Langsung ke konten utama

Makalah Mengenai Persilangan pada Tanaman Tomat


Keanekaragaman Genetik  pada Persilangan Beberapa Varietas Tanaman Tomat
Disusun oleh

Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2013

 

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah  yang berjudul “Keanekaragaman Genetik pada Persilangan Beberapa Varietas Tanaman Tomat” ini dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan hasil review dari berbagai jurnal mengenai persilangan dan pewarisan sifat pada beberapa macam verietas tanaman tomat yang tersedia di internet. Sumber-sumber jurnal tersebut telah kami pelajari dan pahami untuk diambil intisarinya yang terkait dalam pembelajaran mata kuliah Genetika Tumbuhan.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu dosen pengajar mata kuliah Genetika Tumbuhan, yang telah mengarahkan kami pada tugas ini, dimana tugas ini merupakan cerminan dalam pembuatan skripsi sehingga kami dilatih untuk dapat memiliki daya kerja keras yang tinggi dan kemampuan agar mampu menyelesaikannya dengan baik. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada orangtua kami yang senantiasa berdoa untuk kesuksesan kuliah anaknya, teman-teman seperjuangan yang juga senantiasa memberi dukungan semangat dan kritikan-kritikan membangun.
Kami meminta maaf apabila makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik serta saran yang membangun kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya, kami mengucapkan terimakasih. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
           
                                                                                    Surakarta,
13 Oktober 2013



Penyusun


BAB I         
 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Permintaan produk tomat dari tahun ke tahun selalu meningkat, hal ini terlihat dari peningkatan produksi dan luas tanam secara nasional. Data luas areal tanaman tomat 10 tahun terakhir menunjukkan adanya konsistensi peningkatan. Selama periode 2008-2009, produksi tomat meningkat sebesar 5.18% yaitu dari 53,128 ton (2008) menjadi 55,881 ton (2009) dengan rerata produktivitas 15,27 ton/ha (Direktorat Jenderal Hortikultura 2010). Pertanaman tomat di Indonesia memiliki permasalahan yaitu kurang tersedianya varietas berpotensi tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dicari varietas yang dapat memberikan potensi hasil yang tinggi, dapat diperoleh dengan cara melakukan perakitan varietas, salah satunya dengan melakukan persilangan dalam rangka pemuliaan tanaman.
      Tujuan utama program pemuliaan tanaman tomat adalah mendapatkan kultivar tomat berdaya hasil tinggi dan beradaptasi luas. Mutu buah juga perlu diperhatikan, karena berkaitan dengan selera konsumen dan menentukan varietas bisa diterima atau tidak. Mutu buah tomat mencakup semua sifat dan karakter yang melekat pada buah tersebut. Kenampakan bagian luar seperti kekerasan, lama waktu masak dan daya simpan buah tomat, merupakan faktor penting yang menentukan buah tomat tersebut untuk dapat diterima dan memiliki pangsa pasar yang bagus. Selain itu mutu buah tomat ditentukan pula oleh rasa dan kandungan gizi yang bagus (Grierson & Kader 1986). Varietas unggul menjadi salah satu komponen yang tidak dapat diabaikan, karena menjadi penjamin keberhasilan usahatani hortikultura. Penentu jaminan tersebut dibuktikan oleh peran yang nyata dalam peningkatan produksi, baik dalam jumlah maupun hasil tanaman.
B.     Masalah
1.       Bagaimana cara memenuhi permintaan pasar akan produk tomat yang tiap tahun mengalami     peningkatan?
2.      Bagaimana cara menerapkan prinsip genetika dalam menghasilkan varietas tanaman tomat yang diharapkan?
3.      Bagaimana cara menghasilkan tomat yang disukai kebanyakan konsumen?
C.     Tujuan
1.      Mahasiswa mampu memahami konsep genetika terapan dalam program pemuliaan tanaman.
2.      Mahasiswa mampu mencanangkan suatu varietas tomat yang disukai pasar.
3.      Mahasiswa mengenali berbagai macam varietas tomat yang telah beredar di masyarakat.
D.    Manfaat
1.      Memberi pengetahuan kepada mahasiswa mengenai konsep genetika terapan dalam kaitannya dengan produk yang diminati pasar.
2.      Memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai proses kegiatan pemuliaan tanaman.


                BAB II
PEMBAHASAN

            Permasalahan utama pada budidaya tanaman tomat di Indonesia adalah kurang tersedianya varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi, memiliki kualitas buah yang baik serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Usaha untuk mendapatkan varietas unggul terus dilakukan yaitu dengan cara pemuliaan konvensional, introduksi, seleksi dan persilangan (Jaya 1995). Informasi genetik merupakan hal yang penting dalam menyeleksi hasil persilangan untuk mendapatkan varietas unggul (Welsh 1991). Bagian tomat yang mudah dikenali oleh konsumen adalah sifat fisik buah dan penampilan buah. Faktor yang mempengaruhi penampilan buah adalah warna, ukuran, bentuk, dan kerusakan fisik (Grierson dan Kader 1986). Warna dan bentuk buah dipengaruhi oleh faktor genetik. Dalam jurnal “Pola Pewarisan Sifat Buah Tomat” yang dilakukan Rudi dkk, pengendali gentik sifat buah tomat dapat dijabarkan. Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari empat tetua (P) yaitu GM1, GM3, Gondol Hijau dan Gondol Putih serta keturunan F1 dan F2 dari persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP. Jumlah tanaman masing-masing tetua dan F1 sebanyak 20 tanaman, sedangkan F2 dari masing-masing persilangan sebanyak 200 tanaman. Penjelasan pola pewarisan sifat pada tomat adalah sebagai berikut:
A.     Warna dan Bentuk Buah
      Warna buah tomat dipengaruhi oleh kandungan klorofil dan betakarotin. Warna buah mentah yang muncul pada generasi F2 dari ketiga persilangan berwarna hijau muda, akan tetapi memiliki warna pangkal buah beragam yaitu hijau tua, hijau dan  hijau muda (seluruh buah berwarna hijau muda). Warna hijau pada kulit buah dipengaruhi oleh kandungan klorofil a dan b. Total klorofil pada buah hijau mentah adalah sekitar 13 μg/g buah. Kandungan karotenoid buah mentah jauh lebih kecil dibandingkan klorofil (Grierson dan Kader 1986). Hasil analisis warna buah mentah untuk ketiga persilangan menunjukkan warna buah mentah dikendalikan oleh lokus tunggal dengan dua alel per lokus. Hal ini tampak dari tanaman F2 (dari ketiga persilangan) yang menghasilkan buah dengan warna hijau tua dan hijau muda dengan nisbah 3:1. Sifat warna pangkal buah mentah hijau tua dominan terhadap warna hijau muda. Warna buah hijau akan berubah menjadi merah akibat destruksi klorofil dan peningkatan akumulasi β-karotin dan lycopene (Grierson dan Kader 1986). Gen hp (high pigment) dan dg (dark green) berkaitan dengan kandungan vitamin C buah tomat, yang juga mempunyai efek pleotropi terhadap ukuran buah kecil dan hasil rendah (Martin ----). Kesimpulannya, warna merah dominan terhadap warna merah jingga. Warna buah masak dikendalikan oleh a) dua lokus dengan dua alel pada satu lokus dan tiga alel di lokus yang lain atau b) tiga lokus dengan dua alel per lokus.
      Sifat bentuk buah dikendalikan oleh dua lokus epistasis dominan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Murti et al. (2000) yang menunjukkan bahwa bentuk buah dikendalikan oleh dua lokus dengan dua alel per lokus. Bentuk lonjong dikendalikan gen resesif maka untuk menghasilkan buah lonjong atau bulat maka genotipenya harus homosigot. Hasil penelitian van der Knaap dan Tanksley (2000) menunjukkan bahwa lokus tunggal pada kromosom 7 (disebut sun) yang mengendalikan perbedaan perkembangan buah pada tomat TA491 dan LA1589. Lokus pengendalikan bentuk buah pada tomat yaitu fs8.1 dan ovate yang menampakkan pengaruhnya sebelum anthesis dan pada awal perkembangan bakal buah. Gen sun merupakan lokus pertama yang teridentifikasi mengendalikan bentuk buah setelah terjadi pembuahan. Genotipe heterosigot hasil persilangan tetua dengan buah gepeng dan lonjong akan menghasilkan buah gepeng. Bentuk buah yang banyak diminati bulat atau lonjong bukan gepeng (apel). Oleh sebab itu dalam pembuatan tomat hibrida yang berbentuk lonjong hanya dapat dilakukan dengan menyilangkan tomat berbuah lonjong dengan lonjong atau bulat.
B.     Komponen Hasil
      Hasil uji normalitas yang telah dilakukan, menunjukkan panjang dan diameter buah dapat digolongkan ke dalam sifat kuantitatif karena memiliki sebaran kontinu dengan data mengikuti distribusi normal. Sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak gen yang pengaruhnya bersifat kumulatif. Hasil uji normalitas juga menunjukkan bahwa jumlah bunga, jumlah buah, fruitset, jumlah rongga buah, dan berat buah pada ketiga persilangan yang diamati tidak mengikuti distribusi normal. Parameter yang tidak mengikuti distribusi normal memiliki sebaran diskontinu berarti digolongkan ke dalam sifat kualitatif. Sifat kualitatif merupakan sifat yang kelasnya dapat dibedakan dengan jelas, karena dipengaruhi oleh beberapa gen (monogenik atau digenik).
C.     Aksi Gen
     Aksi gen suatu sifat dari tanaman hasil persilangan dapat diketahui dengan melihat nisbah potensinya. Nisbah potensi menunjukkan pengaruh aksi gen dari persilangan kedua tetua pada keturunan pertama.
D.     Korelasi Antar Sifat
      Nilai korelasi ini menunjukkan keeratan hubungan antar variabel. Nilai korelasi dipengaruhi oleh efek pleotropi dan tautan (Miranda dan Hallauer, 1988). Jika genotype bersegregasi secara bebas maka korelasi antar sifat rendah. Tetua yang digunakan yaitu Gondol Hijau dan Gondol Putih mempunyai banyak bunga dan buah tetapi jumlah rongga buah sedikit dan sebaliknya pada GM3. Adanya tautan atau pleotropi dapat dekati dengan nilai korelasi sifat-sifat pada populasi F2 (populasi segregasi). Jumlah bunga berkorelasi negatif sangat nyata dengan fruitset dan jumlah rongga buah. Hal ini menyebabkan efek yang berlawanan arah antara dua sifat, sehingga menyebabkan jumlah rongga buah semakin sedikit pada tanaman yang jumlah bunga banyak. Hal ini menunjukkan ada kemungkinan terjadi tautan (linkage) dua atau lebih gen dan atau pleotropi gen yang mengendalikan jumlah bunga dan jumlah rongga buah.
      Jumlah buah berkorelasi negatif sangat nyata dengan jumlah rongga buah, dan menunjukkan korelasi positif sangat nyata dengan panjang buah. Fruitset berkorelasi positif sangat nyata dengan panjang dan diameter buah sehingga apabila prosentase jumlah buah jadi semakin meningkat maka diameter buah juga memiliki kecenderungan untuk bertambah. Jumlah rongga buah berkorelasi positif sangat nyata dengan berat buah. Korelasi positif nyata pada jumlah rongga buah dengan berat buah sesuai dengan tetuanya yang menunjukkan semakin bertambah berat buah maka jumlah rongga buah juga bertambah. Jumlah rongga buah berkorelasi negatif sangat nyata dengan panjang dan berkorelasi positif sangat nyata dengan diameter buah.
      Menurut Tesar, (1984) cit. Sumpena (1995) hasil buah pertanaman ditentukan oleh jumlah tandan buah, jumlah bunga dalam satu tandan, banyaknya bunga yang berhasil menjadi buah dan berat buah per buah. Perbaikan salah satu sifat komponen hasil akan mempengaruhi terhadap sifat komponen hasil lainnya. Adanya korelasi positif pada sifat komponen hasil memudahkan untuk perbaikan hasil tanaman tomat.
            Penelitian yang dilakukan di Balai Pengembangan dan Promosi Agribisnis Perbenihan Hortikultura oleh Erlina dkk, menjelaskan mengenai berbagai macam karakteristik benih tomat F9: 2 galur harapan dari persilangan ‘GM3’ dengan ‘Gondol Putih’ (‘GP’) (terdiri dari B52 dan B78), benih tetua, dan 2 varietas pembanding, yaitu ‘Kaliurang 206’ (galur murni) dan ‘Permata’ (hibrida F1).
            Warna buah selain berpengaruh terhadap penampilan buah, juga berpengaruh terhadap kandungan vitamin A. Menurut Wiryana (2000), pada umumnya buah tomat yang warnanya merah jingga mengandung vitamin A lebih tinggi dibandingkan warna buah lainnya. Dengan demikian, galur B52 diperkirakan memiliki kandungan vitamin A lebih tinggi daripada B78. Namun demikian, tomat dengan warna kulit merah jingga seringkali kurang disukai oleh konsumen.
            Pada penelitian ini pengukuran warna buah tomat menggunakan Chromameter. Nilai L merupakan atribut nilai yang menunjukkan tingkat kecerahan suatu obyek, dengan kisaran 0-100. Nilai L yang mendekati nol menunjukkan obyek memiliki kecerahan rendah (gelap), nilai L yang mendekati 100 menunjukkan obyek memiliki kecerahan tinggi (terang). Nilai a* menyatakan spektrum warna dari merah ke hijau (nilai +60 – 0 menunjukkan warna merah, nilai 0 – (-60) menunjukkan warna hijau). Nilai b* menunjukkan derajad kekuningan atau kebiruan suatu obyek. Semakin positif nilai b* (+60 – 0 ) menunjukkan derajad kekuningan yang tinggi dan semakin negatif nilai b* (0 –60) menunjukkan derajad kebiruan yang tinggi (Liyanage, 2008).
            Bentuk buah menjadi salah satu penentu mutu dalam pemilihan buah tomat. Selera konsumen di setiap daerah terhadap bentuk tomat berbeda-beda, bentuk buah yang banyak diminati adalah bulat atau lonjong (Murti et al., 2004), pengukuran dengan sphericity indeks berkisar antara 99-100 (Purwati, 2007). Bentuk buah dari penelitian ini ditera dari perbandingan panjang dengan diameter buah. Keturunan ‘GM3’X’Gondol Putih’, menghasilkan buah berbentuk apel. ‘GM3’ memiliki bentuk buah apel dan ‘Gondol Putih’ bentuk buahnya lonjong. Hal ini menunjukkan bentuk GM3 yang terbawa pada keturunan terseleksi sampai generasi F9.
            Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bentuk buah tomat dikendalikan oleh dua lokus epistasis dominan dengan dua allel per lokus (Murti et al., 2000; Murti et al., 2004). Genotipe heterosigot hasil persilangan tetua dengan buah bentuk apel dan lonjong akan menghasilkan bentuk buah apel. Bentuk buah lonjong dikendalikan oleh gen resesif. Oleh sebab itu untuk menghasilkan bentuk buah tomat lonjong hanya dapat dilakukan dengan menyilangkan tomat berbentuk lonjong dengan lonjong atau bulat (Murti et al., 2004).
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah tomat galur B52 berwarna merah jingga, berbentuk seperti apel, jumlah rongga sedikit, daging buah tebal melebihi ‘GM1’, ‘Kaliurang 206’ dan ‘Permata’; buah keras, ukuran sedang tetapi lebih besar daripada ‘Gondol Putih’,  ‘Kaliurang 206’ dan ‘Permata’; buah lebih cepat matang dibandingkan ‘Kaliurang 206’ dan ‘Permata’; pH cairan buah tinggi dan total padatan terlarut tinggi tidak berbeda dengan ‘Kliurang 206’ dan ‘Permata’. Buah galur B52 cocok sebagai tomat olahan.
            Buah galur B78 berwarna merah gelap, berbentuk seperti apel bersegi, rongga buahnya sedikit, daging buah tebal melebihi ‘Kaliurang 206’ dan ‘Permata’; buahnya keras dan tidak berbeda dengan ‘Kaliurang 206’; memiliki ukuran buah sedang tetapi lebih besar dari ‘Gondol Putih’, ‘Kaliurang 206’ dan ‘Permata’; lama buah matang tidak berbeda dengan ‘Kaliurang 206’ dengan daya simpan buah sekitar 1 bulan; kandungan vitamin C rendah, asam tertitrasi rendah, pH cairan buah dan padatan terlarut total rendah tidak berbeda dengan ‘Kaliurang 206’ dan ‘Permata’. Buah tomat galur B78 sesuai sebagai tomat buah (Erlina et al., 2011).
            Setelah didapat varietas unggul, tanaman perlu di uji daya hasil agar bisa dipublikasikan ke masyarakat. Perakitan varietas dilakukan oleh Fakultas Pertanian UGM dengan menyilangkan GM 1 X Gondol Hijau dan GM 3 X Gondol Putih. Hasil persilangan telah diseleksi dan ditanam hingga generasi F7. Pada generasi ini tanaman telah dianggap seragam, oleh sebab itu pada generasi F8 di lakukan uji pendahuluan daya hasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hasil tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mil.) hasil GM 1 X Gondol Hijau dan GM 3 X Gondol Putih di dataran tinggi dan mengetahui variabelyang dapat dijadikan sebagai salah satu kriteria seleksi tanaman tomat. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tomat Gadjah Mada 1 (GM 1), Gondol Hijau (GH), Gadjah Mada 3 (GM 3), Gondol Putih (GP) dan tiga galur hasil persilangan dari tomat varietas GM 1 X GH yang diberi kode A dengan nomor A65/6/8/1/1/5/3 (G20), A134/4/12/4/1/2/1 (G5), A175/1/11/1/1/1/5 (G19) dan galur hasil persilangan antara varietas GM 3 dan GP yang diberi kode B dengan nomor B52/3/12/1/1/2/2 (G14), B78/1/9/3/1/3/1 (G18), varietas Kaliurang, dan varietas F1 Permata (varietas hibrida sebagai pembanding.  Penelitian menunjukkan bahwa nilai rerata bobot buah pertanaman diketahui bahwa nomor yang memiliki hasil tinggi adalah  B/78/1/9/3/1/3/1 (G18), A/134/4/12/4/1/2/1 (G5) (Putri et al., 2011).
            Beberapa genotip ungul tomat seperti CL 6046, CLN 2001, dan LV 2862 telah diseleksi dan diuji di berbagai ketinggian tempat pada musim penghujan dan musim kemarau tahun terakhir ini memberikan hasil tinggi (>30 t/ha) dengan kualitas buah baik (bentuk, kekerasan, dan tahan simpan). Dalam uji daya peubah yang diamati berupa pertumbuhan keseragaman tanaman, sifat morfologis tanaman, umur mulai berbunga, umur mulai panen, bobot buah per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot biji per kg buah (Budi 2011).
            Dalam pengembangan pemuliaan tanaman, perlu diperhatikan perbedaan yang mana yang merupakan hasil gen dan hasil pengaruh lingkungan. Penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal Gravita bertujuan untuk mempelajari pewarisan sifat dari jumlah buah per tandan, berat buah, ukuran buah dan jumlah rongga buah yang meliputi aksi gen yang terkait dan menduga varians genetik serta heritabilitasnya. Dua buah tomat kultivar LV. 6123 (tomat apel) dan LV.5152 (tomat cherry) dengan ukuran buah dan bentuk tandan yang berbeda disilangkan untuk menghasilkan keturunan F1, F2, F3 dan selfed backcross dengan kedua tetuanya. Usaha memperoleh varietas baru melalui persilangan antar individu merupakan salah satu metode untuk dapat memperbesar variabilitas genetik. Dari persilangan tersebut akan memperbanyak pilihan dalam kombinasi baru dari gen-gen yang diturunkan dari kedua tetuanya (Allard 1960)
            Pendugaan heritabilitas juga penting untuk dilakukan, karena akan mengantarkan pada suatu kesimpulan apakah sifat-sifat tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetic atau faktor lingkungan. Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa varians genetik besar dan varians lingkungan kecil (Crowder 1993). Penelitian menggunakan dua kultivar tomat yang mempunyai sifat berbeda. Kultivar tomat LV 6123 memiliki karakter jumlah buah besar, sedangkan tomat LV 5152 memiliki jumlah buah kecil.Tujuan dilakukan persilangan ini adalah untuk merakit kultivar tomat baru yang memiliki jumlah bunga tiap tandan yang banyak dengan ukuran buah yang lebih besar (Kurniawan 2004).
            Model pewarisan sifat untuk semua karakter mengikuti model aditif-dominan, kecuali karakter panjang buah, diameter buah dan jumlah rongga buah juga terdapat pengaruh episatis. Diameter buah dan jumlah rongga buah mengikuti model dua gen dan terdapat efek episatis, sedangkan panjang buah diduga mengikuti bentuk episatis yang lebh tinggi. Pemuliaan galur murni dapat dilakukan pada karakter panjang buah, sedangkan karakter jumlah buah per tandan dan berat buah dapat dilakukan pemuliaan hibrida. Perlu populasi yang lebih banyak dalam mempeajari pewarisan sifat panjang buah dan jumlah ronnga buah persilangan LV 6123 dan LV 5152 (Farah et al., 2009).

                                                             BAB III
                                                           PENUTUP
  1. Kesimpulan
1.      Bagian tomat yang mudah dikenali oleh konsumen adalah sifat fisik buah dan penampilan buah. Faktor yang mempengaruhi penampilan buah adalah warna, ukuran, bentuk, dan kerusakan fisik (Grierson dan Kader 1986). Warna dan bentuk buah dipengaruhi oleh faktor genetik.
2.      Tujuan dilakukan persilangan adalah sebagai berikut :
a.       Mendapatkan varitas baru
b.      Potensi hasil tinggi
c.       Umur panen relatif pendek
d.      Daya simpan lama
e.       Toleran terhadap hama dan pathogen penyebab penyakit
3.      buah tomat yang warnanya merah jingga mengandung vitamin A lebih tinggi dibandingkan warna buah lainnya.
4.      bahwa buah tomat galur B52 berwarna merah jingga, berbentuk seperti apel, jumlah rongga sedikit, daging buah tebal, cocok digunakan sebagai tomat olahan. Buah galur B78 berwarna merah gelap, berbentuk seperti apel bersegi, rongga buahnya sedikit, daging buah tebal.
5.      Beberapa genotip ungul tomat seperti CL 6046, CLN 2001, dan LV 2862 telah diseleksi dan diuji di berbagai ketinggian tempat pada musim penghujan dan musim kemarau tahun terakhir ini memberikan hasil tinggi (>30 t/ha) dengan kualitas buah baik (bentuk, kekerasan, dan tahan simpan).
  1. Saran
Dalam kegiatan pemuliaan tanman yang akan datang diharapkan keragaman dari varietas yang telah didapat sebelumnya, dapat dijadikan bahan keanekaragaman genetik, dengan kelimpahan keanekaragaman genetik terebut dapat dijadikan varietas yang dapat disilangkan untuk menghasilkan suatu keturunan yang memiliki sifat unggul.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati et al., 2011. Mutu Buah Tomat Dua Galur Harapan Keturunan ‘GM 3’ dengan ‘Gondol Putih’. Yogyakarta: Fakultas Pertanian UGM PRESS.
Erlina et al., 2011. Mutu Buah Tomat Dua Galur Harapan Keturunan ‘GM1’ dengan ‘Gondol Putih’. Yogyakarta: UGM PRESS.
Farah et al., 2009. Analisis Rata-Rata Generasi Hasil Persilangan Tomat LV 6123 dan LV 5152. Jurnal AGRIVITA vol,31 no:2 Juni 2009. Yogyakarta: Fakultas Pertanian UGM PRESS.
Jaya, Budi. 2011. Produksi Benih Calon Varietas Tomat untuk Persiapan   Pelepasan Varietas 1804.17.c.3.3. Lembang: Balai Penelitian Tanaman   Sayuran.
Rudi et al., . Pola Pewarisan Sifat Buah Tomat GM1,GM3,Gondol Hijau,dan Gondol putih . Yogyakarta: Fakultas Pertanian UGM PRESS.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Perhitungan Nilai Erosi

Contoh soal: Dari hasil penelitian di suatu daerah penelitian, diketahui bahwa daerah penelitian tersebut terbagi menjadi 3 satuan peta lahan (SPL) dengan sifat-sifat   sbb: Sifat tanah SPL 1 SPL 2 SPL 3 Pasir (%) 35 40 45 Pasir sgt halus(%) 15 20 20 Debu (%) 40 30 25 Lempung (%) 10 10 10 BO (%) 5 (rendah) 6 (rendah) 4 (rendah) Permeabilitas (cm/jam) 35 (kode 1) 10 (kode 3) 20 (kode 2) Struktur Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Panjang Lereng rata-rata (m) 20 18 17 Kemiringan Lereng rata-rata(%) 24 13 15 Penggunaan lahan Pinus Kentang

Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air

HALAMAN PENGESAHAN             Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini telah diselesaikan dan disahkan Disusun Oleh: NINING RAHAYU    H0 7121 38 KELOMPOK 10 Konservasi Tanah dan Air AT-5B Telah dinyatakan memenuhi syarat dan disahkan Pada tangga l : ___________________ Menyetujui,      Dosen Pembimbing           Dr. Ir. Jaka Suyana, M.Si.          NIP. 196408121988031002 Co -Assisten Arwa Farida L NIM H 0711018 KATA PENGANTAR Puji syukur pen yusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun. Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini dibuat bertujuan untuk melengkapi nilai mata kuliah Konservasi Tanah dan Air, serta untuk menambah pengetahuan tentang Konservasi Tanah dan Air. Dalam penyusunan laporan

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

                                                                            ACARA I STERILISASI ALAT, PEMBUATAN LARUTAN STOK DAN PEMBUATAN MEDIA A.     Pendahuluan 1.       Latar Belakang             Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode atau teknik mengisolasi bagian tanaman (protplasma, sel, jaringan, dan organ) dan menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam ruang yang terkontrol sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan mengandung dua prinsip yaitu bahan tanam yang bersifat totipotensi dan budidaya yang terkendali. Penggunaan bahan totipotensi saja tidak cukup mendukung keberhasilan kegiatan dalam kultur jaringan, keadaan media tanam, lingkungan tumbuh (kelembaban, temperatur dan cahaya) serta sterilitas mutlak harus terjamin.              Salah satu pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adal