Dari sudut pandang ekonmi dan eklogi, suatu usaha pertanian dapat berkelanjutan apabila menerapkan 2 prasyarat dasar, yaitu:
1. Pengurangan penggunaan sumberdaya tak terbaharui sekaligus peningkatan sumberdaya terbaharui
2. Perlindungan lingkungan (Pankhurst and Lynch, 1994).
Hairiah et al. (2002) serta Wolf and Synder (2003) menambahkan bahwa pertanian berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui produktifitas tanah berkelanjutan, sedangkan produktifitas tanah yang berkelanjutan hanya dapat dicapai apabila dikelola secara terpadu dan salah satu kuncinya adalh dengan mempertahankan kandungan bahan organik tanah.
Biota tanah berperan dalam pemeliharaan kesuburan tanah dan produktifitas ekosistem pertanian melalui aktifitas-aktifitas sebagai berikut (Swift and Bignell, 2001):
1. Penguraian seresah
2. Daur siklus hara
3. Pengendalian patogen tular tanah, lewat mekanisme kompetisi dan antagonisme. Pada ekosistem alami yang biodiversitasnya tanahnya tinggi, kasus ledakan hama dan penyakit relatif jarang terjadi. Namun pada sistem pertanian monokultur, maka populasi biota antagonis (predator, penyakit, kompetitor maupun fenomena antibiosis) juga akan menurun sehingga tanaman lebih rentan terserang enyakit dan hama.
4. Perbaikan struktur tanah.
Aktifitas pestisida dan pupuk N dalam jangka panjang akan mengakibatkan hilangnya cacing tanah aneksik yang berperan mendistribusikan seresah dari permukaan tanah kedalam tanah. Dampak langsung dari hal tersebut adalah akumulasi seresah di permukaan tanah, meningkatnya berat volume tanah dan menurunnya laju infiltrasi air (Fragoso et al., 1997).
Kendala utama bagi perkembangan dan aktifitas biota dalam tanah adalah:
1. Hambatan untuk pergerakan biota pada tanah yang padat akibat kecilnya pori tanah dan tidak meratanya distribusi pori yang terisi udara dan air.
2. Iklim mikro yang seringkali tidak menguntungkan seperti kekeringan, tergenang air,dll.
3. Kualitas sumber pakan (seresah dan akar) yang relatif rendah.
Pustaka:
Pankhurst,C.E. and Lynch,J.M. 1994. The Role of the Soil Biota in Sustainable Agriculture. In: Soil Biota Management in Sustainable Farming Systems. Pankhurst,C.E., Doube,B.M., Gupta,V.S.S.R. and Grace,P.R. (eds.) CSIRO Australia. 3 - 12.
Hairiah,K.Arifin,J., Berlian, Prayogo,C. and van Noordjiwk,M. 2002. Carbon Stock Assessment for a Forest-to-coffe Conversion Landscape in Malang (East Java) and Sumberjaya (Lampung, Indonesia). Proceeding International Syposium on Forest Carbon Sequestration and Monitoring, Taipei-Taiwan. 11-15 November 2002.
Swift,M. And Bignell,D. 2001. Standard Methods for Assesment of Soil Biodiversity and Land Use Practice. ICRAF Southeast Asia.
Fragoso,c., Brown,G.G., Patron,J.C.,Blanchart,E., Lavelle,P., Pashanasi,B., Seapati,B. And KumarT. 1997. Agricultural intensification, soil biodiversity and agroecosistem function in thr tropics: The role of earthworm. Applied Soil Ecology. 6. 17-35
1. Pengurangan penggunaan sumberdaya tak terbaharui sekaligus peningkatan sumberdaya terbaharui
2. Perlindungan lingkungan (Pankhurst and Lynch, 1994).
Hairiah et al. (2002) serta Wolf and Synder (2003) menambahkan bahwa pertanian berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui produktifitas tanah berkelanjutan, sedangkan produktifitas tanah yang berkelanjutan hanya dapat dicapai apabila dikelola secara terpadu dan salah satu kuncinya adalh dengan mempertahankan kandungan bahan organik tanah.
Biota tanah berperan dalam pemeliharaan kesuburan tanah dan produktifitas ekosistem pertanian melalui aktifitas-aktifitas sebagai berikut (Swift and Bignell, 2001):
1. Penguraian seresah
2. Daur siklus hara
3. Pengendalian patogen tular tanah, lewat mekanisme kompetisi dan antagonisme. Pada ekosistem alami yang biodiversitasnya tanahnya tinggi, kasus ledakan hama dan penyakit relatif jarang terjadi. Namun pada sistem pertanian monokultur, maka populasi biota antagonis (predator, penyakit, kompetitor maupun fenomena antibiosis) juga akan menurun sehingga tanaman lebih rentan terserang enyakit dan hama.
4. Perbaikan struktur tanah.
Aktifitas pestisida dan pupuk N dalam jangka panjang akan mengakibatkan hilangnya cacing tanah aneksik yang berperan mendistribusikan seresah dari permukaan tanah kedalam tanah. Dampak langsung dari hal tersebut adalah akumulasi seresah di permukaan tanah, meningkatnya berat volume tanah dan menurunnya laju infiltrasi air (Fragoso et al., 1997).
Kendala utama bagi perkembangan dan aktifitas biota dalam tanah adalah:
1. Hambatan untuk pergerakan biota pada tanah yang padat akibat kecilnya pori tanah dan tidak meratanya distribusi pori yang terisi udara dan air.
2. Iklim mikro yang seringkali tidak menguntungkan seperti kekeringan, tergenang air,dll.
3. Kualitas sumber pakan (seresah dan akar) yang relatif rendah.
Pustaka:
Pankhurst,C.E. and Lynch,J.M. 1994. The Role of the Soil Biota in Sustainable Agriculture. In: Soil Biota Management in Sustainable Farming Systems. Pankhurst,C.E., Doube,B.M., Gupta,V.S.S.R. and Grace,P.R. (eds.) CSIRO Australia. 3 - 12.
Hairiah,K.Arifin,J., Berlian, Prayogo,C. and van Noordjiwk,M. 2002. Carbon Stock Assessment for a Forest-to-coffe Conversion Landscape in Malang (East Java) and Sumberjaya (Lampung, Indonesia). Proceeding International Syposium on Forest Carbon Sequestration and Monitoring, Taipei-Taiwan. 11-15 November 2002.
Swift,M. And Bignell,D. 2001. Standard Methods for Assesment of Soil Biodiversity and Land Use Practice. ICRAF Southeast Asia.
Fragoso,c., Brown,G.G., Patron,J.C.,Blanchart,E., Lavelle,P., Pashanasi,B., Seapati,B. And KumarT. 1997. Agricultural intensification, soil biodiversity and agroecosistem function in thr tropics: The role of earthworm. Applied Soil Ecology. 6. 17-35
Komentar
Posting Komentar