BIOETANOL UBIKAYU SEBAGAI SALAH
SATU ALTERNATIF SUMBER ENERGI
Disusun
oleh:
Nining Rahayu (H0712138)
Kelas :
Agrofuel AT 3-B
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Seiring meningkatnya kemajuan peradaban dunia, dimana
ketergantungan akan energi semakin meningkat. Permasalahan krisis energi yang
dihadapi negara-negara dunia tak terkecuali Indonesia, menunggu untuk dapat segera
diselesaikan. Seperti yang kita ketahui, hampir seluruh pemakaian energi
(mencapai 90%) menggunakan energi yang tak terbaharukan (dipasok dari bahan
bakar fosil), padahal jika terus menggunakan sumber energi yang tak
terbaharukan ini, dapat diprediksi, dunia akan mengalami krisis energi dalam
jangka setengah abad ini. Untuk menjawab permasalahan itu, diperlukannya
pengembangan sumber energi terbaharukan agar mampu menjamin keberlangsungan
energi dunia. Jawaban alternatif tersebut dapat dipecahkan melalui pengembangan
biofuel khususnya etanol, dimana etanol merupakan bahan kimia yang diproduksi
dari bahan baku tanaman yang mengandung karbohidrat (pati) seperti ubi kayu, ubi
jalar, jagung, sorgum, beras, ganyong dan sagu. Bahan baku lain-nya adalah
tanaman atau buah yang mengandung gula seperti tebu, nira, buah mangga, nenas, pepaya,
anggur, lengkeng, dll.
Bahan baku tersebut merupakan tanaman pangan yang biasa ditanam
rakyat hampir di seluruh wilayah Indonesia, sehingga jenis tanaman tersebut
merupakan tanaman yang potensial untuk dipertimbangkan sebagai sumber bahan baku
pembuatan bioethanol. Namun dari semua jenis tanaman tersebut, ubi kayu
merupakan tanaman yang paling optimal untuk prospek pembuatan bioetanol. Selain
itu pertimbangan pemakaian ubi kayu sebagai bahan baku proses produksi bioetanol
juga didasarkan pada pertimbangan ekonomi. Pertimbangan ekonomi tersebut bukan
saja meliputi harga produksi tanaman sebagai bahan baku, tetapi juga meliputi
biaya pengelolaan tanaman, biaya produksi pengadaan bahan baku, dan biaya bahan
baku untuk memproduksi setiap liter etanol.
B. Masalah
1.
Bagaimana cara mempertahankan
keberlangsungan energi tanpa harus bergantung dengan sumber energi tak
terbaharukan?
2.
Bagaimana cara mengembangkan bioetanol
dari singkong dengan baik?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dibuatnya makalah mengenai pengembangan ubi kayu sebagai bioetanol
adalah sebagai berikut :
1.
Membuat alternatif energi melalui
bioetanol dengan bahan baku ubi kayu
2.
Mengenal varietas ubi kayu yang
potensial menjadi bahan baku pembuatan etanol.
3.
Mengembangkan pemakaian diversifikasi
energi lewat bioetanol ubi kayu.
D. Manfaat
1.
Menciptakan ketahanan energi nasional
melalui bioetanol ubi kayu.
2.
Meningkatkan pendapatan petani ubi kayu.
3.
Membuat lapangan pekerjaan bagi
pengelolaan bioetanol ubi kayu.
BAB
II
PEMBAHASAN
Singkong
merupakan tanaman yang sudah dikenal lama oleh petani Indonesia, walaupun bukan
tanaman asli Indonesia, namun tanaman singkong di Indonesia dapat tumbuh subur
meski tidak dilakukan perawatan yang intensif. Singkong pertama kali
didatangkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-19 dari Amerika
Latin. Singkong dapat bertahan hidup di berbagai jenis tanah dan tumbuh optimal
pada tanah yang subur, beraerasi baik, ph 5.5 – 6.5. Suhu rata-rata lebih dari 25-30˚C
dengan curah hujan diatas 760-1.015 mm/tahun (Ranola 2009). Produktifitas
singkong di tingkat petani 14,3 – 18,8 to/ha, walaupun data dari pusat
penelitian melaporkan bahwa produktifitasnya bisa mencapai 30-40 ton/ha.
Singkong sebagai bahan biofuel
disarankan berasal dari varietas yang memiliki sifat sebagai berikut : berkadar
pati tinggi, potensi hasil tinggi, tahan cekaman biotik dan abiotik, fleksibel
dalam usaha tani dan umur panen.
Teradapat
karakteristik internal etanol yang menyebabkan pengunaan etanol pada mesin
lebih baik daripada bensin. Etanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor
octane 89.7. Angka tersebut (terutama research
ocatane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh bensin (research octane 88 dan umumnya motor octane lebih rendah daripada research octane) walaupun setelah ditambahkan zat aditif
tertentu. Angka oktan adalah sifat ketahanan bahan bakar untuk tidak terbakar
sendiri karena tekanan atau suhu (Mardono dalam Duryatmo 2013).
Etanol
memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen yang berikatan di
dalam molekul etanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara campuran
udara dan bahan bakar di dalam silinder. Ditambah dengan rentang
keterbakaran (flammability) yang lebar, yakni 4.3 – 19 vol% (dibandingkan dengan
gasoline yang memiliki rentang keterbakaran 1.4 – 7.6 vol%), pembakaran
campuran udara dan bahan bakar etanol menjadi lebih baik. Hal ini dipercaya
sebagai faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO dibandingkan dengan
pembakaran udara dan bensin , yakni sekitar 4%. Etanol juga memiliki panas
penguapan yang tinggi , yakni 842 kJ/kg (Giancoli 1998 dalm Yakinudin 2010).
Tingginya panas penguapan ini menyebabkan temperatur puncak di dalam silinder
akan lebih rendah pada pemabakaran etanol dibandingkan dengan bensin.
Teknik
pengolahan singkong menjadi etanol secara sederhana dapat dengan mudah
diterapkan pada masyarakat umum karena membutuhkan peralatan yang sederhana.
Proses pengolahan singkong segar
berlangsung sebagai berikut :
1. Kupas
singkong segar sebanyak 50 kg, kemudian di cuci dan di giling dengan mesin
penggiling. Kemudian saring hasil penggilingan untuk memperoleh bubur singkong.
Masukkan bubur singkong ke dalam drum yang terbuka penuh bagian atasnya dan tambahkan
air 40-50 liter dan aduk sambil dipanasi diatas perapian.
2. Tambahkan
1,5 ml enzim alfa-amilase kemudian panaskan selama 30-60 menit pada suhu
sekitar 90˚C. Dinginkan hingga suhu menjadi 55-60˚C kemudian tambahkan 0,9 ml
enzim gluko-amilase dan dijaga temperatur pada kisaran 55-60˚C selama 3 jam,
lalu dinginkan hingga suhu dibawah 35˚C.
3. Tambahkan
1 gr ragi roti, urea 65 gr, dan NPK 14 gr. Biarkan selama 72 jam dalam keadaan
tertutp tetapi tidak rapat agar gas CO2 yang terbentuk bisa keluar.
4. Pindahkan
cairan yang mengandung 7-9% bioetanol itu kedalam drum lain yang di desain
sebagai penguap (evaporator). Masak di atas perapian hingga uapnya keluar
menuju alat destilasi. Nyalakan aliran air di kondensator (pengembun) uap
bioetanol. Tahan temperatur bagian atas kolom destilasi pada suhu 79˚C ketika
cairan bioetanol mulai keluar. Fraksi bieoetanol 90-95% akan berhenti mengalir
secara perlahan-lahan (Yakinudin 2010).
Mesin
pembangkit listrik dengan bahan bakar bioetanol bisa menghasilkan tenaga
listrik berkekuatan 110-120 volt. Empat liter etanol hidrasi bisa membangkitkan
tenaga listrik selama 1 jam. Menurut Bernardo Ospina dalam Sinar tani 2010,
bila masyarakat pedesaan menyediakan 3-5 ha lahan untuk menanam ubi kayu,
etanol yang dihasilkan bisa memberi aliran listrik selama 6 jam sehari
sepanjang tahun (Sinartani 2010).
BAB
III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penyusunan makalah
ini dapat dirangkum dalam poin-poin sebagai berikut :
1. Singkong
dapat bertahan hidup di berbagai jenis tanah dan tumbuh optimal pada tanah yang
subur, beraerasi baik, ph 5.5 – 6.5. Suhu rata-rata lebih dari 25-30˚C dengan
curah hujan diatas 760-1.015 mm/tahun.
2. Singkong
sebagai bahan Fuel Grade Ethanol
(FGE) disarankan berasal dari varietas yang memiliki sifat sebagai berikut :
berkadar pati tinggi, potensi hasil tinggi, tahan cekaman biotik dan abiotik,
dan fleksibel dalam usaha tani dan umur panen.
3. Untuk
rasio campuran etanol dan bensin mencapai 60:40% , tercatat peningkatan
efisiensi hingga 10%.
B. Saran
Penggunan etanol dari singkong
sebagai alternatif energi perlu di dukung serius. Pemeliharaan secara intens
tanaman singkong di tingkat petani perlu di galakkan agar terciptanya produksi
yang melimpah sehingga mampu menghasilkan banyak etanol agar terciptanya
kemandirian energi nasional.
DAFTAR
PUSTAKA
Duryatmo, Sardi.2013.
Bisnis Singkong dari Halaman Rumah. http://einfo.page.tl
diakses pada 24 Oktober 2013.
Ranola et al.,. 2009. Enchancing The Viability
of Cassava Feedstock for Bioethanol In
The Philipphines. Jurnal ISSAAS. (online) Vol. 15, No. 2:147 -158, (http://www.issaas.org/journal, diakses pada 23 Oktober
2013).
Tim penyusun. 2010.
100% Bioetanol Ubikayu Untuk Mobil. Sinartani edisi 13-19 Januari 2010, No.3337 Tahun XL, hal 22.
Yakinudin, Andal. 2010.
Bioetanol Singkong Sebagai Sumber Bahan Bakar Terbaharukan
dan Solusi untuk Meningkatkan Penghasilan Petani Singkong. IPB. (online).
(http://www.ipb.ac.id,
diakses pada 16 Oktober 2013).
Komentar
Posting Komentar