara mengukur (prediksi) erosi dan nilai toleransi erosi pada suatu lahan.
2.
1
|
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Brooks et al., (1991 dalam Bafdal et al., 2011) berpendapat bahwa
penyebab terjadinya erosi ada dua, yaitu air dan angin. Indonesia sebagai
Negara tropis sangat jarang atau dapat dikatakan tidak pernah terjadi erosi
yang disebabkan oleh angin. Erosi yang terjadi di Indonesia hanya disebabkan
oleh air. Mekanisme terjadinya erosi oleh Schwab (1999 dalam Bafdal et al., 2011) diidentifikasikan menjadi
tiga tahap, yaitu (i) detachment
(penghancuran tanah dari agregat tanah menjadi partikel-partikel tanah); (ii) transportation (pengangkutan partikel
tanah oleh limpasan hujan atau run-off
dan (iii) sedimentation
(sedimen/pengendapan tanah tererosi; tanah-taanh tererosi akan terendapkan pada
cekungan-cekungan yang menampung partikel-partikel tanah akibat top soil yang tergerus akan menjadi area
pertanian yang subur.
Bafdal (2000
dalam Bafdal et al., 2011)
berpendapat dilihat dari tekstur tanah maka tekstur pasir lebih mudah
terhancurkan oleh butiran-butiran hujan dibandingkan dengan tekstur lainnya,
karena daya ikat antar partikel tanah yang lemah atau sedikitnya tekstur liat (yang
berfungsi sebagai semen diantara partikel-partikel tanah). sedangkan tekstur
liat paling mudah diangkut (transportasi) dibandingkan tekstur lainnya karena
ukuran partikel tanah yang kecil dibandingkan dengan tekstur lainnya.
Baver
(1989 dalam Bafdal et al., 2011)
menggambarkan hubungan fungsi erosi dengan faktor-faktor penyebab erosi sebagai
berikut:
E = f(C;S;V;T;H)
Dimana: f = fungsi
C = faktor iklim
S = faktor tanah
V = faktor vegetasi
T = faktor topografi
H = faktor tindakan manusia
2
|
1.
3
|
a. Jumlah
Curah hujan
Jumlah
hujan yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya
rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat mungkin hanya
menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujan hanya sedikit.
b. Intensitas
curah hujan
Morgan
(1963) menyimpulkan bahwa rata-rata kehilangan tanah perkejadian hujan
meningkat seiiring dengan meningkatnya intensitas hujan. Hal ini dikarenakan
pada intensitas yang besar ukuran butiran hujan meningkat seiiring dengan
meningkatnya intensitas, tetesan butiran hujan ini memiliki energi kinetik yang
cukup besar sehingga penghancuran agregat tanah berdampak besar pula dan
intensitas besar mengakibatkan aliran air di permukaan akan lebih banyak.
2. Tanah
Erodibilitas tanah
merupakan kepekaan tanah terhadap pelepasan dan pengankutan. Erodibilitas
bervariasi tergantung dari, sebagai berikut:
a. Tekstur
tanah
Tekstur
tanah ialah perbandigan relatif (%) fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Peran
tekstur tanah pada pertikel tanah yang besar menunjukkan sifat yang tahan
terhadap transport karena membutuhkan tenaga yang besar untuk membawanya dan
partikel yang lebih halus memiliki sifat yang tahan terhadap pelepasan karena
sifat kohesinya. Tanah dengan kandungan debu tinggi merupakan tanah yang
erodibel, mudah tererosi. Penggunaan kandungan liat sebagai indikator
erodibilitas secara teori lebih memuaskan karena partikel liat menggabungkan
dengan bahan organik untuk membentuk agregat tanah atau gumpalan dan itu adalah
stabilitas yang ditentukan oleh ketahanan tanah.
b. Struktur
tanah
|
4
|
Misalnya
pada stuktur tanah granuler dan lepas mempunyai kemampuan besar dalam
meloloskan air, dengan demikian menurunkan laju limpasan air permukaan.
c. Infiltrasi
Permeabilitas
merupakan kemudahan cairan, gas dan akar menembus tanah. Ruang pori total
adalah volume yang ditempati oleh udara dan air. Presentase volume ruang pori
total disebut porositas.
d. Kandungan
bahan organik
Bahan
organik terdiri dari sisa tanaman ataupun hewan dan telah terdekomposisi oleh
mikroorganisme menjadi bahan organik. Bahan organik dapat memperbaiki struktur
tanah yang semula padat menjadi gembur sehingga mempunyai porositas tanah
tinggi dan dapat mengawetkan air di dalam tanah. Fungsi bahan organik dalam
pencegahan erosi antara lain dapat memperbaiki aerasi tanah dan mempertinggi
kapasitas air tanah serta memperbaiki daerah perakaran. Peranan bahan organik
terhadap sifat fisik tanah adalah menaikkan kemantapan agregat tanah,
memperbaiki struktur tanah dan menaikkan daya tahan air tanah. Persentase bahan
organik di dalam tanah tidak terlalu banyak hanya berkisar 2 sampai 3,5%;
dengan banyaknya kandungan bahan organik di dalam tanah maka permeabilitas
tanah akan meningkat.
|
3.
5
|
Pengaruh
vegetasi pengaruh penutup tanah terhadap erosi adalah sebagai berikut: vegetasi
mampu menangkap atau mengintersepsi butir air hujan sehingga energi kinetiknya
terserap oleh tanaman dan tidak menghantam langsung pada permukaan tanah.
Pengaruh intersepsi air hujan oleh tumbuhan penutup tanah pada erosi melalui
dua cara yaitu memotong butir air hujan sehingga tidak jatuh ke bumi dan
memberikan kesempatan terjadinya penguapan langsung dari daun dan dahan, selain
itu menangkap butir hujan dan meminimalkan pengaruh negatif terhadap struktur
tanah.
Tanaman
penutup tanah (cover crop) mengurangi energi aliran, meningkatkan
kekasaran sehingga mengurangi kecepatan aliran permukaan, dan selanjutnya
memotong kemampuan aliran permukaan untuk melepas dan mengangkut partikel
tanah. Perakaran tanaman meningkatkan stabilitas tanah dengan meningkatkan
kekuatan tanah, granularitas dan porositas. Aktivitas biologi yang berkaitan
dengan pertumbuhan tanaman memberikan dampak positif pada porositas tanah.
Tanaman mendorong transpirasi air, sehingga lapisan tanah atas menjadi kering
dan memadatkan lapisan di bawahnya.
Dalam
meninjau pengaruh vegetasi terhadap mudah tidaknya tanah tererosi, harus
dilihat apakah vegetasi penutup tanah tersebut mempunyai struktur tajuk yang
berlapis sehingga dapat menurunkan kecepatan terminal air hujan dan memperkecil
diameter tetesan air hujan. Tumbuhan bawah (semak) lebih berperan dalam
menurunkan besarnya erosi karena merupakan strata vegetasi terakhir yang akan
menentukan besar – kecilnya erosi percikan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
program konservasi tanah dan air melalui cara vegetatif, sistem pertanaman diusahakan
agar tercipta struktur pelapisan tajuk yang serapat mungkin tanpa mengurangi
persaingan unsur hara dan sinar matahari. Teknik konservasi tanah dan air baru
dapat dikatakan berhasil bila tanah tertutup rapat sehingga memperkecil
tumbukan butiran butir-butir hujan sementara produksi tidak terganggu.
|
4.
6
|
Kemiringan
dan panjang lereng menentukan besarnya kecepatan dan volume limpasan hujan.
Menurut Nurpilihan (2000) bahwa secara umum erosi akan meningkat dengan
meningkatnya kemiringan dan panjang lereng. Pada lahan datar, percikan butir
air hujan melemparkan partikel tanah ke udara ke segala arah secara acak, pada
lahan miring, partikel tanah lebih banyak yang terlempar ke arah bawah dari
pada ke atas, dengan proporsi yang makin besar dengan meningkatnya kemiringan
lereng. Selanjutnya, semakin panjang lereng cenderung makin banyak air
permukaan yang terakumulasi, sehingga aliran permukaan baik kecepatan dan
jumlah semakin tinggi. Kombinasi kedua variabel lereng ini menyebabkan laju
erosi tanah tidak sekedar proporsional dengan kemiringan lereng tetapi
meningkat secara drastis dengan meningkatnya
panjang lereng.
5. Tindakan
manusia
|
7
|
Secara teori
dapat dikatakan bahwa laju erosi harus seimbang dengan laju pembentukan tanah,
namun dalam prakteknya sangat sulit untuk mencapai keadaan yang seimbang ini. Erosi
merupakan proses alamiah yang tidak bisa dihilangkan, khususnya lahan-lahan
yang diusahakan untuk pertanian. Tindakan yang dapat dilakukan adalah
mengusahakan supaya erosi yang terjadi masih dibawah ambang batas yang
maksimum, yaitu besarnya erosi yang tidak melebihi laju pembentukan tanah. Hal
ini penting dilakukan pada lahan–lahan pertanian untuk membatasi tanah yang
hilang, sehingga produktivitas lahan dapat dipertahankan.
Menurut Buol,
Hole dan McCracken 1973 dalam Suripin (2001 dalam Bafdal et al., 2011) laju pembentukan tanah di seluruh muka bumi berkisar
antara 0,01 sampai 7,7 mm/tahun. Teknik konservasi tanah di Indonesia diarahkan pada
tiga prinsip utama yaitu perlindungan permukaan tanah terhadap pukulan
butirbutir hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah seperti pemberian
bahan organik atau dengan cara meningkatkan penyimpanan air, dan mengurangi
laju aliran permukaan sehingga menghambat material tanah dan hara terhanyut
(Agus et al., 1999).
|
III.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat Praktikum
1. Pengukuran
curah hujan
Pengukuran curah hujan tidak dilaksanakan, namun
didapat langsung data curah hujan, dan data diunduh pada hari Rabu, tanggal 3
Desember 2014 pukul 10.24 WIB di Gedung B Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret.
2. Pengamatan
struktur dan tekstur tanah
Pengamatan lapang dilaksanakan pada hari Minggu,
tanggal 16 November 2014, pukul 09.45 WIB di Desa Polokarto, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar,
Provinsi Jawa Tengah.
3. Analisis
tekstur tanah
Pengamatan laboratorium dilaksanakan pada hari
Sabtu, tanggal 13 Desember 2014, pukul 10.00 – 15.00 WIB, di Laboratorium Kimia
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
4. Analisis
kadar bahan organik
Pengamatan di laboratorium dilaksanakan pada hari
Kamis-Jum’at, tanggal 11-12 Desember 2014, pukul 08.00-13.30 WIB, di
Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
5. Analisis
permeabilitas tanah
Pengamatan laboratorium dilaksanakan pada hari Rabu,
tanggal 26 November 2014 di Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret.
6. Penghitungan
erosivitas hujan, erodibilitas tanah dan erosi
Pengukuran indeks erosivitas hujan, erodibilitas
tanah dan erosi diperbolehkan dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 19
Desember 2014 pukul 10.24 WIB di Gedung B Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret.
8
|
B.
9
|
1. Praktikum
Lapangan (survey keadaan lahan dan pengambilan sampel)
a. Peta
dasar Jumantono (sumber rupa bumi)
b. Roll
meter
c. Klinometer
d. Bor
Tanah
e. Kompas
f.
Ring
sample
g. Pisau
h. Plastik
kapasitas 1 kg
i.
Kamera
j.
Alat tulis
k. GPS
2. Praktikum
Laboratorium
a. Analisis
Tekstur Tanah Secara Kuantitatif
1) Gelas
piala 800 ml
2) Penyaring
berkefeld
3) Ayakan
50 mikron
4) Gelas
ukur 500 ml
5) Pipet
20 ml
6) Pinggan
aluminium
7) Dispenser
50 mkl
8) Gelas
ukur 200 ml
9) Stpowatch
10) Oven
berkipas
11) Pemanas
listrik
12) Neraca
analitik dengan ketelitian dua desimal
b. Analisis
Bahan Organik Tanah
1) Labu
takar 50 ml
2) Gelas
piala 50 ml
3)
|
4)
10
|
5) Pipet
ukur
c. Analisis
Permeabilitas Tanah
1) Ring
sampel
2) Bak
perendam
3) Permeameter
4) Gelas
piala
5) Jam/stopwatch
6) Penggaris
7) Gelas
ukur
C.
Bahan
1. Praktikum
Lapangan
a. Contoh
tanah terusik
b. Contoh
tanah tidak terusik
c. Contoh
tanah dalam ring sampel
d. Aquades
2. Praktikum
Laboratorium
a. Analisis
Tekstur Tanah Secara Kuantitatif
1) Contoh
tanah kering angin lolos 2 mm sebanyak 10 g
2) H2O2
30%
3) H2O2
10% (H2O2 30% diencerkan tiga kali dengan air bebas ion)
4) HCl
2 N
5) Larutan
Na4P2O7 4%
6) Aquadest
b. Analisis
Bahan Organik Tanah
1) Ctka
Ø 0.5 mm
2) K2CrO7
1 N
3) H2SO4
pekat
4) H3PO4
85%
5)
|
6)
11
|
7) Aquadest
c. Analisis
permeabilitas tanah
1) Contoh
tanah tidak terusik dalam ring sampel
3. Penghitungan
erosivitas hujan, erodibilitas tanah dan erosi
a. Data
hari hujan tahun 2003-2012 Kecamatan Jumantono.
b. Data
hujan maksismum (mm) tahun 2003-2012 Kecamatan Jumantono.
c. Data
curah hujan bulanan (mm) tahun 2003-2012 Kecamatan Jumantono.
D.
Cara
Kerja
1. Pengukuran
curah hujan
a. Mengumpulkan
data curah hujan berupa data sekunder yang diperoleh dari stasiun penangkar
hujan atau klimatologi Jumantono.
b. Mengkalibrasi
satuan pengukuran dari cm menjadi mm.
2. Pengamatan
struktur dan tekstur tanah
a. Melakukan
pengamatan dilapang mengenai tekstur dan struktur tanah.
b. Mengambil
contoh sampel tanah dengan menggunakan ring sampel untuk dianalisis
permeabilitas tanah.
c. Mengambil
contoh sampel tanah dengan mengambil 4 titik tersebar pada area kemudian dicampur
merata, kemudian diambil ±500 g untuk pengujian laboratorium.
3. Analisis
tekstur tanah
a. Menimbang
10 g ctka Ø 2 mm kemudian masukkan ke dalam gelas piala 500/1000 ml.
b. Menambahkan
50 ml aquades dan 15 ml H2O2 30% (diamkan sampai reaksi
mereda).
c.
|
d.
12
|
e. Mendinginkan
dan mengencerkan dengan aquades sampai 500/1000 ml, setelah mengendap disaring
(diulang sampai tanah/larutan bebas asam).
f. Memindahkan
tanah ke tabung reaksi 500/1000 ml dan tambahkan larutan Na4P2O7
4% sebanyak 10 ml.
g. Mengaduk
dan diamkan selama 1 menit kemudian mengambil sebanyak 20/25 ml dengan pipet
pada kedalaman 20 cm, (siapkan cawan kosong: dicatat sebagai b dalam gram),
masukkan dalam cawan penguap dan mengoven sampai kering kemudian menimbangnya
(sebagai c dalam gram) (debu + liat +
peptisator).
h. Setelah
3.5 jam, mengambil sebanyak 20/25 ml pada kedalaman 5 cm (liat + peptisator)
dengan pipet, (siapkan cawan kosong: dicatat sebagai d dalam gram), masukkan
dalam cawan penguap dan mengoven sampai kering kemudian menimbangnya
(debu+liat+peptisator).
i.
Sisa filtrat yang ada kemudian disaring
dengan ayakan 300 mm yang tertinggal di ayakan, kemudian keringkan dan timbang
sebagai pasir kasar. (Untuk memisahkan pasir kasar dan pasir halus).
j.
Melakukan perhitungan dengan rumus
sebagai berikut:
Debu
(%) = (c – b – e + d) x 1000/25 x 100/(100xa)/100 + KL x 100%
Liat/
lempung = (e – d – 0.01) x 1000/25 x 100)/(100x a)/ 100 + KL) x 100%
Pasir
= 100 – debu – lempung
Pasir
halus = % pasir - % pasir kasar
4. Analisis
kadar bahan organik
a. Menimbang
ctka Ø 0.5 mm sebanyak 0.5 g (1 g untuk tanah pasiran) dan memasukkan ke dalam
labu takar 50 ml.
b.
|
c.
13
|
d. Menggojog
dengan memutar dan mendatar selama 1 menit lalu mendiamkannya selama 30 menit.
e. Menambah
5 ml H3PO4 85% dan mengencerkan dengan aquadest hingga
volume 50 ml dan menggojog sampai homogen.
f. Mengambil
5 ml larutan bening dan menambah 15 ml aquadest serta indikator DPA sebanyak 2
tetes, kemudian menggojognya bolak-balik sampai homogen.
g. Menitrasi
dengan FeSO4 1 N hingga warna hijau cerah
Perhitungan:
Kadar C =
x
100%
Kadar bahan organik =
B :
Blanko
A :
Baku
KL :
Kadar lengas
5. Analisis
permeabilitas tanah
a. Contoh
tanah tidak terusik diambil dari lapisan tanah atas di lapangan yang akan diukur
laju erosinya.
b. Contoh
tanah bersama ring sampelnya direndam air dalam bak perendam sampai setinggi 3
cm dari dasar bak perendam selama 24 jam.
c.
|
d.
14
|
e. Melakukan
pengukuran yaitu menampung air yang keluar dari permeameter memakai gelas piala
dalam jeda waktu tertentu misalnya 1 menit (gunakan stopwatch). Air ini lalu ditakar dengan menggunakan gelas ukur.
f. Melakukan
pengukuran seperti ini sebanyak 5 kali dan hitung rata-ratanya.
Perhitungan:
Rumus permeabilitas : K
=
Keterangan
K : Permeabilitas
(ml/jam)
Q ; Banyaknya air yang
mengalir setiap pengukuran (ml)
L : Tebal contoh tanah
(cm)
T : Waktu
pengukuran (jam)
H
: Tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah bagian atas (cm)
A : Luas permukaan
sampel tanah (cm2)
6.
Penghitungan erosivitas hujan,
erodibilitas tanah dan erosi
a. Erosivitas
hujan
1) Melakukan
perhitungan nilai erosivitas hujan berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun
yang diperoleh dengan menggunakan rumus:
Days =
Rain =
Max p =
R = 6.119 (Rain)1.21
(Days)-0.47(Maxp)0.53
b.
|
1)
15
|
100 K = 1.292 [2.1M1.14(10-4)(12-a)
+ 3.25 (b-2) + 2.5 (c-3)]
c. Erosi
1) Menghitung
nilai prediksi erosi dengan menggunakan metode USLE berdasarkan data yang telah
dikumpulkan, dengan terlebih dahulu mengetahui nilai C (faktor pengelolaan
tanah), nilai P (faktor tindakan konservasi tanah), nilai L (panjang lereng), S
(kemiringan lereng), R (nilai indeks erosivitas hujan), dan K (nilai
erodibilitas tanah). Rumus:
A = R. K. L. S. C. P
|
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
A.
Nilai
Erosivitas Hujan ( R )
1. Mengukur
nilai jumlah hari hujan per bulan
Tabel 4.1 Hari hujan
tahun 2003-2012 di Kecamatan Jumantono
Bulan/Tahun
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
Rata”
|
Januari
|
12
|
18
|
15
|
23
|
8
|
12
|
22
|
24
|
12
|
12
|
16.3
|
Febuari
|
18
|
15
|
20
|
14
|
20
|
16
|
21
|
12
|
14
|
14
|
16.6
|
Maret
|
12
|
16
|
16
|
12
|
16
|
22
|
13
|
20
|
11
|
11
|
15.8
|
April
|
3
|
10
|
13
|
18
|
17
|
11
|
11
|
15
|
12
|
12
|
12.2
|
Mei
|
2
|
5
|
0
|
12
|
6
|
3
|
12
|
18
|
5
|
5
|
7.3
|
Juni
|
1
|
1
|
8
|
0
|
4
|
0
|
3
|
8
|
3
|
3
|
2.8
|
Juli
|
0
|
5
|
7
|
1
|
1
|
0
|
3
|
8
|
0
|
0
|
2.8
|
Agustus
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
0.4
|
September
|
1
|
0
|
5
|
1
|
0
|
0
|
0
|
14
|
0
|
0
|
2.2
|
Oktober
|
7
|
3
|
10
|
0
|
7
|
14
|
7
|
11
|
3
|
3
|
6.9
|
November
|
16
|
17
|
11
|
5
|
9
|
20
|
12
|
14
|
12
|
12
|
13.5
|
Desember
|
21
|
18
|
21
|
19
|
21
|
12
|
9
|
17
|
20
|
20
|
17.7
|
Rumus:
Days
=
=
=
= 9.541667 mm/hari
=0.9541667 cm/hari
2.
Mengukur nilai curah hujan bulanan
Tabel
4.2 Curah hujan bulanan (mm) tahun 2003-2012 di Kecamatan Jumantono
Bulan/Tahun
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
Rata”
|
Januari
|
356
|
262
|
229
|
401
|
148
|
142
|
510
|
565
|
383
|
383
|
337.9
|
Febuari
|
349
|
286
|
284
|
350
|
531
|
268
|
388
|
311
|
380
|
353
|
350.0
|
Maret
|
271
|
225
|
372
|
101
|
317
|
595
|
275
|
172
|
456
|
162
|
294.6
|
April
|
62
|
79
|
162
|
259
|
479
|
135
|
277
|
363
|
448
|
389
|
265.3
|
Mei
|
22
|
25
|
0
|
141
|
47
|
56
|
160
|
329
|
202
|
108
|
109.0
|
Juni
|
12
|
2
|
118
|
0
|
80
|
0
|
105
|
140
|
0
|
25
|
48.2
|
Juli
|
0
|
47
|
100
|
5
|
11
|
0
|
39
|
161
|
161
|
0
|
52.4
|
Agustus
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
107
|
0
|
0
|
10.7
|
September
|
4
|
0
|
41
|
24
|
0
|
0
|
0
|
337
|
9
|
0
|
41.5
|
Oktober
|
80
|
27
|
189
|
0
|
142
|
342
|
116
|
229
|
132
|
79
|
133.6
|
November
|
269
|
248
|
220
|
87
|
250
|
450
|
189
|
387
|
252
|
298
|
265.0
|
Desember
|
226
|
436
|
394
|
309
|
783
|
212
|
133
|
318
|
399
|
350
|
356.0
|
16
|
17
|
=
=
= 188.6833 mm/bulan
= 18.86833 cm/bulan
3.
Mengukur nilai curah hujan maksimum
dalam 24 jam pada bulan yang bersangkutan
Tabel
4.3 Curah hujan bulanan (mm) maksimum tahun 2003-2012 di Kecamatan Jumantono
Bulan/Tahun
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
Rata”
|
Januari
|
70
|
56
|
78
|
61
|
36
|
36
|
107
|
86
|
97
|
76
|
70.3
|
Febuari
|
54
|
106
|
59
|
90
|
67
|
36
|
62
|
74
|
93
|
71
|
71.2
|
Maret
|
134
|
45
|
85
|
34
|
91
|
169
|
95
|
1052
|
64
|
42
|
86.4
|
April
|
46
|
18
|
14
|
74
|
129
|
38
|
58
|
65
|
128
|
69
|
63.9
|
Mei
|
12
|
8
|
0
|
30
|
18
|
35
|
40
|
66
|
75
|
55
|
33.9
|
Juni
|
12
|
2
|
60
|
0
|
44
|
0
|
50
|
52
|
0
|
11
|
23.1
|
Juli
|
0
|
19
|
29
|
5
|
11
|
0
|
17
|
49
|
137
|
0
|
26.7
|
Agustus
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
72
|
0
|
0
|
7.2
|
September
|
4
|
0
|
18
|
24
|
0
|
0
|
0
|
55
|
9
|
0
|
11.0
|
Oktober
|
28
|
16
|
37
|
0
|
55
|
75
|
25
|
50
|
37
|
50
|
37.3
|
November
|
45
|
47
|
70
|
34
|
57
|
100
|
50
|
121
|
69
|
64
|
65.7
|
Desember
|
25
|
44
|
54
|
45
|
163
|
65
|
31
|
43
|
117
|
87
|
67.4
|
Rumus:
Max
p =
=
=
= 47.00833 mm/bulan
= 4.700833 cm/bulan
R
= 6.119 (Rain)1.21 (Days)-0.47(Maxp)0.53
= 6.119 (18.86833)1.21 (0.9541667)-0.47(4.700833)0.53
= 6.119 (34.96532) (1.022296) (2.271186)
= 496.7607
|
B.
18
|
Tabel 4.4 perhitungan nilai erodibilitas
tanah (K)
C-org (%)
|
Tekstur
|
Nilai M
|
a
|
b
|
c
|
Nilai K
|
||
Pasir sangat
halus (%)
|
Debu (%)
|
Liat (%)
|
||||||
4,95
|
21,04762
|
13,42544
|
67,84642
|
1108,43229
|
8,53
|
2
|
1
|
0,010347
|
Sumber : Dianalisis Dari Data Primer
1.
Anallisa Permeabilitas Tanah
a. Pada
ulangan ke-1
Dik : HD = 6.0 cm
HL = 5.0 cm
∆H = 1 cm
L
= 5 cm
T
= 0.083
Q
= 12 ml
Dit : K = …..?
Jawaban:
A =
r2
= 3.14 x (2.5)2
= 19.625
K =
=
=
= 36.855 cm/jam
b. Pada
ulangan ke-2
Dik : HD = 6.0 cm
HL = 5.7 cm
∆H = 0.3 cm
L
= 5 cm
|
19
|
Dit : K = …..?
Jawaban:
A =
r2
= 3.14 x (2.5)2
= 19.625
K =
=
=
= 122.950 cm/jam
K
rata-rata =
= 159,835 à maka
nilai indeks permeabilitas pada tabel bernilai = 1
2.
Tekstur Tanah
Dik
: b = 37.822
c = 38.001
d = 33.839
e = 33.990
f = 38.069
g = 39.005
a = 10 g
PEP = 0.0095
fk ctka 2 mm= 1.1987
Dit
: a. Clay + debu = ….?
b. Clay
= ….?
c. Debu
= …?
d. Pasir
total = …?
e. Pasir
kasar = ….?
f. Pasir
halus = ….?
|
a.
20
|
= (38.001 – 37.822 – 0.0095) x
x
1.1987 x
= 0.1695 x 40 x 1.1987 x 10
= 81.27186%
b. Clay
= (e – d – PEP) x
x
fk x
= (33.990 – 33.839 – 0.0095) x
x
1.068 x
= 0.1415 x 40 x 10 x 1.1987
= 67.84642 %
c. Debu
= (clay + debu) – clay
=
81.27186 – 67.84642
=
13.42544 %
d. Pasir
total = 100 – clay – debu
= 100 – 67.84642 – 13.42544
= 32.153558 %
e. Pasir
kasar = (g – f – PEP) x fk x
= (39.005 – 38.069 – 0.0095) x 1.1987 x
= 1.9265 x 1.068 x 10
= 11.10596 %
f. Pasir
halus = Pasir total – Pasir kasar
= 32.15558 – 11.10596
= 21.04762 %
3. Kapasitas
Lapang
a. Pada
ulangan ke-1
Dik : a = 52.52
b = 71.215
c = 70.159
Dit : KL = ….?
Jawaban:
|
21
|
= 5.98 %
Fk =
=
= 1.598
b. Pada
ulangan ke-2
Dik : a = 52.64
b = 74.488
c = 70.865
Dit : KL = ….?
Jawaban:
KL =
x 100%
=
x 100%
= 19.87 %
Fk =
=
= 1.1987
4.
Analisis Bahan Organik Tanah
Dik
: B = 4.15
A = 2.95
n FeSO4 = 0.5
berat tanah = 0.5 g = 500 mg
KL = 5.98
Dit
: a. Kadar C = …?
b. Kadar
BO = …?
Jawaban:
|
22
|
=
x
1.298 x 100%
= 4.95 %
Kadar
BO =
=
= 8.53%
5. Nilai
M
M = (% pasir sangat halus + % debu) x (100 - % lempung)
= (21,04762
+ 13,42544) x (100 - 67,84642)
= 34,47306 x 32,15358
= 1108,43229
6. Nilai
erodibilitas tanah
100
K = 1,292{2,1M1,14 (10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5
(c-3)}
= 1,292{2,1(1108,43229)1,14 (10-4)
(12-8,53) + 3,25(3-2) + 2,5(1- 3)}
= 1.034708 - 1.75
= 1.034708
= 1.034708/100
= 0.010347
C. Nilai
Kemiringan dan Panjang Lereng (LS)
Tabel 4.5 Perhitungan Nilai LS
No
|
X (m)
|
s (%)
|
LS
|
1
|
53,1
|
10
|
1.568973
|
Sumber : Dianalisis
Dari Data Primer
Analisis data
LS =
(0,065 + 0,045 s + 0,00138 s2)
=
=
2,402715 (0.653)
|
D.
23
|
Tabel 4.6 Perhitungan Nilai CP
No
|
Pola tanam
/teknik konservasi
|
Penutupan
lahan (%)
|
Nilai C
|
Nilai P
|
Nilai CP
|
1
|
Tegal
monokultur
|
20
|
0,2
|
0,4
|
0,08
|
Sumber : Dianalisis Dari Data Primer
Analisis data :
CP = 0,2 x 0,4 = 0,08
Nilai
pengelolaan tanaman (C) = 0.2 karena merupakan sistem lahan tegal dengan satu
jenis tanaman yaitu tebu, maka nilai C masuk kedalam kategori ‘Tebu’. Nilai
tindakan konservasi bernilai 0.40, karena merupakan tindakan konservasi tanah
dengan sistem lahan tegal dengan kategori teras tradisional.
E. Hasil
Perhitungan Prediksi Erosi dengan model USLE
Table 4.7 hasil perhitungan prediksi erosi
Luas lahan
|
R
|
K
|
LS
|
CP
|
Prediksi erosi
(ton/ha/th)
|
Erosi sistem
lahan (ton/th)
|
138,4
ha
|
496.7607
|
0,010347
|
1,568973
|
0,08
|
1,536674
|
0.64
|
Sumber
: Dianalisis Dari Data Primer
Analisis
Data
A
= R.K.LS.CP
= 496.7607x 0,010347 x 1,568973
x 0,08
= 0.64472309 ton/ha/tahun
F. Hasil
Perhitungan Erosi yang Diperbolehkan (EDP)
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Erosi
yang Diperbolehkan (Edp)
Sistem
Lahan
|
Prediksi
erosi (ton/ha/th)
|
Kedalaman
Efektif Tanah (mm)
|
Sub-Ordo
Tanah
|
Umur
Guna Lahan (tahun)
|
Tegalan
|
1266.144
|
500
|
Udult
|
400
|
Sumber:
Logbook
Analisis
Data
T = Erosi yang diperbolehkan (ton/ha/th)
|
24
|
T =
=
= 1.25 ton/ha/tahun
|
V.
PEMBAHASAN
A.
Kondisi
Umum Lahan
Pengamatan
yang dilakukan oleh kelompok 10 pada praktikum konservasi tanah dan air ini
mengamati lahan pada titik 20. Pada lahan titik 20, lahan berupa tegal dengan
penanaman secara monokultur yaitu tanaman tebu. Luas lahan
seluas 138,4 ha, lahan berada di koordinat S 7°38’48,9” dan
E110°55’18,4”, mengarah 15° dari utara dan berada di ketinggian 159 m dpl. Lahan yang diamati mempunyai panjang lereng
53.1 m dengan kemiringan 10%. Lahan titik 20 memiliki penutupan
lahan sekitar 20%, lahan hanya ditanami tanaman tebu dan tidak ada cover crop
lin, karena merupakan tegal dengan sistem monokultur. Pembentukan
lahan Roll Surface (Permukaan
Bergelombang), land use ketela /palawija tadah hujan, jenis tanah dystopepts
(ITY).
B.
Faktor
Erosivitas Hujan
|
26
|
Fakhrudin
dan Yulianti (2010) menyatakan bahwa indeks erosivitas hujan tinggi menunjukkan
bahwa curah hujan berperan cukup besar terhadap nilai potensi erosi tanah.
Curah hujan yang tinggi mnyebabkan semakin banyak butiran air hujan yang
menghempas permukaan tanah, sehingga mengakibatkan hancurnya agregat tanah yang
kemudian terbawa oleh aliran permukaan. Kondisi yang demikian merupakan awal
terjadinya erosi tanah yang dapat menimbulkan degradasi kualitas tanah.
Perhitungan besarnya nilai indeks erosivitas hujan yang berdasarkan metode Bols
sebesar 496.7607.
C.
Faktor
Erodibilitas Tanah
|
27
|
Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan mengenai analisis tekstur tanah, dapat diketahui
bahwa tanah tersebut mengandung clay+debu sebesar 72.4104%,
clay 67.84642%, debu 13.42544%, pasir total 32.15558%, pasir kasar 11.10596%,
dan pasir halus sebesar 21.04762%. Pasir halus dan debu
merupakan partikel-partikel tanah yang berpengaruh pada kepekaan tanah terhadap
erosi. Tanah akan lebih mudah tererosi, apabila mempunyai kandungan debu lebih
tinggi disertai dengan bahan organik rendah. Tanah dengan kandungan debu 40-60%
sangat peka terhadap erosi. Hasil analisis menunjukkan fraksi tanah yang
mendominasi tanah yakni clay. Tanah dengan unsur dominan liat ikatan antar
partikel-partikel tanah tergolong kuat, liat juga memiliki kemampuan
memantapkan agregat tanah sehingga tidak mudah tererosi. Hal ini sama juga
berlaku untuk tanah dengan dominan pasir (tanah dengan tekstur kasar),
kemungkinan untuk terjadinya erosi rendah karena laju infiltrasi besar sehingga
menurunkan laju air limpasan (Asdak 2010). Menurut Subagyono et al.,
(2004), fraksi tanah yang paling mudah tererosi adalah debu. Hal ini
dikarenakan selain mempunyai ukuran yang relatif halus, fraksi debu juga tidak
mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan tanpa adanya bantuan bahan perekat sehingga mudah dihancurkan oleh energi hujan.
|
28
|
|
29
|
Tabel 5.1 Klasifikasi
Erodibilitas Tanah
No
|
Kelas
|
Nilai
K
|
Harkat
|
1
|
I
|
0.00-0.10
|
Sangat
rendah
|
2
|
II
|
0.11-0.20
|
Rendah
|
3
|
III
|
0.21-0.32
|
Sedang
|
4
|
IV
|
0.33-0.40
|
Agak
tinggi
|
5
|
V
|
0.41-0.55
|
Tinggi
|
6
|
VI
|
0.56-0.64
|
Sangat
tinggi
|
Sumber:
Arsyad 2010
|
30
|
D.
Faktor
Panjang dan Kemiringan Lereng
Kemiringan dan
panjang lereng merupakan dua sifat topografi yang paling berpengaruh terhadap
aliran permukaan dan erosi. Faktor panjang lereng adalah jarak horizontal dari
permukaan atas yang mengalir ke bawah dimana gradien lereng menurun hingga ke
titik awal atau ketika limpasan permukaan (run off) menjadi terfokus
pada saluran tertentu (Asdak 2010). Kemiringan lereng akan mempengaruhi
besarnya limpasan permukaan. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar
kemiringan lereng maka akan meningkatkan jumlah dan kecepatan aliran. Adanya
peningkatan jumlah dan kecepatan aliran akan memperbesar energi kinetik
sehingga kemampuan untuk mengangkut butir-butir tanah juga akan meningkat.
Selain itu semakin panjang lereng suatu lahan menyebabkan semakin banyak air
permukaan yang terakumulasi, sehingga aliran permukaan menjadi lebih tinggi
kedalaman maupun kecepatannya.
|
31
|
E.
Faktor
Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi
Salah
satu faktor penyebab erosi dipercepat yakni adanya campur tangan manusia.
Tindakan manusia yang berpengaruh besar terhadap besar kecilnya erosi yang
terjadi berupa faktor tindakan pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi yang
telah dilakukan. Faktor pengelolaan tanaman meliputi pola tanam yang diterapkan
pada lahan tersebut. Faktor pengelolaan tanaman yang dilakukan akan menentukan
nilai C pada perhitungan prediksi erosi dengan menggunakan metode USLE. Indeks
pengelolaan tanaman (C) dapat diartikan sebagai rasio tanah yang tererosi pada
suatu jenis pengolahan tanaman pada sebidang lahan terhadap tanah yang tererosi
pada lahan yang sama tanpa ada tanaman. Nilai C untuk suatu jenis pengolahan
tanaman dengan tergantung dari jenis, kerapatan, panen dan rotasi tanaman
(Desifindiana et al., 2013). Vegetasi
penutup lahan erat kaitannya dengan kemampuan menahan tanah terhadap erosivitas
hujan. Umumnya semakin tinggi diversitas vegetasi penutup lahan, bahan organik
tanah semakin tinggi sehingga meningkatkan kemampuan tanah menahan erosivitas
hujan.
|
32
|
|
33
|
Pencegahan
erosi dengan metode mekanik adalah suatu upaya yang dilakukan agar memperlambat
aliran permukaan dan pada gilirannya akan memperbesar erosi. Petani dapat
memilih cara pengendalian secara mekanik di atas disesuaikan dengan keadaan di
lapangan yang menyangkut topografi lahan, biaya, jenis tanaman yang akan
diusahakan dan tingkat erosi yang terjadi. Prinsip daripada penterasan adalah
suatu upaya pengendalian erosi yang memotong lereng; karena beberapa hasil
penelitian mengungkapkan bahwa semakin panjang lereng semakin tinggi laju erosi
yang terjadi. Diharapkan bahwa pemotongan panjang lereng dengan penterasan akan
memperkecil laju erosi. Di Negara-negara yang sudah berkembang cara ini sering
digunakan; dan zat kimia yang digunakan adalah Bitumen dan Latex yang
disebut sebagai soil conditioner.
|
F.
34
|
Prediksi
jumlah tanah tererosi menggunakan USLE ini sangat berlaku umum dengan
menggunakan data sekunder, dan terbatas pada kepanjangan lereng 22 meter serta
kemiringan lereng 9 persen. Untuk menghitung secara prediksi jumlah tanah
tererosi pada lahan-lahan curam (kemiringan tinggi yaitu lebih dari 15%) maka
perlu dilakukan modifikasi model USLE ini. Beberapa faktor yang mempengaruhi
besarnya erosi adalah curah hujan, tanah, lereng (topografi), vegetasi,
dan aktifitas manusia. Faktor-faktor tersebutlah yang merupakan
komponen-komponen pengali dalam pendekatan USLE.
Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) merupakan metode yang umum digunakan
untuk memperediksi laju erosi. Menurut Suripin (2002) USLE dirancang untuk
memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar (Sheet Erosion) dan erosi alur di bawah kondisi tertentu. Persamaan
tersebut dapat juga memprediksi erosi pada lahan-lahan non pertanian, tapi
tidak dapat untuk memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan sedimen
dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai. Alasan utama penggunaan model
USLE karena model tersebut relatif sederhana dan input parameter model yang
diperlukan mudah diperoleh. Kelemahan model USLE adalah tidak dipertimbangkannya
keragaman spasial dalam suatu DAS dimana nilai input parameter yang diperlukan
merupakan nilai rata-rata yang dianggap homogen dalam suatu unit lahan (Hidayat
2003), khususnya untuk faktor erosivitas (R) dan kelerengan (LS) (Amorea et al., 2004). Selain metode USLE tidak
dapat digunakan untuk menduga erosi tanah dari suatu lembah, sebab
faktor-faktor yang menjadi variebel perhitungan tidak cocok untuk erosi parit
dan atau erosi bantaran sungai (Rahim 2000).
Tabel 5.2 Tingkat Erosi Berdasarkan Metode Tingkat Erosi Finney dan Morgan
Erosi Tanah
(ton/ha/th)
|
Tingkat Erosi
|
<15
|
Sangat
Ringan
|
15 – 60
|
Ringan
|
60 – 180
|
Sedang
|
180 – 480
|
Berat
|
> 480
|
Sangat
Berat
|
|
35
|
G.
Hasil
Erosi yang Diperbolehkan (EDP)
|
36
|
|
VI.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum konservasi tanah dan air ini adalah sebagai berikut:
1. Lahan merupakan tegalan yang posisinya
terletak pada S 7°38’48,9” dan E110°55’18,4”, mengarah 15° dari
utara dan berada di ketinggian 159 m dpl. Luas lahan seluas
138.4 ha, dengan
kemiringan 10% dan 53.1m dengan kemiringan 5%.
2. Nilai erosivitas tahun 2003-2012 yakni 496.7607.
3. Nilai
erodibilitas (K) pada lahan sebesar 0,010347dimana termasuk
dalam nilai yang sangat rendah.
4. Hasil
analisis tekstur di laboratorium tanah mengandung clay+debu sebesar 72.4104%,
clay 67.84642%, debu 13.42544%, pasir total 32.15558%, pasir kasar 11.10596%,
dan pasir halus sebesar 21.04762%.
5. Kandungan
bahan organik tanah yakni 8.53% dengan kadar C-organik sebesar 4.95% dan
permeabilitas tanah 159,835 cm/jam.
6. Nilai
LS pada penggunaan lahan diperoleh 1,568973.
7. Nilai
pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi (nilai CP) lahan tegalan tersebut
sebesar 0,08 dengan vegetasi penutup lahan 20%.
8. Hasil
perhitungan prediksi erosi diperoleh nilai sebesar 1,536674
ton/ha/tahun dengan nilai erosi persatuan lahan yakni sebesar 0,64
ton/ha/tahun diman tingkat erosi termasuk ringan.
9. Hasil
perhitungan erosi tanah yang diperbolehkan pada lahan tegalan sebesar 1.25
ton/ha/th untuk nilai guna lahan selama 400 tahun
B.
Saran
Saran
terhadap praktikum Konservasi Tanah dan Air adalah penetapan rumus yang
digunakan menggunakan metode menurut ahli siapa, supaya praktikan menggunakan
rumus yang seragam dan tidak ada keraguan analisis data yang diperoleh.
37
|
DAFTAR
PUSTAKA
Agus, F., A. Abdurachman, A.
Rachman, S.H. Tala’ohu, A Dariah, B.R. Prawiradiputra, B. Hafif, dan S.
Wiganda. 1999. Teknik Konservasi Tanah
dan Air. Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi
Pusat. Jakarta.
Ardiansyah
T, K S Lubis Dan H Hanum 2013. Kajian
Tingkat Bahaya Erosi Di Beberapa Penggunaan Lahan di Kawasan Hilir Daerah
Aliran Sungai (Das) Padang. J. Online Agroekoteknologi 2(1):
436-446.
Arifin,
Mochammad. 2010. Kajian sifat fisik tanah dan berbagai penggunaan lahan dalam
hubungannya dengan pendugaan erosi tanah. Jurnal
Pertanian MAPETA XII(2): 72-144.
Arsyad S 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor:
Institut
Pertanian Bogor Press.
Asdak C 2010. Hidrologi dan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Bafdal,
Nurpilihan, Amaru, Kharistya, Suryadi, Edy. 2011. Buku ajar teknik pengawetan tanah dan air. Jurusan Teknik dan
Manajemen Industri Pertanain Universitas Padjadjaran: Bandung.
Desifindiana M
S, B Suharto dan R Wirosoedarmo 2013. Analisa Tingkat Bahaya Erosi pada DAS
Bondoyudo Lumajang dengan Menggunakan Metode Musle (In Press). J. Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
1(2): 9-17.
Dewi I G A S U
2012. Presiksi Erosi dan Perencanaan Konservasi Tanah dan Air pad Daerah Aliran
Sungai Saba. E-Journal Agroekoteknologi
Tropika 1(1): 12-23.
Fakhrudin M dan Yulianti M 2010. Kajian Erosi Sebagai Dasar Konservasi Das
Cisadane. Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010. LIPI : Pusat Penelitian Limnologi.
Fitriyah F N, Fuad Halim dan M. I. Jasin 2014.
Penanganan Masalah Erosi Dan Sedimentasi di Kawasan Kelurahan Perkamil.Jurnal Sipil Statik
2(4): 173-181.
Herawati T 2010. Analisis
Spasial Tingkat Bahaya Erosi Di Wilayah Das Cisadane Kabupaten Bogor. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam7
(4) : 413-424.
Hidayat Y 2003. Model Penduga Erosi. http://www.Tumoutou.net. Diakses tanggal 3 Desember
2014.
Jariyah, N. A.,
T. M. Basuki, S. Donie 2002. Kajian
Sosial Ekonomi Petani Lahan Sayur dan Tembakau dan Teknik Konservasi Tanah yang
Diterapkan: studi kasus Kabupaten Temanggung.Buletin Teknologi Pengelolaan DAS 8(1) : 23-25.
Kartasapoetra
G 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta.
|
Nurmansyah S, Ambar K dan Kaharudin 2007.
Dampak Kepariwisataan Terhadap Erosi Di Kawasan Wisata Kaliurang. Jurnal Ilmu Kehutanan 1 (1) : 40-46.
Rahim S E 2000. Pengendalian
Erosi Tanah Dalam Rangka PelestarianLingkungan Hidup. Jakarta: Bumi Aksara.
Sembiring RA, Yohanes S dan Sumiyati 2012. Pengaruh
Pemberian Kompos Pada Budidaya Tanaman Kacang Tunggak Terhadap Erodibilitas
Tanah.Bali : Universitas
Udayana.
Subagyono
K, Marwanto, C Tafakresnanto, T Budyastoro dan A Dariah 2004. Delineation of
Erosion Areas in Sumberjaya, West Lampung. In Refinement of Soil
Conservation/Agroforestry Measures Coffee Based Farming System. Soil Research
Institute. ICRAF (ASB Phase 3 Project).
Suripin
2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi Offset.
Tarigan D R dan D Mardianto 2013. Pengaruh Erosivitas dan Topografi Terhadap Kehilangan Tanah pada Erosi
Alur di Daerah Aliran Sungai Secang Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten
Kulonprogo. Http://lib.geo.ugm.ac.id
diakses tanggal 3 Desember 2014.
Tunas I G 2005. Prediksi Erosi Lahan DAS Bengkulu dengan Sistem Informasi
Geografis (SIG).Jurnal SMARTek 3 (3): 137-145.
Yulianti M dan D
Daruati 2012. Prediksi Erodibilitas dan
Pengaruh Pedogenesis Tanah Terhadap Sedimentasi di Das Limboto. Prosiding
Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012. Pusat Penelitian Limnologi-LIPI.
|
LAMPIRAN
Gambar 1. Lahan
di titik 20
Gambar
2. Lahan sistem tegal monokultur
|
Komentar
Posting Komentar