Langsung ke konten utama

Tugas Pemuliaan Tanaman #2


MENINGKATKAN HASIL PERTUMBUHAN PADA PERBANYAKAN TANAMAN SANSEVIERIA SECARA KULTUR JARINGAN



Disusun oleh
      
Tugas Pemuliaan Tanaman kelas AT-4A sebagai nilai ujian KD II



JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelsaikan tugas review pemuliaan tanaman mengenai tanaman Sansivieria ini dengan tepat waktu. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Hartati selaku dosen Pemuliaan Tanaman kelas AT-4A, yang berkenan memberikan masukan untuk perbaikan makalah ini, para penulis jurnal yang bersedia membagikan pengetahuannya lewat pemberitaannya di dunia maya, orangtua yang senantiasa memberikan dukugan agar tetap rajin belajar, juga teman-teman seperjuangan yang senantiasa selalu menyuntikkan energi semangat untuk pantang menyerah.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas UKD II Pemuliaan Tanaman sekaligus untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan para mahasiswanya, yang bergerak dibidang pertanian agar mempunyai pengetahuan luas, sehingga dalam pengaplikasiannya di dunia nyata bisa bermanfaat bagi dunia pertanian, para pelaku pertanian, maupun bagi kemajuan bangsa dan negara.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini agar lebih baik sehingga dapat lebih bermanfaat bagi sesama, khususnya pelaku yang menekuni dunia pertanian.


15 Maret 2014



                                                                                                                   Penulis     
LATAR BELAKANG
            Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati nomor 2 didunia setelah Brazil. Sebanyak 5.131.100 keanekaragaman hayati di dunia, 15,3% nya terdapat di Indonesia. Belakangan ini masih ada lagi penemuan tanaman baru yang belum teridentifikasi jenisnya di sekitar beberapa pedalaman hutan Indonesia. Keanekeragaman spesies tersebut jika dimanfaatkan dalam segi pendidikan, kesehatan, ekonomi, kebudayaan maupun pariwisata akan berkontribusi besar dalam kemajuan  bangsa. Kehadiran tanaman eksotik mampu dijadikan alat penarik wisatwan. Potensi keanekaragaman hayati yang telah kita gunakan, rata-rata kurang dari 5% dari potensi yang kita miliki. Selain itu, dari 1.790 paten per tahun, paten yang dihasilkan dari aplikasi lokal hanya 117,3 saja, padahal potensi yang belum tereksplorasi masih sangat banyak,” ungkap Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unpad, Prof. Tri Hanggono, saat mengisi acara Seminar Internasional bertajuk “Biotechnology Enchancement for Toipical Biodiversity.
            Selain memilki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga prospek untuk mengembangkan tanaman-tanaman yang didatangkan dari luar. Salah satunya adalah Sansevieria atau yang lebih dikenal sebagai lidah mertua di Indonesia, merupakan tanaman hias yang banyak diminati karena memiliki nilai daya saing dari segi keindahan, kesehatan, komponen material maupun kepraktisannya. Dari segi keindahan, Sansivieria memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran dan corak daun yang sedap dipandang, dari segi kesehatan memiliki daya serap bagus terhadap polutan udara, dari komponen material Sansevieria memiliki serat daun alami yang bagus untuk pembuatan komposit, dan dari segi kepraktisan tanaman Sansivieria dapat tumbuh dengan mudah di halaman rumah maupun di dalam ruangan.
            Seiring kemajuan penelitian mengenai Sansevieria, kegunaan dari tanaman ini pun mulai beragam, untuk itulah diperlukannya suatu teknik pemuliaan tanaman yang baik untuk mendapatkan kultivar baru Sansevieria yang lebih menguntungkan menurut kehendak pelaku pemuliaan tanaman tersebut.
PEMBAHASAN
            Sansevieria memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan mempunyai prospek yang cukup bagus, karena telah menjadi salah satu komoditas eksport. Permintaan akan komoditas Sansevieria perlu diimbangi dengan teknik budidaya yang baik guna memenuhi permintaan pasar domestik dan internasional. Perbanyakan Sansevieria pada umumnya dilakukan secara vegetatif, seperti: pisah anakan, stek daun, potong pucuk, cacah daun, cabut pucuk, stek rimpang, dan kultur jaringan (Purwanto 2006 dalam Suharsi dan Namira 2013). Perbanyakan secara vegetatif banyak dilakukan karena lebih cepat menghasilkan anakan dibandingkan perbanyakan secara generatif. Selain itu budidaya tanaman Sansevieria memerlukan komposisi media tanam yang cocok, sehingga dapat memberikan pertumbuhan yang baik.
            Seperti hal yang dikemukakan diatas, untuk itu dilakukan penelitian mengenai mengetahui komposisi media tanam yang sesuai, konsentrasi ZPT Giberelin (GA3) dan interaksi antara komposisi media tanam dengan konsentrasi ZPT Giberelin (GA3) untuk pertumbuhan tunas Sansivieria trifaciata Prain ‘Laurentii’. Bahan tanaman yang digunakan adalah stek daun Sanseviera trifaciata Prain ‘Laurentii’ jenis daun variegate, pupuk kandang, kompos, arang sekam, cocopeat, tanah, pasir malang, polibag, ZPT GA3, fungisida Dithane. Alat yang digunakan berupa rumah paranet dengan naungan 55% berukuran 10 m x 5 m digunakan sebagai bangunan tanam, alat-alat untuk menanan stek. Penelitian terdiri dari dua bagian, bagian pertama adalah stimulasi pertumbuhan akar dan inisiasi tunas stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’. Bagian kedua adalah percobaan untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam serta konsentrasi ZPT GA3 terhadap pertumbuhan tunas dari stek daun Sansevieria trifaciata Prain ‘Laurentii’. Stek daun dari dua jenis Sansevieria trifaciata Prain’Laurentii’ jenis daun variegata dan jenis daun hijau, ditanam untuk menumbuhkan tunasnya selama 13 minggu. Stek daun yang telah bertunas digunakan sebagai bahan untuk percobaan yang sebenarnya. Rancangan yang digunakan dalam percobaan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama adalah jenis komposisi media tanam dan faktor kedua adalah konsentrasi ZPT GA3. Komposisi media tanam yang digunakan dalam percobaan terdiri dari tiga jenis yaitu (M1) arang sekam : tanah : kompos (1:2:1), (M2) pasir malang : tanah : kompos (2:2:1), (M3) cocopeat : tanah : kompos dengan perbandingan (3:2:1). Konsentrasi ZPT GA3 yang digunakan terdiri dari tiga taraf yaitu (G0) konsentrasi 0 ppm, (G1) konsentrasi 100 ppm, (G2) konsentrasi 500 ppm. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-F dan uji lanjut yang digunakan adalah uji wilayah berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% apabila dalam uji-F menunjukkan pengaruh nyata.
            Hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai: Komposisi media arang sekam : tanah : kompos (1:2:1) dan komposisi media pasir malang : tanah : kompos (2 :2 :1) merupakan media yang baik untuk menstimulasi pertumbuhan tunas pada Sansevieria trifasciata Prain “Laurentii” jenis variegata. Penggunaan ZPT GA3 hingga konsentrasi 500 ppm tidak meningkatkan pertumbuhan tunas pada Sansevieria trifasciata Prain “Laurentii” jenis daun variegata, namun meningkatkan pertumbuhan akar stek. Perlakuan komposisi media arang sekam :tanah: kompos (1:2:1) dan GA3 500 ppm paling bagus untuk stimulasi pertumbuhan tunas Sansevieria trifasciata Prain “Laurentii” jenis daun variegate (Suharsi dan Namira 2013).
                Nodul adalah gumpalan sel meristematik yang berisi, padat, sel-sel independen bulat, yang mengambil bagian dalam sel internal yang konsisten dan diferensiasi jaringan. Tujuan dari percobaan ini adalah pembentukan kultur kalus dari cakram daun dan regenerasi beberapa tunas dari nodul atau massa kalus. Pemeliharaan jangka panjang potensi regeneratif budaya ini juga ditentukan. Tahap  dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut, eksplan dicuci di bawah air mengalir selama 30 menit diikuti oleh 1 % Bavistin selama 30 menit, dicelupkan ke dalam 5% (v/v) Teepol (Qualigens, Mumbai, India ) selama 10 menit, kemudian dibilas dengan air suling steril ganda (DDW) dan dipindahkan ke 70% etanol selama 30 s. Jaringan sumber yang permukaan disterilkan dengan 0,1% (m/v) HgCl2 selama 7 menit dan dicuci di steril DDW. Bagian basal 5-6 cm daun dewasa disterilkan diiris ke disk (5 mm tebal) dan digunakan sebagai eksplan untuk induksi kalus dan nodul. Media kultur untuk induksi kalus dan nodulasi berikutnya terdiri dari Murashige dan Skoog garam, 3 % sukrosa dan baik asam indole - 3 - butirat ( IBA ; 1 - 15 M) , atau asam 2,4- dichlorophenoxyacetic (2 ,4-D, 1-15 M) atau asam 2,4,5-trichlorophenoxyacetic (2,4,5-T; 0,1-1,5 M). pH medium telah disesuaikan menjadi 5,8 sebelum penambahan 0,8 % (m/v) agar. Semua bahan kimia yang digunakan adalah kelas analitis (Sigma atau Merck). Medium dibagikan dalam tabung kultur 50 cm3 atau termos 150 cm3. Media yang diautoklaf pada suhu 121°C dan 1,06 kg cm - 2 tekanan selama 20 menit. Nodul yang berkembang pada disk daun yang dipotong dan dipindahkan ke media segar. Kultur saham yang diperoleh secara rutin sub - kultur pada interval bulanan untuk perkalian. Nodul dikembangkan pada 2,4-D dan 2,4,5-T dan kalus dikembangkan pada IBA digunakan sebagai awal jaringan untuk percobaan regenerasi.     
            Hasil percobaan didapat, kalus berlimpah pada cakram daun dicapai pada Murashige dan Skoog (MS ) ditambah dengan 10 uM indole -3- butyric acid (IBA), sedangkan frekuensi tinggi nodulasi diinduksi pada asam 2,4- dichlorophenoxyacetic (2,4- D) dan 2,4,5 - asam trichlorophenoxyacetic (2,4,5–T) berisi media. Kemampuan regenerasi tunas dari jaringan berbudaya terjadi pada berbagai tingkat di semua media. Melalui kultur kalus maksimum 17,6 ± 0,14 pucuk per budaya dibentuk pada medium yang mengandung 5μM 6-benziladenin (BA) dan 2 M α-naphthaleneacetic acid (NAA). Di antara budaya bintil, yang 2,4- D yang dihasilkan nodul lebih proliferatif dan regeneratif dibandingkan dengan nodul 2,4,5-T diinduksi dan maksimal 25 ± 0,16 pucuk per budaya diproduksi pada medium yang mengandung 5 BA M ditambah 1 M NAA. Tunas regenerasi berhasil berakar pada setengah kekuatan semi-padat MS medium yang mengandung 5 uM IBA dengan jumlah rata-rata 3,5 ± 0,18 akar dan panjang akar 6,5 ± 0,14 cm. Kemampuan regeneratif dari jaringan kalus stabil upto satu tahun, sedangkan nodul mempertahankan totipotensi untuk menumbuhkan pada media optimal bahkan setelah 3 tahun dari subkultur. Bagian histologis nodul mengkonfirmasi anatomi khas menunjukkan unsur-unsur vaskular pada bundel dengan baik ditandai korteks dan epidermis penutup (Shahzad et al., 2002).

            Salah satu teknik perbanyakan alternatif yang dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dalam waktu relatif cepat adalah perbanyakan secara in vitro. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya banyak tunas dari eksplan yang berukuran kecil, dan jika tunas yang berakar diaklimatisasi maka akan dihasilkan bibit tanaman dalam jumlah banyak (Kalimuthu et al., 2007; Ali et al., 2008 dalam Yusnita et al., 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh benziladenin (BA) terhadap pembentukan tunas dan pengaruh asam indolbutirat dan campuran media terhadap pengakaran ex vitro dan aklimatisasi Sansevieria trifasciata ‘Lorentii’.
            Penelitian menggunakan bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan diambil dari daun termuda yang sudah berkembang penuh yang dipotong setengah bagian daun bagian atas. Sterilisasi eksplan diawali dengan mencuci potongan daun dengan air mengalir selama 20 menit. Daun dipotong-potong menjadi 3-4 bagian (± 3-4 cm), dikocok dalam larutan NaOCl 0.26% selama 15 menit, dan dibilas dengan air keran. Selanjutnya sterilisasi dilakukan di dalam laminar air flow cabinet (LAFC), yaitu merendam-kocok potongan daun dalam NaOCl 0.53% selama 15 menit lalu dibilas dengan akuades steril tiga kali. Daun lalu dipotong dengan ukuran 0.8 cm x 0.8 cm untuk digunakan sebagai eksplan. Media yang digunakan adalah media inisiasi kalus dan media perlakuan penginduksi tunas. Keduanya menggunakan garam-garam makro dan mikro MS (Murashige dan Skoog, 1962) dengan 30 g L-1 sukrosa, 0.1 mg L-1 thiamin-HCl, 0.5 mg L-1 piridoksin-HCl, 0.5 mg L-1 asam nikotinat, 2 mg L-1 glisin dan 100 mg L-1 mio-inositol. Media inisiasi kalus adalah MS dengan 0.25 mg L-1 2,4-D. Media perlakuan adalah media MS yang ditambah dengan berbagai konsentrasi BA (0, 0.5, 1, 2, dan 5 mg L-1). Media diatur pH-nya menjadi 5.8 sebelum ditambahkan 7 g L-1 bubuk agar. Media dididihkan, lalu dimasukkan ke dalam botol-botol kultur 250 ml, sebanyak 30 ml per botol
            Potongan daun sebagai eksplan berasal dari daun muda yang sudah tumbuh penuh, disterilisasi, dan dikulturkan selama 2 minggu pada media Murashige and Skoog (MS) yang mengandung 0.25 mg L-1 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D), lalu disubkultur ke media tanpa zat pengatur tumbuh selama 2 minggu, selanjutnya dipindahkan ke media MS yang mengandung BA (0, 0.5, 1, 2, dan 5 mg L-1). Hasil percobaan menunjukkan, tunas adventif muncul melalui pembentukan kalus terlebih dahulu. Konsentrasi BA yang efektif untuk pembentukan tunas adalah 2 mg L-1, yaitu dihasilkan 4.5 tunas per eksplan dalam 3 bulan dan 11.1 tunas per eksplan dalam waktu 4 bulan. Aplikasi 2000 ppm IBA dan media arang sekam+kompos (1:1) menghasilkan jumlah akar terbanyak dengan panjang dan bobot basah rata-rata tertinggi, namun metode pengakaran ex vitro tidak berpengaruh terhadap keberhasilan aklimatisasi. Rata-rata persen tanaman hidup pada waktu aklimatisasi adalah 96% dan tidak menghasilkan perbedaan pertumbuhan akibat perlakuan media dan IBA (Yusnita et al., 2013).
            Tujuan dari penelitian ini adalah perbandingan antara apikal, tengah dan bawah bagian tanaman ular (Sansevieria trifasciata L.) daun untuk membentuk meristemoids. Efek dari tiga bagian yang berbeda dari daun dalam menanggapi 2,4-D dan kinetin terhadap pembentukan meristemoids dan NAA dan IBA akar formasi di pabrik ular diselidiki. Menggunakan 2,4-D untuk pembentukan meristemoids sangat penting. Dalam media kultur ditambah dengan kinetin (Kin) atau media tanpa ZPT tidak ada apapun menembak menjamur setelah dua bulan. Tingkat proliferasi yang tinggi diamati di media ditambah dengan 0,35 mg l 2,4-D atau dan kemudian 0,4 mg l Kin. Bagian yang berbeda dari leafhad tidak ada pengaruh yang signifikan pada in vitro menembak tingkat proliferasi dan panjang tunas rata-rata. Paling sering rooting diamati ketika planlet dicelupkan ke dalam 2000 mg l IBA selama 3 detik. Planlet berakar dipindahkan ke campuran perlite dan gambut, dipertahankan di bawah tenda kelembaban tinggi. Kemudian Planlet dipindahkan ke kondisi rumah kaca dengan kematian kurang dari 5%.
            Segmen daun rumah kaca tumbuh Sansevieria trifasciata L. dikumpulkan dan dicuci dengan air keran selama 10 menit dan kemudian dipindahkan ke aliran udara kabinet dan permukaan disterilkan dengan 70 % etanol selama 1 detik dan kemudian tenggelam dalam 10 % Clorox (mengandung 5,25% sodium hypochlorite) selama 10 menit dan kemudian dibilas tiga kali dengan air suling steril dan dipotong-potong 1 cm . Segmen tersebut dipilih dari apikal, tengah dan bawah bagian daun. Eksplan dikultur pada media MS yang mengandung 30 gl sukrosa dan 5 gl agar. Sampel primer yang terus menerus pada media MS ditambah dengan 0,15 , 0,25 dan 0,35 mg l 2,4-D, dan setelah 20 hari dipindahkan ke medium yang mengandung 0,3 mg l kinetin untuk proliferasi tunas  Total jumlah eksplan untuk setiap perlakuan adalah 16. PH media diatur pada 5,8 (dengan HCl 0,1 N) sebelum yang diautoklaf selama 15 menit pada 121˚C dan tekanan 1,5 kg cm. Kultur dipertahankan pada 25 ± 5˚C di terus terang (20 ìmol ms) dan kemudian eksplan disubkultur setiap 30 hari pada medium MS ditambah dengan 0,5 mg l kinetin. Dalam meristemoids tahap induksi tiga konsentrasi dari 0,15 , 0,25 dan 0,35 mg l 2,4- D dan menembak tahap pembentukan 0,3 mg l kinetin digunakan. Dalam tahap rooting tunas 3 cm panjang yang dipotong dan dipindahkan ke setengah kekuatan MS medium yang mengandung 0.5 -1 mg l NA . Dalam satu eksplan pengobatan juga cepat dicelupkan ke dalam 2000 mg l IBA selama 3 detik sebelum kultur. Data dianalisis dengan menggunakan software statistik MSTAT-C dan uji Tukey digunakan untuk menunjukkan perbedaan yang signifikan (P=0,05). Delapan ulangan digunakan untuk setiap perlakuan dan masing-masing ulangan termasuk dua eksplan.
            Hasil yang didapat adalah prosedur sterilisasi sangat efektif, 100% budaya terbukti bersih. Proliferasi tunas dan multiplikasi diamati dalam waktu hampir 50 hari. Menggunakan bagian bawah daun untuk pembentukan kalus betterthan bagian apikal. Pembentukan kalus diamati sebelumnya dalam segmen bawah daun. Menggunakan 0,35 mg l 2,4-D efektif pada peningkatan laju proliferasi tunas dan panjang tunas, bagaimanapun, menggunakan 0,15 dan 0,25 mg l 2,4-D tidak efektif. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa bagian-bagian yang berbeda dari daun memiliki tidak ada dampak yang signifikan terhadap proliferasi tunas dan rata-rata panjang tunas tapi bawah bagian daun konsentrasi 0,35 mg l 2,4-D disebabkan 4,28 ( tingkat proliferasi ) dan 1,53 cm ( panjang tunas rata-rata) setelah 4,5 bulan. Seragam dan rooting cepat diperoleh dengan mencelupkan planlet pada tahun 2000 mg l IBA. Namun, perbedaan lainnya ditemukan dalam panjang akar rata-rata dan angka pada planlet diobati dengan NAA vs metode cepat mencelupkan. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa tanaman ular tidak perlu subkultur sebelum dua bulan dalam kondisi in vitro. Pada tahap aklimatisasi, beberapa daun dapat menjadi melengkung tapi daun baru akan menghasilkan dari pusat plantlet. Planlet dapat menghasilkan akar tanpa pengobatan hormonal tetapi pertumbuhan tanaman regulator akan mempercepat rooting (Sarmast et al., 2009).

















KESIMPULAN
            Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari review beberapa jurnal terkait perbanyakan tanaman Sansevieria dengan cara kultur jaringan adalah sebagai berikut:
1.      Komposisi media arang sekam : tanah : kompos (1:2:1) dan komposisi media pasir malang : tanah : kompos (2 :2 :1) merupakan media yang baik untuk menstimulasi pertumbuhan tunas pada Sansevieria trifasciata Prain “Laurentii” jenis variegata.
2.      Penggunaan ZPT GA3 hingga konsentrasi 500 ppm tidak meningkatkan pertumbuhan tunas pada Sansevieria trifasciata Prain “Laurentii” jenis daun variegata, namun meningkatkan pertumbuhan akar stek.
3.      Perlakuan komposisi media arang sekam :tanah: kompos (1:2:1) dan GA3 500 ppm paling bagus untuk stimulasi pertumbuhan tunas Sansevieria trifasciata Prain “Laurentii” jenis daun variegate.
4.      Pada percoban regenerasi tunas dari eksplan daun S. trifasciata melalui organogenesis tidak langsung, yaitu melalui terbentuknya kalus. Penambahan 2 mg L-1 BA ke dalam media induksi tunas menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu 4.5 tunas pada umur 3 bulan dan 11.1 tunas per eksplan pada umur 4 bulan. Pemberian 2,000 ppm IBA pada dasar tunas dan penggunaan media arang sekam: kompos (1:1) untuk pengakaran ex vitro menghasilkan jumlah akar sekunder, panjang dan bobot akar terbaik, tetapi tidak berpengaruh terhadap keberhasilan aklimatisasi, tinggi tanaman dan jumlah daun pada planlet.
5.      Tunas regenerasi berhasil berakar pada setengah kekuatan semi-padat MS medium yang mengandung 5 uM IBA dengan jumlah rata-rata 3,5 ± 0,18 akar dan panjang akar 6,5 ± 0,14 cm. Kemampuan regeneratif dari jaringan kalus stabil sampai satu tahun, sedangkan nodul mempertahankan totipotensi untuk menumbuhkan pada media optimal bahkan setelah 3 tahun dari subkultur.


DAFTAR PUSTAKA
Sarmast, M.K., Salehi, M. and Salehi, H. 2009. The Potential of Different Parts of             Sansevieria trifasciata L. Leaf for Meristemoids Production. Australian           Journal of Basic and Applied Sciences, 3(3): 2506-2509, 2009.             http://ajbasweb.com diakses pada 22 Maret 2014.

Shahzad A, N. Ahmad, M.A. Rather, M.K. Husain, M. Anis. 2002. Improved        shoot regeneration system through leaf derived callus and nodule culture            of Sansevieria cylindrical. Biologia Plantarum 53 (4): 745-749,             2009.   http://researchget.net diakses pada 14 Maret 2014.
Suharsi, Tatiek Kartika dan Namira. 2013. Pertumbuhan Tunas Sansevieria             trifaciata Prain ‘Laurentii’ pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan         Konsentrasi GA3. Bul. Agrohorti 1 (1) : 89 - 93 (2013).             http://portalgaruda.org diakses pada15 Maret 2104.

Yusnita, Triani Wahyuningsih, Puji Sulistiana, dan Dwi Hapsoro. 2013.      Perbanyakan In Vitro Sansevieria trifasciata ‘Lorentii’: Regenerasi Tunas,         Pengakaran, dan Aklimatisasi Planlet. J. Agron. Indonesia 41 (1) : 70 - 76        (2013). http://portalgaruda.org diakses pada 15 maret 2013.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktikum Penyuluhan Pertanian

I.                     PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Kegiatan Praktikum Penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku”. Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak terhenti pada “penyebarluasan informasi”, dan “memberikan penerangan”. Tetapi merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahka n , sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan yang menjadi klien penyuluhan. Seorang petani sangat membutuhkan penyuluh yang dapat memberikan infomasi melalui kegiatan penyuluhan mengenai cara perbaikan lahan pertanian dengan berbagai teknologi modern yang akan diperkenalkan kepada petani agar petani dapat menggunakan teknologi baru tersebut untuk mempermudah dan memperlancar kegi...

Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air

HALAMAN PENGESAHAN             Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini telah diselesaikan dan disahkan Disusun Oleh: NINING RAHAYU    H0 7121 38 KELOMPOK 10 Konservasi Tanah dan Air AT-5B Telah dinyatakan memenuhi syarat dan disahkan Pada tangga l : ___________________ Menyetujui,      Dosen Pembimbing           Dr. Ir. Jaka Suyana, M.Si.          NIP. 196408121988031002 Co -Assisten Arwa Farida L NIM H 0711018 KATA PENGANTAR Puji syukur pen yusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun. Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini di...

Tugas Perhitungan Nilai Erosi

Contoh soal: Dari hasil penelitian di suatu daerah penelitian, diketahui bahwa daerah penelitian tersebut terbagi menjadi 3 satuan peta lahan (SPL) dengan sifat-sifat   sbb: Sifat tanah SPL 1 SPL 2 SPL 3 Pasir (%) 35 40 45 Pasir sgt halus(%) 15 20 20 Debu (%) 40 30 25 Lempung (%) 10 10 10 BO (%) 5 (rendah) 6 (rendah) 4 (rendah) Permeabilitas (cm/jam) 35 (kode 1) 10 (kode 3) 20 (kode 2) Struktur Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Panjang Lereng rata-rata (m) 20 18 17 Kemiringan Lereng rata-rata(%) 24 13 15 Penggunaan lahan Pinus Ken...