Ini merupakan daftar pustaka yang aku cicil untuk pengerjaan tugasku, semoga dengan berbagi pengetahuan seperti ini dapat membawa keberkaha bagi kita semua dan ilmu pengetahuan menjadi berkembang lebih cepat khususnya di Indonesia, aamiin :)
O ya, mungkin susunan penulisan sumber pustaka masih ada yang salah, jadi kalian jangan asal copas aja, coba tengok dulu sistematika penulisan dapus saat ini
do ur best and totalitas, itu jiwa mahasiswa, fighting!
O ya, mungkin susunan penulisan sumber pustaka masih ada yang salah, jadi kalian jangan asal copas aja, coba tengok dulu sistematika penulisan dapus saat ini
do ur best and totalitas, itu jiwa mahasiswa, fighting!
Tim Penyusun. 2012. Pemanfaatan Mikroorganisme
Lokal (MOL) untuk Pertanian. Dalam Jurnal Bank Pengetahuan Tanaman Pangan
Indonesia. ISSN: 2087-2909 Vol.3, 2012. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Halaman: 3
Penggunaan mikroorganisme lokal (MOL) yang
dapat digunakan sebagai dekomposer atau pupuk cair yang mengandung bakteri
berpotensi sebagai zat pengatur tumbuh, pupuk cair, perombak bahan organik dan
sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida.
Bahan-bahan yang
digunakan sebagai pembuatan MOL dapat dikategorikan terdiri dari 3 jenis,
antara lain:
1. Karbohidrat:
air cucian beras (tajin), nasi bekas (nasi basi), singkong, kentang, beras dan gandum.
2.
Glukosa: larutan gula merah, gula pasir, gula
batu, molase dan air kelapa.
3.
Sumber bakteri: bonggol pisang, buah-buahan
busuk dan sisa makanan
Manfaat MOL
bonggol pisang berguna sebagai bahan decomposer bahan organik. MOL buah-buahan
dan sayuran untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi. MOL rebung sebagai
zat pengatur tubuh, MOL nimbi serawung sebaga petisida nabati.
Prinsip pembuatan
MOL adalah mencampurkan bahan sumber karbohidrat , glukosa dan bakteri,
kemudian difermentasikan selama kurang lebih 1-2 minggu, dengan tiap 2 hari
sekali penutup dibuka agar gas fermentasi dapat keluar.
Tim penyusun. 2012. Sistem Tanam Jajar Legowo.
Dalam Jurnal Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia. ISSN: 2087-2909 Vol.3,
2012. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Perpustakaan dan Penyebaran
Teknologi Pertanian. Halaman: 10-15.
Sistem tanam jajar legowo merupakan cara
tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi
satu barisan kosong. Istilah legowo diambil dari bahasa jawa, yaitu berasal
dari kata “lego” berarti luas dan kata “dowo” berarti memanjang. Sistem tanam
jajar legowo mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari
yang lebih optimal untuk pertanaman, penanggulangan hama dan pemupukan dapat
dilakukan secara lebih mudah.
Pada umumnya,
varietas padi pada kondisi jarak tanam sempit akan mengalami penurunan kualitas
pertumbuhan seperti anakan dan malai yang lebih sedikit, panjang malai yang
lebih pendek, dan jumlah gabah per malai berkurang dibandingkan dengan jarak
tanam yang lebar. Sebagai contoh, padi varietas Inpari 9-Elo dapat menghasilkan
lebih dari 50 anakan/rumpun pada jarak tanam 50x50 cm, dibandngkan dengan pada jarak tanam 20x20 cm
hanya mampu menghasilkan kurang dari 20 anakan/rumpun.
Penerapan system
tanam legowo disarankan menggunakan jarak tanam (25x25) cm antar rumpun dala
baris, 12.5 cm jarak dalam baris; dan 50 cm sebagai jarak antar barisan/lorong
atau jika ditulis (25x12.5x50) cm.
Pada system tanam
legowo 2:1 menghasilkan populasi tanaman 213.000/ha rumpun, serta akan
meningkatkan populasi 33.31% dibanding pola tanam tegel.
Pada system legowo
4:1 tipe 1, populasi tanaman 256.000/ha rumpun, peningkatan populasi sebesar
60% disbanding pola tegel.
Pada tipe 2
mempunyai 170.667 rumpun/ha, peningkatan sebesar 6.67% pada tanam pola tegel,
dan cocok dibudidayakan pada tanah yang mempunyai tingkat kesuburan tinggi.
Tim
Penyusun. 2010. Implementasi Penggunaan Cara Tanam Legowo dalam PTT Padi
Sawah. Dalam Jurnal Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia. ISSN: 2087-2909
Vol.1, No.1 2012. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat
Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Halaman: 12-13.
Pengololaan Tanam
Terpadu (PTT) padi sawah merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam
meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen
teknologi secara pastisipatif bersama petani.
Komponen pendukung PTT dapat dibagi menjadi komponen dasar dan komponen
pilihan. Komponen dasar merupakan komponen yang sangat dianjurkan, sedangkan
komonen pilihan merupakan komponen yang disesuaikan dengan kondisi, kemauan,
dan kemampuan petani setempat.
Komponen dasar
terdiri atas:
1.
Varietas unggul baru, hibrida atau inbrida
2.
Benih bermutu dan berlabel
3.
Pemberian bahan organik melalui pengembalian
jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos
4.
Pengaturan populasi secara optimum
5.
Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan
status hara tanah (dengan BWD)
6.
Pengendalian hama dan penyakit dengan
menggunakan pendekatan pengendalian hama terpadu (PHT)
Komponen pilihan terdiri atas:
1.
Pengelolaan tanah sesuai musim dan pola tanam
2.
Penggunaan bibit muda (<21 hari) bila kondisi
lahan tidak banyak ditemui hama keong mas
3.
Tanam bibit 1-3 batang per rumpun
4.
Pengairan secara efektif dan efisien
5.
Penyiangan dengan landak atau gasrock
6.
Panen tepat waktu dan gabah segera dirontokkan.
Tim penyusun. 2008. Agak Rumit Tapi Luar
Biasa. Tani merdeka. Jakarta. Hal 54-55 dalam kolom IPTEK.
Budidaya tanam
padi metode IIRA (Indonesia Inovasi Ridha Allah) adalah cara menanam padi yang
mengandalkan kesuburan tanah. Dharma Panji merupakan sosok penemu metode ini.
Metode IIRA menerapkan tiga tahapan syarat yang harus ditempuh, yaitu: tahap
Iman, Islam dan Ihsan. Tahap Iman atau Ta’min merupakan kegiatan memperbaki
lahan, mulai dari memprbaiki sifat kimia hingga biologi sawah serta
menghidupkan mikroorganisme yang menguntungkan. Hal ini dilakukan dengan cara
memperbaiki saluran irigasi, mengatur agar air tidak mengalir terus menerus dan
tidak tergenang, tetapi retak dan becek. Lahan yang terus tergenang menyebabkan
turunnya Ph tanah, menebar kapur pertanian, serabut kelapa dan ampas kelapa.
Meningkatkan KTK dengan menabur zeolit dan humate, mengendalikan jamur yang
merugikan dengan menyemprotkan jamur yang menguntungkan (seperti tricodherma
harseanum), mengendalikan bakteri merugikan dengan cara menyemprotkan
bakteri menguntungkan (seperti pseudomonas flourensent).
Tahap
Islam atau Taslim adalah kegiatan pembenihan dan penanaman padi sampai keluar
malai. Benih direndam dulu dalam larutan coryne bacterium selama 15 menit,
lalu diteruskan dengan merendam dengan air bersih sampai 24 jam. Setelah itu
benih ditiriskan dan dimasukkan kedalam karung berlapis selama 2 x 24 jam.
Selanjutnya dilakukan penaburan dengan takaran satu genggam benih pada lahan
pembenihan 1m x 1m. pada hari ke-tujuh benih disemprotkan dengan coryne
bacterium. Sebelum hari ke-14 bibit ditanam dengan ukuran 19 x 9,5 cm
memakai legowo 38/57 cm membujur dari arah selatan ke utara dengan cara tanam
sedangkal mungkin. Tahap Ihsan atau Tahsin, berupa kegiatan memelihara dan
menanggulangi hama atau penyakit sejak keluar malai sampai panen dan pasca
panen.
Dengan
metode ini, dalam setiap hektar mampu memperoleh 300.000 rumpun yang tiap
rumpun memiliki 7 malai. Potensi mencapai 20 ton/ha.
Argohartono Arie Raharjo. 2010. Bikin Nutrisi
Siap Santap. Majalah Trubus edisi ke-491-Oktober 2010/XLI.
Jika tanah
memadat, akar tidak bisa memperoleh oksigen atau mengeluarkan udara sisa
pernafasan berupa karbondioksida, hydrogen sulfide sampai metana. Akumulasi
gas-gas itu meningkatkan keasaman tanah, makanya diperlukan aerasi tanah yang
baik.
“Tanaman tidak
makan bahan organic atau pupuk kimia” (Prof.Dr.Iswandia Anas Chaniago, periset
di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB). tumbuhan memakan muatan
ionik, tugas bahan organik atau pupuk kimia menjadi ion-ion jatuh ke
mikroorganisme.
wajar tanaman
tidak mampu menyerap unsure fosfor dari potassium dan Kaliun KCL, ika disekitar
perakaran tidak ada bahan organic. Ikatan kalium dan Clor dalam KCL sangat kuat
sehingga tidak mempan dipisahkan walau dipanaskan. Untuk melakukan penyerapan
muatan positif tersebut, bulu akar membungkus diri dengan electron, biasanya
dalam bentuk OH- yang didapat dari ujung daun. Penyerapan ion
negative dilakukan dengan cara bulu akar mengosongkan ion OH- ,
sehingga terjadi kekosongan muatan alias bermuatan positif.
Susanti, Tri. 2010. Efek Ganda Pupuk Organik.
Majalah Trubus edisi ke-491-Oktober 2010/XLI.
Bahan organik
mengandung koloid yang bisa menahan pupuk anorganik agar tidak terlindi dalam
tanah, dengan pupuk organik, tanaman mudah menyerap air dan hara, sedangkan
dengan pupuk anorganik, tanaman mempunyai perakaran yang pendek tapi tanaman
gemuk sehingga mudah roboh.
O.S. Padmini et al. 2000. Pengaruh Iradiasi
Sinar γ Terhadap Peningkatan Mn tersedia pada Beberapa Jenis Tanah. dalam
Jurnal Ilmu Pertanian, ISSN 926-4214 Volume 7 Nomor 1 Juni 2000, Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Sterilisasi tanah
menggunakan irradiasi sinar γ merupakan salah satu metode yang menguntungkan
karena mampu mematikan mikroorganisme secara komersial dibandingkan dengan cara
konvensional, misalnya dengan pemanasan dengan autoklaf dan fumigasi.
Sterilisasi tanah dengan sinar γ dapat mengubah Mn yang tidak tersedia menjadi
tersedia, tetapi dosis iradiasi lebih dari 30 kGy tidak akan memberikan
pengaruh nyata dalam peningkatan Mn tersedia.
Komentar
Posting Komentar