Langsung ke konten utama

Makalah Teknik Budidaya Tanaman Semusim dan Tahunan


PENGOLAHAN TANAH, PENANAMAN DAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN PADI




Maharani Puspita1, Nining Rahayu2, Novialita Herlina3, Novita Chrisna4
Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jalan Ir. Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126
Email:

ABSTRAK
Cara menanam padi yang baik akan mempengaruhi dan sangat menentukan keberhasilan dalam budidaya tanaman padi yang kita tanam. Sekalipun cara menanam padi sawah dianggap budidaya mudah akan tetapi kegagalan panen masih sering terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Budidaya padi dapat dilakukan disegala musim. Pada musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi mengandung  pasir, debu, lempung. Pemupukan susulan merupakan salah satu cara menanam padi yang perlu mendapat perhatian serius, karena nutrisi tanaman padi harus tetap tersedia sepanjang masa budidaya tanaman padi sawah untuk menghasilkan produksi optimal. Pemilihan sistem tanam yang tepat pada setiap varietas padi yang digunakan perlu di perhatikan untuk menigkatkan produksi serta meminimalkan input produksi agar petani dapat memproduksi dengan optimal.

Kata Kunci: Padi, Budidaya, Media Tanah, Pemupukan

1.        PENDAHULUAN
Pada umumnya lahan marginal kurang subur sampai tandus sehingga produktifitasnya rendah, berupa lahan kering dan atau tadah hujan dengan curah hujan yang rendah, vegetasi yang kurang sehingga suhu udara relatif tinggi dan ketersediaan sumber air sulit. Keadaan alam yang demikian kurang memberikan peluang akan usaha pertanian baru. Usaha pertanian yang dilakukan oleh petani cenderung seperti yang telah dilakukan oleh petani-petani terdahulu. Mengusahakan komoditas yang memang telah beradaptasi di lingkungan yang demikian bertahun-tahun, dan diusahakan secara tradisional (Dodik 2012).
Indonesia termasuk ke dalam negara agraris yang kaya dengan pertaniannya. Salah satu tanaman utamanya adalah padi. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi (Niko 2012). Bahan organik mengandung koloid yang bisa menahan pupuk anorganik agar tidak terlindi dalam tanah, dengan pupuk organik, tanaman mudah menyerap air dan hara, sedangkan dengan pupuk anorganik, tanaman mempunyai perakaran yang pendek tapi tanaman gemuk sehingga mudah roboh (Tri Susanti 2010).
Budidaya padi di sawah meliputi persiapan lahan, persiapan bibit dan penanaman sedangkan pemeliharaan meliputi penyulaman, sanitasi lahan dan pengairan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyediakan teknologi yang tepat untuk lahan marginal. Pada umumnya penyediaan teknologi dilakukan melalui penelitian, pengkajian, dan pengembangan teknologi dengan memperhatikan prinsip-prinsip agar teknologi tersebut: (i) Secara teknis layak dimanfaatkan, dalam arti mempunyai potensi untuk meningkatkan produktivitas usaha pertanian, (ii) Secara ekonomis menguntungkan, dalam arti memberikan peningkatan  keuntungan dengan penerapan teknologi hasil penelitian per satuan luas dan per satuan waktu, umumnya per hektar, dan biasanya diukur dengan ukuran B/C ratio  dsb, (iii) Secara sosial diterima oleh masyarakat tani, dalam pengertian bahwa bila teknologi tersebut dianjurkan penerapannya, maka akan diikuti oleh masyarakat tani, dan (iv) Ramah lingkungan, ialah bahwa teknologi pertanian  yang disediakan tidak merusak lingkungan, terutama lingkungan alam, sehingga sumberdaya alam yang ada terlestarikan (Dodik 2012).
Pengololaan Tanam Terpadu (PTT) padi sawah merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara pastisipatif bersama petani.  Komponen pendukung PTT dapat dibagi menjadi komponen dasar dan komponen pilihan. Komponen dasar merupakan komponen yang sangat dianjurkan, sedangkan komonen pilihan merupakan komponen yang disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani setempat.
Komponen dasar terdiri atas:
1.     Varietas unggul baru, hibrida atau inbrida
2.     Benih bermutu dan berlabel
3.     Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos
4.     Pengaturan populasi secara optimum
5.     Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara  tanah (dengan BWD)
6.     Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pendekatan pengendalian hama terpadu (PHT)
Komponen pilihan terdiri atas:
1.     Pengelolaan tanah sesuai musim dan pola tanam
2.     Penggunaan bibit muda (<21 hari) bila kondisi lahan tidak banyak ditemui hama keong mas
3.     Tanam bibit 1-3 batang per rumpun
4.     Pengairan secara efektif dan efisien
5.     Penyiangan dengan landak atau gasrock
6.     Panen tepat waktu dan gabah segera dirontokkan (Tim Penyusun 2010).

2.        ISI PENELITIAN
2.1  Metode Penulisan
     Demi memperoleh data dan informasi yang diharapkan dalam penulisan karya ilmiah ini, ada beberapa metode yang penulis coba pergunakan. Adapun metode-metode yang dipergunakan oleh penulis yaitu:
a.       Metode Deskriptif
       Dalam metode ini penulis berupaya mendapatkan data dari hasil analisis beberapa informasi di berbagai media. Penulis menggunakan metode ini untuk mengetahui keaadaan sebenarnya yang lebih jelas mengenai persoalan yang sedang dibahas.
b.       Studi Pustaka
       Untuk mendapatkan informasi tambahan penulis mencoba mebaca buku-buku yang menyangkut budidaya tanaman padi. Hal tersebut penulis lakukan untuk menambah pembendahaan informasi yang tidak diperoleh dari metode yang lain.
2.2  Pembahasan
a.       Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk budidaya padi sawah dilakukan secara bertahap, yaitu sebagi berikut :
1)    Perbaikan Saluran dan Galengan
Sebelum penggarapan tanah dimulai, galengan harus diperbaiki, dibuat cukup tinggi, agar dapat menahan air dengan baik. Sebab dalam penggarapan tanah air tidak boleh mengalir keluar. Saluran-saluran pengairan perlu diperbaiki dan dibersihkan dari rumput-rumput. Ini akan mencegah kehilangan air pengairan dan mengurangi terwabahnya biji gulma kedalam petakan-petakan sawah.
2)    Membajak
Mengairi petakan sawah seminggu sebelum pembajakan, untuk melunakan tanah dan menghindarkan melekatnya tanah pada mata bajak. Terlebih dahulu dibuat alur ditepi dan ditengah petakan sawah agar air cepat membasahi saluran petakan. Kedalaman dalam pembajakan + 15-25 cm. Hingga tanah benar-benar terbalikan dan hancur. Adapun manfaat dari pembajakan adalah sebagai berikut :
a)    Pemberantasan gulma, sebab dengan pembajakan tumbuhan dan biji gulma akan terbenam.
b)    Menambah unsur organik, karena pupuk hijau yang berasal dari rumput akan terbenam dan tercampur dengan tanah.
c)    Mengurangi pertumbuhan hama penyakit.
Setelah dibajak tanah segera harus digenangi, untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman, menghindari hilangnya nitrogen dan melunakan bongkahan tanah yang disebabkan pembajakan. Penggenangan dilakukan selama kira-kira seminggu.
3)    Menggaru
Sebelum penggaruan dimulai, terlebih dahulu air didalam petakan dibuang, ditinggalkan sedikit untuk membasahi bongkahan bongkahan tanah. Selama penggaruan, saluran pemasukan dan pembuangan air harus ditutup, untuk menjaga supaya sisa air jangan sampai habis keluar dari petakan. Dengan cara menggaru tanah ‘memanjang’ dan ‘melintang’, bongkahan-bongkahan tanah dapat dihancurkan. Dengan penggaruan yang berulang-ulang dapat juga diperleh manfaat sebagai berikut :
a)    Peresapan air ke bawah dikurangi.
b)    Tanah menjadi rata.
c)    Penanaman bibit menjadi mudah.
d)    Rumput-rumput yang ada akan terbenam.
e)    Setelah penggaruan pertama, sawah digenangi lagi selama 7-10 hari.
4)    Meratakan
Proses perataan sebenarnya adalah penggaruan yang kedua, yang dilakukan setelah lahan digenangi 7-10 hari. Pengaruan yang kedua ini dilakukan dengan maksud sebagai berikut:
a)    Meratakan tanah sebelum pindah tanam.
b)    Membenamkan pupuk dasar guna menghindari denitrifikasi.
c)    Melumpurkan tanah dengan sempurna.
d)    Penggarapan tanah mulai dari pembajakan pertama sampai perataan, memerlukan waktu kira kira 25 hari, kira-kira sama dengan umur bibit di persemaian.
b.       Penanaman
Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di pesemaian. Bibit yang akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari (tergantung jenisnya), berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air agar tanah menjadi lunak dan memudahkan pencabutan. Caranya, 5-10 batang bibit kita pegang menjadi satu kemudian ditarik ke arah badan kita, usahakan batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain:
a)    Umurnya tidak lebih dari 40 hari
b)    Tingginya kurang lebih dari 40 hari
c)     Tingginya kurang lebih 25 cm
d)    Berdaun 5-7 helai
e)     Batangnya besar dan kuat
f)     Bebas dari hama dan penyakit
Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam, jangan sampai bermalam.  Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan ke kanan dan ke kiri dengan jarak 20 x 20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara merata. Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit, tangan kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kira-kira3 atau 4 cm. Usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring. Usahakan penanaman bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit yang ditanam terlalu dalam akan menghambat pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. Bibit yang ditanam terlalu dangkal akan menyebabkan mudah reba atau hanyut oleh aliran air. Dengan demiikian jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi.
Cara menanam  padi di Indonesia beraneka macam sistemnya, seperti penanaman padi secara jejer legowo, SRI,  tabela, dan lain-lain. Pada dasarnya sistem penanam padi memiliki tujuan dan fungsi  yang sama, yaitu untuk mengoptimalkan hasil produksi serta mencegah serangan hama yang merugikan petani. Perbedaan sistem penanaman padi tersebut terletak pada jarak tanam. Pada sistem tanam jajar legowo merupakan  cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi satu barisan kosong,  memiliki jarak tanam padi dengan perbandingan  I: 2:1 yakni 40 x 20 x 10cm, cara tanam berselang-seling 2 baris dan 1 baris kosong. Jarak antar baris tanaman yang dikosongkan disebut satu unit. Untuk sistem Legowo 2:1, populasi (jumlah) tanaman tidak berubah (sama dengan TAPIN tegel 20 x 20 cm. Sistem tanam jajar legowo mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari yang lebih optimal untuk pertanaman, sehingga penanggulangan hama dan pemupukan dapat dilakukan secara lebih mudah.
Pada sistem tanam SRI (System of Rice Intensification) sebelum ditanam, terlebih dahulu dilakukan pembuatan jarak tanam, jarak tanam yang baik adalah jarak tanam sesuai dengan metode SRI yakni tidak terlalu rapat, biasanya 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm. Penanaman dengan memasukkan satu bibit pada satu lubang tanam. Penanaman jangan terlalau dalam supaya akar bisa leluasa bergerak. Sistem tanam SRI ini beberapa praktek di berbagai negara menemukan bahwa metode SRI berhasil menekan serendah mungkin input produksi.  Hal ini sejalan dengan upaya para aktivis pertanian organik untuk mengolah tanah secara berkelanjutan. Hasilnya, ditemukan hubungan konservasi air pada sistem budidaya padi SRI dengan upaya konservasi tanah yang dianut pada budidaya padi organik. Saat ini, banyak para petani organik yang menerapkan budidaya padi dengan metode SRI.
Kemudian pada sistem tanam padi TABELA (Tabur Benih Langsung) sebelum benih ditabur ke lapangan terlebih dahulu di kecambahkan di dalam karung yang basah selama 2 hari sampai calon akarnya kelihatan, kemudian barulah dimasukkan langsung ke dalam lubang-lubang yang dibuat terlebih dahulu menggunakan kayu sederhana (tugal) yang berfungsi sebagai alat pembuat lubang dan sekaligus untuk mengatur jarak tanam. Sebelumnya lahan perlu diairi sampak agak basah tetapi tidak sampai menggenang atau becek sehingga mempermudah pembuatan lubang-lubang tanam. Benih hasil peraman yang telah kelihatan calon akarnya dimasukkan ke dalam lubang dengan menggunakan telunjuk jari tengah dan ibu jari + 20 – 25 benih ke dalam satu lubang. Perlakuan ini dengan estimasi bahwa satu rumpun padi yang optimal terdiri dari 20 – 25 anakan. Jarak tanam yang baik adalah 25 x 25 cm dengan kebutuhan benih  60 kg/ha. Kemudian benih padi yang sudah muncul titik tumbuhnya dimasukkan ke dalam lubang dengan menggunakan jari telunjuk.
Adapun beberapa keuntungan budidaya padi dengan sistem tabela diantaranya :
a)        Sistem tabela memastikan jarak tanam lebih tepat dan teratur sehingga produksi yang diperoleh petani lebih banyak 500 – 1000 kg gabah kering/ha bila dibandingkan dengan sistem persemaian. Konsekuensi yang diperoleh dari jarak tanam yang teratur akan mengurangi kompetisi untuk mendapatkan faktor-faktor produksi antar tanaman. Yang terpenting adalah bahwa jarak tanam yang tepat dan teratur akan menyebabkan Leaf Area Indeks (LAI) yang optimum karena semua lapisan daun sempurna sehingga proses fotosintesis tanaman dapat berlangsung secara optimal. Keadaan inilah yang dapat menunjang kenaikan produksi lebih tinggi pada sistem budidaya padi dengan menabur benih langsung tanpa melewati proses persemaian.
b)       Sistem tabela menyebabkan tanaman terhindar dari proses transpirasi yang berlebihan yang dapat menyebabkan kelayuan saat kekurangan air.
c)       Tanaman terhindar dari stagnasi.
d)       Tanaman terhindar dari proses penggabungan akar yang biasa terjadi saat transplanting sehingga banyak akar yang rusak dan putus.
e)       Kebutuhan tenaga kerja penanam untuk luasan 1 hektar adalah lima orang tenaga kerja dengan waktu + 4 jam sehingga besar biaya akan jauh lebih murah ( + Rp.125.000) jika dibandingkan dengan budidaya sistem persemaian. Dengan sistem tabela dapat menghasilkan 6 – 6,5 ton gabah, sedangkan melalui sistem persemaian konvensional menghasilkan 5 – 5,5 ton gabah.
 Namun disamping memiliki kelebihan-kelebihan tersebut, sistem budidaya padi secara tabela ini juga memiliki beberapa kelemahan/kekurangan diantaranya:
a)        Sistem tabela hanya dapat digunakan pada musim kemarau. Bila digunakan pada saat musim penghujan benih yang dimasukkan ke dalam lubang akan keluar dan tersebar kemana-mana menyebabkan jarak tanam menjadi tidak teratur.
b)       Dengan sistem tabela, karena air dimasukkan lebih awal pada saat akan membuat lubang, dapat menyebabkan biji-biji gulma berkecambah dan tumbuh lebih awal.
Dari masing-masing sistem penanaman padi tersebut memiliki keunggulan serta kekurangan masing-masing yang diikuti oleh faktor lingkungan, dan faktor tanaman itu sendiri, sehingga sebelum menentukan sistem penanaman padi, kita perlu memperhatikan kondisi lingkungan seperti unsur hara tanah, ketersediaan air, kondisi iklim dan jenis varietas padi yang akan ditanam.
Salah satu inovasi sistem tanam yang diciptakan yaitu sistem tanam padi metode IIRA (Indonesia Inovasi Ridha Allah) adalah cara menanam padi yang mengandalkan kesuburan tanah. Dharma Panji merupakan sosok penemu metode ini. Metode IIRA menerapkan tiga tahapan syarat yang harus ditempuh, yaitu: tahap Iman, Islam dan Ihsan. Tahap Iman atau Ta’min merupakan kegiatan memperbaki lahan, mulai dari memperbaiki sifat kimia hingga biologi sawah serta menghidupkan mikroorganisme yang menguntungkan. Hal ini dilakukan dengan cara memperbaiki saluran irigasi, mengatur agar air tidak mengalir terus menerus dan tidak tergenang, tetapi retak dan becek sebab lahan yang terus tergenang menyebabkan turunnya pH tanah, menebar kapur pertanian, serabut kelapa dan ampas kelapa. Meningkatkan KTK dengan menabur zeolit dan huamte, mengendalikan jamur yang merugikan dengan menyemprotkan jamur yang menguntungkan (seperti tricodherma harseanum), mengendalikan bakteri merugikan dengan cara menyemprotkan bakteri menguntungkan (seperti pseudomonas flourensent). Tahap Islam atau Taslim adalah kegiatan pembenihan dan penanaman padi sampai keluar malai. Benih direndam dulu dalam larutan coryne bacterium selama 15 menit, lalu diteruskan dengan merendam dengan air bersih sampai 24 jam. Setelah itu benih ditiriskan dan dimasukkan kedalam karung berlapis selama 2 x 24 jam. Selanjutnya dilakukan penaburan dengan takaran satu genggam benih pada lahan pembenihan 1m x 1m. pada hari ke-tujuh benih disemprotkan dengan coryne bacterium. Sebelum hari ke-14 bibit ditanam dengan ukuran 19 x 9,5 cm memakai legowo 38/57 cm membujur dari arah selatan ke utara dengan cara tanam sedangkal mungkin. Tahap Ihsan atau Tahsin, berupa kegiatan memelihara dan menanggulangi hama atau penyakit sejak keluar malai sampai panen dan pasca panen.  Dengan metode ini, dalam setiap hektar mampu memperoleh 300.000 rumpun yang tiap rumpun memiliki 7 malai. Potensi mencapai 20 ton/ha.
c.        Pemupukan
       Pemupukan untuk tanaman padi perlu diberikan dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah yang didapatkan melalui uji tanah. Penetapan dosis pupuk berdasar uji tanah membutuhkan data status N, P, dan K tanah yang ditetapkan sebelum mulai tanam. Pemupukan disesuaikan dengan rekomendasi hasil uji tanah pada lahan becocok tanam dan hasil penelitian varietas padi yang akan digunakan. Tanaman tumbuh membutuhkan karbondioksida, mineral-mineral, air dan cahaya matahari. Pertumbuhan yang baik diperlukan hara tanaman tersebut terus menerus dan mencukupi. Beberapa unsur hara diserap oleh tanaman dalam jumlah yang besar dan disebut sebagai unsur makro. Termasuk didalam unsur makro merupakan unsur hara yang banyak dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N), phospor (P), kalium K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Suatu ciri dari unsur hara makro yaitu apabila tersedianya sangat kurang akan menunjukkan gejala kelapran dan menurunkan hasil, sedangkan dalam keadaan berlebihan tidak akan meracun tanaman atau mengurangi hasil. Makanan atau unsur hara tanaman C, H dan O diperoleh dari udara, sedangkan N, P, K, Ca, Mg, dan S serta unsur hara mikro lainnya diperoleh dari tanah. Aktivitas produksi pertanian intensif pada suatu bidang tanah tertentu telah mengakibatkan penurunan kandungan hara pada tanah yang bersangkutan. Untuk mendukung produksi pertanian yang relatif tetap tinggi dibutuhkan penambahan hara tersebut melalui “pemupukan”. Pemupukan merupakan upaya penambahan kekurangan hara tanah dalam jumlah, waktu dan cara yang tepat.
       Memahami pemupukan bagi tanaman padi harus mengetahui umur tanaman padi terlebih dahulu. Beberapa tahap pemberian pupuk sebagai berikut:
a)       Pupuk dasar
   Sewaktu bibit pindah tanam, bibit perlu waktu sekitar 8-12 hst atau rata-rata 10 hst untuk dapat memperkokoh perakaran. Saat inilah, sebaiknya pemupukan pertama dilakukan. Sebab pada saat itu daun dan akar tanaman padi sudah mulai berkembang, dengan demikian akan maksimal menyerap unsur hara. Jangan diberikan pada waktu 0-5 hst, sebab daun dan akar tanaman padi belum berkembang dan masih dalam  kondisi stres, artinya akar belum siap menerima pupuk. Bila kita berikan akan sia-sia, apalagi kita berikan pupuk urea dalam jumlah yang tinggi.  Sebab pupuk urea mudah menguap dan bersifat higroskopis. Pada waktu pemberian sebaiknya memperhatikan kondisi air.
b)       Pupuk susulan pertama
Diberikan sekitar pekan ke tiga atau sekitar 21-25 hst ditandai setelah para petani melakukan pengoyosan, saat inilah pemupukan dilakukan. Sewaktu pengoyosan dilakukan maka akar tanaman padi akan putus. Dengan putusnya akar, tanaman akan membentuk anakan baru.  Pada kondisi ini seperti ini, tanaman dapat maksimal penyerap unsur hara yang diberikan. Dengan demikian, tanaman padi akan menghasilkan jumlah anakan yang maksimal ke depannya.
c)       Pupuk susulan kedua
Diberikan sekitar umur tanaman mencapai pekan ke lima atau sekitar 30-40 hst. Masa ini adalah peralihan dari fase vegetatif ke generatif. Dalam kondisi ini tanaman sedang membutuhkan nutrisi yang tinggi. Hal ini ditandai dengan keluarnya daun bendera atau padi bunting, artinya malai padi akan segera keluar. Pada umur tersebut adalah saat yang tepat pemupukan tahap ke-3 diberikan. Dengan demikian, tanaman padi akan menghasilkan malai yang optimal.
Beberapa cara aplikasi pupuk pada tanaman padi:
a)         Menaburkan secara merata pada areal sawah jika menggunakan sistem tegel.
b)         Jika menggunakan sistem tanam jajar legowo maka pemberian pupuk hanya pada tempat yang ada tanamannya.
c)         Pemberian pupuk ada yang dijimpitkan dan ditaruh diperempatan jarak tanaman padi, jadi tidak disebar secara merata.
d)         Ada juga petani yang kreatif yang memberikan pupuk tersebut dengan cara dijimpitkan di perempatan di antara tanaman lalu diinjak dengan satu kaki.
Ada 2 tahapan pemupukan berdasarkan masa pertumbuhan :
1)       Pemupukan di masa vegetative
 Dalam tahap vegetatif ini, pemupukan ini ke dalam 2 cara/pola pemberian :
a)         Cara 1 : pupuk disebar  beberapa hari setelah tanam ( hst )
 5  hst – dosisnya  = 100 kg urea + 50 kg SP 36
15 hst – dosisnya = 50 kg urea + 50 SP36 dan 100 kg NPK ponska
30 hst – dosisnya  = 150 kg NPK ponska
b)         Cara 2 : pupuk disemprotkan ke daun
10 hst – NPK mutiara dosis 6-7 sendok/tangki 14 liter
20 hst – NPK mutiara dosis 6-7 sendok/tangki 14 liter + pemberian ZPT (yang mengandung auksin atau sitokinin).
Proses penyemprotan dilakukan dari pagi hari sampai jam 8 pagi, atau bila sore penyemprotan sebaiknya di atas jam 5 sore.
2)       Pemupukan di masa generatif
Untuk tahap ini, pemupukan semuanya dilakukan dengan cara disemprotkan ke daun. Dalam tahap ini dilakukan setiap pekan. Cuma, sewaktu proses penyerbukan dan sebelum malai padi agak merunduk, penyemprotan dihentikan sementara.
Tahap Penyemprotan
a)       Saat 45 hst, dosisnya =  5 sendok KCL + 5 sendok pupuk ZK  + 3 tutup merk zpt tertentu + 1/8 tablet GA3 + 1 tutup kecil fungsida merk tertentu ( untuk mencegah penyakit dan membuat bulir bernas ) +  mikro7 1 sachet. Untuk mengetahui, apakah tanaman telah memasuki fase generatif ada caranya. Ambil contoh 1: batang tanaman yang menurut kita telah memasuki fase tersebut kemudian belah bagian tanamannya. Bila ada calon malai, maka tanaman tersebut telah memasuki fase generatif.
b)       Saat 52 hst, dosisnya =  5 sendok KCL + 5 sendok pupuk ZK  + 3 tutup merk zpt tertentu + 1/8 tablet GA3 + mikro7  (1 sachet). Saat 55-60 hst dihentikan sampai malai mulai merunduk.
c)       Saat 65  hst, dosisnya =  5 sendok KCL + 5 sendok pupuk ZK  + 3 tutup merk zpt tertentu + 1/8 tablet GA + 1 tutup kecil fungsida merk tertentu ( untuk mencegah penyakit dan membuat bulir bernas ) + mikro7 1 sachet.
d)       Saat 72 hst, dosisnya =  5 sendok KCL + 5 sendok pupuk ZK  + 3 tutup merk zpt tertentu + 1/8 tablet GA  + mikro7 1 sachet
e)       Saat 80 hst, dosisnya =  5 sendok KCL + 5 sendok pupuk ZK + 3 tutup merk zpt tertentu + 1/8 tablet GA3 + mikro7 1 sachet.
Sebelum melakukan pemupukan perlu diperhatikan pula keadaan cuaca, karena jika melakukan pemupukan di saat hujan turun maka akan terjadi pencuncian unsur hara, sehingga unsur hara yang di serap oleh akar tanaman akan diperoleh sedikit, dan juga kadar dosis untuk pemupukan tanaman per hektar perlu diperhatikan agar dapat mengurangi perkembangbiakan organisme pengganggu tanaman (OPT), serta memahami sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan kata lain tingkat kesburannya, agar pertumbuhan tanaman padi bisa memberikan hasil yang produktif.
 
3.        PENUTUP
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.       Pengelolaan tanah dilakukan dengan cara memperbaiki saluran dan galengan, membajak, menggaru dan meratakan lahan.
b.       Penanaman dilakukan dengan melakukan penyemaian terlebih dahulu, saat bibit padi sudah berumur 25-40 hari, selanjutnya ditanam pada lahan yang sudah disiapkan.
c.        Penanaman padi di Indonesia dapat ditemui beberapa metode yang diterapkan di daerah-daerah, contohnya dengan metode Jejer legowo (dengan jarak tanam 40x20x10 cm), SRI (dengan jarak tanam 25x25cm atau 30x30 cm), Tabela (dengan jarak tanam 25x25 cm tanpa dilakukan penyemaian).
d.       Tindakan pemupukan dilakukan dengan cara menyesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah tersebut.

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan sebagai berikut.
a.       Pengolahan tanah dilakukan agar aerasi tanah baik, struktur tanah tidak padat dan mampu melakukan sirkulasi udara sehingga tidak terjadi akumulasi gas-gas yang dapat meningkatkan keasaman tanah. Pengolahan tanah juga dimaksudkan untuk mensterilisasi bakteri maupun gulma yang terdapat pada tanah, ada baiknya jika kita memanfaatkan teknologi terkini dalam pensterilisasian tanah tersebut, salah satunya dengan irradiasi sinar γ. Selain steril, ternyata dengan irradiasi sinar γ mampu meningkatkan kadar Mn tersedia.
b.       Penentuan untuk memilih sistem penanaman padi yang akan dilakukan, seharusnya sudah didasari dari pertimbangan jenis tanaman, tingkat kesuburan tanah, dan kondisi lingkungan mikro, karena tidak ada jaminan yang pasti mengenai sistem penanaman padi yang lebih bagus untuk semua wilayah, karena dalam penanaman tanaman, selalu melibatkan faktor-faktro terkait yang kompleks.
c.        Salah satu tujuan pemupukan adalah untuk membantu tanah agar dapat menunjang keberlangsungan hidup tanaman yang lebih baik, salah satu parameter sehat atau sakitnya tanah, dapat dilihat dari kandungan bahan organiknya. Karena tanaman tidak memakan bahan organik atau pupuk anorganik, melainkan muatan-muatan ionik, dengan kehadiran bahan organik, mampu mendatangkan mikroorganisme yang mampu mengubah bahan organik atau pupuk anorganik menjadi muatan-muatan ionik sehingga mampu secara langsung  dimakan oleh tanaman. Pentingnya memasukkan bahan organik pada tanah sangat pentinga dalam kegiatan pertanian yang berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Dodik 2012. Makalah Teknologi Budidaya Tanaman. http://dodikfaperta.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08 September 2013.
Niko 2012. Pembudidayaan Tanaman Padi Sebagai Tanaman Utama Masyarakat Indonesia. http://nikonababan.wordpress.com. Diakses pada tanggal 08 September 2013.
Susanti, Tri. 2010. Efek Ganda Pupuk Organik. Majalah Trubus edisi ke-491-Oktober 2010/XLI.
Suwardinata 2012. Pengolahan Tanah Pada Tanaman Padi. http://suwardinata.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08 September 2013.
Tim penyusun 2008. Agak Rumit Tapi Luar Biasa. Tani merdeka. Jakarta. Hal 54-55 dalam kolom IPTEK.
Tim  Penyusun 2010. Implementasi Penggunaan Cara Tanam Legowo dalam PTT Padi Sawah. Dalam Jurnal Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia. ISSN: 2087-2909 Vol.1, No.1 2012. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Halaman: 12-13
Tim penyusun. 2012. Sistem Tanam Jajar Legowo. Dalam Jurnal Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia. ISSN: 2087-2909 Vol. 3, 2012. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Halaman: 10-15



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Perhitungan Nilai Erosi

Contoh soal: Dari hasil penelitian di suatu daerah penelitian, diketahui bahwa daerah penelitian tersebut terbagi menjadi 3 satuan peta lahan (SPL) dengan sifat-sifat   sbb: Sifat tanah SPL 1 SPL 2 SPL 3 Pasir (%) 35 40 45 Pasir sgt halus(%) 15 20 20 Debu (%) 40 30 25 Lempung (%) 10 10 10 BO (%) 5 (rendah) 6 (rendah) 4 (rendah) Permeabilitas (cm/jam) 35 (kode 1) 10 (kode 3) 20 (kode 2) Struktur Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Panjang Lereng rata-rata (m) 20 18 17 Kemiringan Lereng rata-rata(%) 24 13 15 Penggunaan lahan Pinus Kentang

Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air

HALAMAN PENGESAHAN             Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini telah diselesaikan dan disahkan Disusun Oleh: NINING RAHAYU    H0 7121 38 KELOMPOK 10 Konservasi Tanah dan Air AT-5B Telah dinyatakan memenuhi syarat dan disahkan Pada tangga l : ___________________ Menyetujui,      Dosen Pembimbing           Dr. Ir. Jaka Suyana, M.Si.          NIP. 196408121988031002 Co -Assisten Arwa Farida L NIM H 0711018 KATA PENGANTAR Puji syukur pen yusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun. Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini dibuat bertujuan untuk melengkapi nilai mata kuliah Konservasi Tanah dan Air, serta untuk menambah pengetahuan tentang Konservasi Tanah dan Air. Dalam penyusunan laporan

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

                                                                            ACARA I STERILISASI ALAT, PEMBUATAN LARUTAN STOK DAN PEMBUATAN MEDIA A.     Pendahuluan 1.       Latar Belakang             Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode atau teknik mengisolasi bagian tanaman (protplasma, sel, jaringan, dan organ) dan menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam ruang yang terkontrol sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan mengandung dua prinsip yaitu bahan tanam yang bersifat totipotensi dan budidaya yang terkendali. Penggunaan bahan totipotensi saja tidak cukup mendukung keberhasilan kegiatan dalam kultur jaringan, keadaan media tanam, lingkungan tumbuh (kelembaban, temperatur dan cahaya) serta sterilitas mutlak harus terjamin.              Salah satu pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adal