Langsung ke konten utama

Tugas Pengelolaan Air



STUDI ANALISIS PEMBELAJARAN MENGENAI  KUALITAS AIR PADA WADUK


Disusun oleh:
Nining Rahayu            H0712138




PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
LATAR BELAKANG

            Waduk merupakan salah satu contoh perairan tawar buatan yang dibuat dengan cara membendung sungai tertentu dengan berbagai tujuan seperti sebagai pencegah banjir, pembangkit tenaga listrik, pensuplai air bagi kebutuhan irigasi pertanian, kegiatan perikanan, budidaya karamba, dan bahkan untuk kegiatan pariwisata. Dengan demikian keberadaan waduk telah memberikan manfaat sendiri bagi masyarakat di sekitarnya. Indonesia memiliki lebih dari 500 waduk, namum status kondisi sebagian besar sudah sangat memprihatinkan akibat pencemaran (Sumarwoto et al., 2004 dalam Peni et al., 2013). Pencemaran yang terjadi di perairan waduk, merupakan masalah penting yang perlu memperoleh perhatian dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan beragamnya sumber pencemar yang masuk dan terakumulasi di waduk, antara lain berasal dari kegiatan produktif maupun non produktif di upland (lahan atas) dari permukiman dan dari kegiatan yang berlangsung di badan perairan waduk sendiri.
            Waduk mempunyai karakteristik yang berbeda dengan badan air lainnya. Waduk menerima masukan air secara terus menerus dari sungai yang mengalirinya. Air sungai ini mengandung bahan organik dan anorganik yang dapat menyuburkan perairan waduk. Pada awal terjadinya inundasi (pengisian air), terjadi dekomposisi bahan organik berlebihan yang berasal dari perlakuan sebelum terjadi inundasi. Dengan demikian, jelas sekali bahwa semua perairan waduk akan mengalami eutrofikasi setelah 1–2 tahun inundasi karena sebagai hasil dekomposisi bahan organik. Eutrofikasi akan menyebabkan meningkatnya produksi ikan sebagai kelanjutan dari tropik level organik dalam suatu ekosistem (Wiadnya et al., 1993).
            Suatu perairan dikatakan subur apabila mengandung banyak unsur hara atau nutrien yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam air terutama fitoplankton dan dapat mempercepat pertumbuhannya. Fitoplankton menduduki tropik level pertama dalam rantai makanan, sehingga keberadaannya akan mendukung organisme tropik level selanjutnya. Fitoplankton merupakan organisme pertama yang terganggu karena adanya beban masukan yang diterima oleh perairan, hal ini karena fitoplankton adalah organisme pertama yang memanfaatkan langsung beban masukan tersebut. Oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam perairan sebagai akibat dari adanya beban masukan yang ada akan menyebabkan perubahan pada komposisi, kelimpahan dan distribusi dari komunitas fitoplankton. Maka dari itu keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai indikator kondisi kualitas perairan, selain itu fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator perairan karena sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif panjang dan mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan















PEMBAHASAN

            Waduk dalam bidang pertanian berfungsi sebagai pemasok kebutuhan air pada tanaman di saat kondisi iklim lingkungan sudah tidak mendukung dalam penyediaan air tersebut (biasa terjadi sewaktu musim kemarau). Penyimpanan yang lebih besar seperti waduk sering digunakan untuk irigasi dan dapat digunakan untuk menambah persediaan air sungai maupun air tanah. Dimana air yang disimpan adalah satu-satunya sumber air selama musim tanam, untuk itu kemampuan penyimpanan harus cukup besar untuk menyediakan kebutuhan air tanaman untuk seluruh musim (British Columbia 2003). Waduk  memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:  
1.      mengurangi limpasan
2.      Peningkatan aliran sungai untuk spesies air
3.      Peningkatan pengelolaan air irigasi
4.      Menyediakan penyimpanan air untuk digunakan kembali
5.      Menghindari operasi irigasi malam hari
6.      Konsisten ketersediaan pasokan air
Kerugian dari kehadiran waduk adalah sebagai berikut:
1.      Zat terlarut lainnya bisa mencapai air tanah
2.      Potensi efek samping bagi masyarakat satwa liar, tergantung  reservoir tapak.
3.      Membutuhkan engineering luas dan pekerjaan tanah (Anonim 2010).
            Menurut Suriawiria (1996 dalam Achmad 2011), Indonesia sebagai negara berkembang, pencemaran oleh air domestik merupakan pencemar terbesar, yaitu sekitar 85% limbah yang masuk ke badan air. Hal ini karena belum adanya pengolahan limbah sebelum dibuang ke badan air. Sementara untuk negara maju limbah domestik yang masuk ke badan air hanya sekitar 15%. Sumber pencemaran dari pertanian berasal dari penggunaan pupuk dan pestisida. Pupuk yang digunakan tidak seluruhnya terserap kedalam tanah, namun ada yang terbuang ke sungai. Apabila penggunaan pupuk urea untuk sekali panen sebanyak 300 kg/Ha; pupuk TSP sebanyak 100 kg/Ha; kadar kandungan nitrogen (N) di pupuk urea sebesar 45%, dan kandungan fosfor (P) di pupuk TSP sebesar 20%, dan asumsi limbah pupuk yang masuk ke waduk sebesar 10%, maka potensi beban pencemaran yang berasal dari pertanian untuk nitrogen sebesar 469,76 ton/panen dan fosfor sebesar 69,6 ton/panen. Tingginya konsentrasi nutrientt yang masuk ke waduk menyebabkan terjadinya penyuburan air (eutrofikasi), dan dampaknya terjadi pertumbuhan dengan cepat tanaman air di permukaan waduk, seperti eceng gondok dan lain-lain (Achmad 2011).
            Penyuburan air (eutrofikasi) di waduk Batujai mengakibatkan sekitar 30% dari total luas waduk telah tertutup oleh tanaman air, khususnya didominasi oleh tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) dapat dilihat pada (Gambar 1). Akibat lain dari penyuburan air oleh tanaman adalah terjadinya pendangkalan waduk yang sangat cepat, dan memengaruhi masuknya cahaya matahari ke dalam air, sehingga kadar oksigen menjadi rendah. Menurut penelitian Agus (2004 dalam Achmad 2011) pendangkalan di waduk Batujai juga disebabkan oleh erosi (sedimentasi) dari permukaan tanah. Sekarang kedalaman waduk Batujai tinggal 6 - 8 m, yang sebelumnya sekitar 10 -12 m.
(Gambar 1. Permukaan Waduk Batujai ditumbuhi oleh eceng gondok)       
            Cara perhitungan beban pencemaran ini didasarkan atas pengukuran debit sungai dan konsentrasi limbah di muara sungai berdasarkan persamaan (Mitsch dan Goesselink 1993 dalam Peni et al., 2013):
BP = Q x C
Keterangan: BP = beban pencemaran pertahun (ton/tahun)
Q = debit sungai (m3/detik)
C = konsentrasi limbah (mg/liter)
Penghitungan beban pencemaran bertujuan untuk mengetahui dan mengidentiikasi sumber pencemaran, jenis pencemar dan besarnya beban pencemar yang masuk ke perairan waduk. Untuk mengkonversi beban limbah ke dalam ton/tahun dikalikan dengan 10-6 x3600 x 24 x 360. Analisis data besarnya beban limbah yang berasal dari kegiatan KJA dilakukan dengan metode pendugaan total bahan organic (Marganof 2007 dalam Peni et al., 2013) dengan persamaan:
O = TU x TFW
Keterangan:
O = total output bahan organik partikel
TU = total pakan yang tidak dikonsumsi
TFW = total limbah feses       
            Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air yang akan mempengaruhi hasil produktivitas pertanian adalah sebagai berikut:
1.      Suhu air
Suhu air mempunyai pengaruh yang nyata terhadap proses pertukaran atau metabolisme makhluk hidup, berpengaruh terhadap kadar oksigen yang terlarut adalam air, berat jenis, viskositas dan densitas air, juga berpengaruh terhadap kelarutan gas dan unsur-unsur dalam air. Suhu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk kedalam air. Secara langsung maupun tidak langsung, suhu berperan dalam ekologi dan distribusi plankton baik fitoplankton maupun zooplankton (Subarijanti 1994 dalam Apridayanti 2008). Efek langsung yaitu toleransi organisme terhadap keadaan suhu, sedangkan efek tidak langsung yaitu melalui lingkungan misalnya dengan kenaikan suhu air sampai batas tertentu akan menurunkan kelarutan oksigen (Sudaryanti 1989 dalam Apridayanti 2008).
2.      Kekeruhan
Kekeruhan diartikan sebagai intensitas kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organism lainnya. Kekeruhan perairan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan yang terjadi pada perairan tergenang seperti waduk lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi berupa koloid dan parikel-partikel halus. Kekeruhan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari yang masuk ke badan perairan, sehingga dapat menghalangi proses fotosintesis dan produksi primer perairan. Kekeruhan biasanya terdiri dari partikel anorganik yang berasal dari erosi dari DAS dan resuspensi sedimen di dasar waduk. Kekeruhan memiliki korelasi positif dengan padatan tersuspensi, yaitu semakin tinggi nilai kekeruhan maka semakin tinggi pula nilai padatan tersuspensi (Marganof 2007 dalam Peni et al., 2013).
3.      Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk (Effendi 2003 dalam dalam Peni et al., 2013). Kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh keberadaan padatan tersuspensi, zat-zat terlarut, partikel-partikel dan warna air. Pengaruh kandungan lumpur yang dibawa oleh aliran sungai dapat mengakibatkan tingkat kecerahan air waduk menjadi rendah, sehingga dapat menurunkan nilai produktivitas perairan. Parameter kecerahan dapat untuk mengetahui sampai dimana proses asimilasi dapat berlangsung di dalam air. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan. Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad renik atau plankton.
4.      Total Suspended Solid (TSS) suatu contoh air adalah jumlah bobot bahan yang tersuspensi dalam suatu volume air tertentu, dengan satuan mg per liter (Sastrawijaya 2000). Padatan tersuspensi terdiri dari komponen terendapkan, bahan melayang dan komponen tersuspensi koloid. Padatan tersuspensi mengandung bahan anorganik dan bahan organik. Bahan anorganik antara lain berupa liat dan butiran pasir, sedangkan bahan organik berupa sisa-sisa tumbuhan dan padatan biologi lainnya seperti sel alga, bakteri dan sebagainya (Marganof 2007 dalam Peni et al., 2013), dapat pula berasal dari kotoran hewan, kotoran manusia, lumpur dan limbah industri (Sastrawijaya 2000 dalam Peni et al., 2013).
Tabel 1. Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter
Klasifikasi padatan
Ukuran diameter (μm)
Ukuran diameter (mm)
Padatan terlarut
<10-3
<10-6
Koloid
10-3
10-6 – 10-3
Padatan tersuspensi
>1
>10-3
Sumber: APHA 1985
TSS dapat meningkatkan nilai kekeruhan, yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis (Effendi 2003 dalam Apridayanti 2013).
5.      Warna air mempunyai hubungan dengan kualitas perairan. Warna perairan dipengaruhi oleh adanya padatan terlarut dan padatan tersupensi (Sastrawijaya 2000).
6.      Derajat keasaman
merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Derajad keasaman menunjukkan suasana air tersebut apakah masih asam ataukah basa. Adanya unsur karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman suatu perairan. Sejalan dengan pernyataan tersebut Mahida (1993 dalam Peni et al., 2013) menyatakan bahwa limbah buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH perairan. Derajat keasaman mempunyai pengaruh yang besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan air, sehingga sering dipergunakan sebagai petunjuk untuk untuk menyatakan baik buruknya keadaan air sebagai lingkungan hidup biota air. Fluktuasi pH sangat dipengaruhi oleh proses respirasi, karena gas karbondioksida yang dihasilkannya. Semakin banyak karbondioksida yang dihasilkan dari proses respirasi, maka pH akan semakin rendah. Namun sebaliknya jika aktivitas fotosintesis semakin tinggi maka akan menyebabkan pH semakin tinggi (Kordi 2000 dalam Apridayanti 2013).

7.      Oksigen terlarut
dapat tersedia dengan kadar bervariasi yang dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosir. Selain diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme di perairan, oksigen juga diperlukan dalam proses dekomposisi senyawa-senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Sumber oksigen terlarut terutama berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer. Difusi oksigen ke dalam air terjadi secara langsung pada kondisi stagnant (diam) atau karena agitasi (pergolakan massa air) akibat adanya gelombang atau angin (Marganof 2007 dalam Peni et al., 2013). Fluktuasi harian oksigen dapat mempengaruhi parameter kimia yang lain.
8.      BOD (Biological Oxygen Demand)
merupakan salah satu indikator pencemaran organik pada suatu perairan. Bahan organik akan distabilkan secara biologis dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik atau anaerobik, maka jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam perairan tersebut dinamakan dengan BOD (Wardhana 2001 dalam Peni et al., 2013). Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut di perairan sampai pada tingkat terendah bahkan anaerob, sehingga dalam hal ini baketri yang bersifat anaerob akan menggantikan peran dari bakteri yang bersifat aerobik dalam mengoksidasi bahan organik dengan cara oksidasi anaerobik. Perairan dengan nilai BOD tinggi mengindikasikan bahwa bahan pencemar yang ada dalam perairan tersebut juga tinggi, yang menunjukkan semakin besarnya bahan organik yang terdekomposisi menggunakan sejumlah oksigen di perairan.
9.      Nilai COD (Chemical Oxygen Demand)
menunjukkan banyaknya oksigen yang diperlukan oleh oksidator kalium dikromat untuk mengoksidasi zat-zat organik yang terkandung dalam air limbah menjadi karbondioksida dan uap air. Nilai COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat tidak dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Bakteri dapat mengoksidasi zat organik menjadi CO2 dan H2O. Kalium dikromat dapat mengoksidasi lebih banyak lagi, sehingga manghasilkan nilai COD yang lebih tinggi dari BOD air yang sama (Sastrawijaya 2000).
10.  Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang berubah menjadi ion NH4 pada pH rendah. Amoniak berasal dari limbah domestik dan limbah pakan ikan. Ammonia di perairan waduk dapat berasal dari nitrogen organik dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air berasal dari dekomposisi bahan organik oleh mikroba dan jamur. Selain itu, ammoniak juga berasal dari denitriikasi pada dekomposisi limbah oleh mikroba pada kondisi anaerob (Sastrawijaya 2000 dalam Peni et al., 2013). Nitrit merupakan senyawa nitrogen beracun yang biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit (Marganof 2007 dalam Peni et al., 2013). Di perairan, fosfor tidak ditemukan dalam keadaan bebas melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik berupa partikulat. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dan merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan, sehingga menjadi faktor pembatas yang mempengaruhi produktivitas perairan. Fosfat yang terdapat di perairan bersumber dari air buangan penduduk (limbah rumah tangga) berupa deterjen, residu hasil pertanian (pupuk), limbah industri, hancuran bahan organik dan mineral fosfat. Umumnya kandungan fosfat dalam perairan alami sangat kecil dan tidak pernah melampaui 0,1 mg/l, kecuali bila ada penambahan dari luar oleh faktor antropogenik seperti dari sisa pakan ikan dan limbah pertanian (Marganof 2007 dalam Peni et al., 2013).
11.  Parameter mikrobiologi yang diukur untuk mengetahui kualits perairan adalah Fecal Coliform dan total Coliform. Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran feses atau kotoran manusia dan hewan di dalam perairan. Golongan bakteri ini umumnya terdapat di dalam feses manusia dan hewan. Oleh sebab itu keberadaannya di dalam air tidak dikehendaki, baik ditinjau dari segi kesehatan, estetika, kebersihan maupun kemungkinan terjadinya infeksi yang berbahaya. Beberapa jenis penyakit dapat ditularkan oleh bakteri coliform melalui air, terutama penyakit perut seperti tipus, kolera dan disentri (Suriawiria 1993).
            Menurut John (1995 dalam Samino et al., 2004), keuntungan penggunaan sifat fisika dan kimia suatu perairan untuk memantau kualitas air adalah karena memiliki nilai yang sederhana dan dapat ditentukan pada waktu tertentu, sedangkan kelemahannya adalah bahwa hasil pengukuran tersebut hanyalah menggambarkan keadaan sesaat dan tidak dapat memberikan gambaran tentang kondisi ekosistem secara keseluruhan. Bahan kimia di dalam air mempunyai fluktuasi yang besar dalam waktu yang relatif pendek sehingga pengukuran sifat kimia air meskipun dilakukan sesering mungkin tetap belum dapat mencerminkan kadar yang ada, selain itu dalam analisa kimia belum termasuk di dalamnya penghitungan kecepatan transformasi bahan kimia tersebut oleh organisme. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat dieliminir dengan menggunakan metode pengukuran parameter biologi, sehingga untuk memperkirakan tingkat pencemaran akibat beban masukan bahan toksik di perairan dapat digunakan metode biologi. Perubahan yang terjadi dalam perairan sebagai akibat adanya bahan pencemar akan menyebabkan perubahan pada komposisi, kelimpahan dan distribusi dari komunitas yang ada, dalam hal ini fitoplankton.













PENUTUP

1.      Kesimpulan
      Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Waduk dalam bidang pertanian berfungsi sebagai pemasok kebutuhan air pada tanaman di saat kondisi iklim lingkungan sudah tidak mendukung dalam penyediaan air tersebut (biasa terjadi sewaktu musim kemarau).
b.      Waduk mempunyai karakteristik yang berbeda dengan badan air lainnya. Waduk menerima masukan air secara terus menerus dari sungai yang mengalirinya. Air sungai ini mengandung bahan organik dan anorganik yang dapat menyuburkan perairan waduk.
c.       Cara perhitungan beban pencemaran pada waduk dapat diukur dengan menggunakan pengukuran debit sungai dan konsentrasi limbah di muara sungai berdasarkan persamaan (Mitsch dan Goesselink 1993 dalam Peni et al., 2013): BP = Q x C.
d.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air adalah suhu air, tingkat kecerahan, kekeruhan, TSS, warna air, derajat keasaman, oksigen terlarut, nilai BOD, nilai COD, unsur-unsur terlarut dan parameter biologi.
e.       keuntungan penggunaan sifat fisika dan kimia suatu perairan untuk memantau kualitas air adalah karena memiliki nilai yang sederhana dan dapat ditentukan pada waktu tertentu, sedangkan kelemahannya adalah bahwa hasil pengukuran tersebut hanyalah menggambarkan keadaan sesaat dan tidak dapat memberikan gambaran tentang kondisi ekosistem secara keseluruhan.
2.      Saran
      Saran yang dapat disampaikan dari hasil pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Perlu dilakukan pengendalian pencemaran limbah domestik, pertanian, dan peternakan yang masuk ke badan air yang dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas dari waduk Batujai.
b.      Penanggulangan eceng gondok di waduk Batujai dengan cara memanfaatkan ikan koan /grass carp (Clenophoryngodon idella) seperti yang dilakukan di danau Laut Tawar di Aceh dan Danau Kerinci di Provinsi Jambi ataupun memanfaatkan eceng gondok untuk dijadikan bahan kerajinan tangan seperti dilakukan oleh masyarakat di sekitar Rawa Pening, Salatiga.
c.       Pemerintah dalam hal ini PJT hendaknya secara periodik memantau kualitas waduk dengan memperluas area sampling. Data kualitas perairan waduk dari tahun ke tahun dan kondisi eksisting dapat digunakan untuk membuat model pengendalian pencemaran perairan di waduk tersebut, sehingga diperoleh sebuah kebijakan pengendalian pencemaran perairan secara tepat.
d.      Upaya monitoring kualitas air yang dilakukan sebaiknya tidak hanya dengan menggunakan metode fisika dan kimia tetapi juga melibatkan metode biologi sehingga hasil yang diperoleh lebih mencerminkan kondisi perairan yang sesungguhnya.
e.       Perlu adanya pengawasan dan penindakkan yang tegas terhadap berbagai aktivitas yang sekiranya dapat merusak keseimbangan ekosistem waduk













DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Firdaus. 2011. Dampak Pencemaran Lingkungan Kota Praya Terhadap             Kualitas Air Waduk Batujai. Buletin Geologi Tata Lingkungan Vol. 21    No. 2 Agustus 2011: 69 – 82. Bandung: Pusat Litbang Sumber Daya Air.
Anonim. 2010. Farm Water Quality Planning Management Practice. Irrigation      Storage Reservoir #436. Natural Resources Conservation Service:        University of California Cooperative Extension.
Apridayanti, Eka. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk           Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur. Tesis Program Magister Ilmu Lingkungan. Semarang: Universitas Diponegoro.
British Columbia. 2003. Farm Water Storage. Ministry of Agriculture, Food and   Fisheries No. 510.100-1 Agdex: 754 August 2003.
Peni Pujiastuti, Bagus Ismail dan Pranoto. 2013. Kualitas Dan Beban Pencemaran             Perairan Waduk Gajah Mungkur. Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 1 |           Maret 2013. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Perhitungan Nilai Erosi

Contoh soal: Dari hasil penelitian di suatu daerah penelitian, diketahui bahwa daerah penelitian tersebut terbagi menjadi 3 satuan peta lahan (SPL) dengan sifat-sifat   sbb: Sifat tanah SPL 1 SPL 2 SPL 3 Pasir (%) 35 40 45 Pasir sgt halus(%) 15 20 20 Debu (%) 40 30 25 Lempung (%) 10 10 10 BO (%) 5 (rendah) 6 (rendah) 4 (rendah) Permeabilitas (cm/jam) 35 (kode 1) 10 (kode 3) 20 (kode 2) Struktur Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Panjang Lereng rata-rata (m) 20 18 17 Kemiringan Lereng rata-rata(%) 24 13 15 Penggunaan lahan Pinus Kentang

Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air

HALAMAN PENGESAHAN             Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini telah diselesaikan dan disahkan Disusun Oleh: NINING RAHAYU    H0 7121 38 KELOMPOK 10 Konservasi Tanah dan Air AT-5B Telah dinyatakan memenuhi syarat dan disahkan Pada tangga l : ___________________ Menyetujui,      Dosen Pembimbing           Dr. Ir. Jaka Suyana, M.Si.          NIP. 196408121988031002 Co -Assisten Arwa Farida L NIM H 0711018 KATA PENGANTAR Puji syukur pen yusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun. Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini dibuat bertujuan untuk melengkapi nilai mata kuliah Konservasi Tanah dan Air, serta untuk menambah pengetahuan tentang Konservasi Tanah dan Air. Dalam penyusunan laporan

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

                                                                            ACARA I STERILISASI ALAT, PEMBUATAN LARUTAN STOK DAN PEMBUATAN MEDIA A.     Pendahuluan 1.       Latar Belakang             Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode atau teknik mengisolasi bagian tanaman (protplasma, sel, jaringan, dan organ) dan menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam ruang yang terkontrol sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan mengandung dua prinsip yaitu bahan tanam yang bersifat totipotensi dan budidaya yang terkendali. Penggunaan bahan totipotensi saja tidak cukup mendukung keberhasilan kegiatan dalam kultur jaringan, keadaan media tanam, lingkungan tumbuh (kelembaban, temperatur dan cahaya) serta sterilitas mutlak harus terjamin.              Salah satu pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adal