PEMULIAAN
TANAMAN
“LIDAH
MERTUA (SANSEVIERIA)”
Disusun oleh
Tugas Pemuliaan Tanaman kelas AT-4A sebagai nilai
ujian KD II
Review Beberapa Jurnal Terkait Pemuliaan Tanaman
‘Sansevieria’
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas berkah limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat
menyelsaikan tugas review pemuliaan tanaman mengenai tanaman Sansivieria ini
dengan tepat waktu. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri
Hartati selaku dosen Pemuliaan Tanaman kelas AT-4A, yang berkenan memberikan
masukan untuk perbaikan makalah ini, para penulis jurnal yang bersedia
membagikan pengetahuannya lewat pemberitaannya di dunia maya, orangtua yang
senantiasa memberikan dukugan agar tetap rajin belajar, juga teman-teman
seperjuangan yang senantiasa selalu menyuntikkan energi semangat untuk pantang
menyerah.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas UKD II
Pemuliaan Tanaman sekaligus untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan para
mahasiswanya, yang bergerak dibidang pertanian agar mempunyai pengetahuan luas,
sehingga dalam pengaplikasiannya di dunia nyata bisa bermanfaat bagi dunia
pertanian, para pelaku pertanian, maupun bagi kemajuan bangsa dan negara.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan makalah ini agar lebih baik sehingga dapat lebih bermanfaat bagi
sesama, khususnya pelaku yang menekuni dunia pertanian.
15 Maret 2014
Penulis
LATAR
BELAKANG
Indonesia merupakan
negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati nomor 2 didunia setelah Brazil. Sebanyak
5.131.100 keanekaragaman hayati di dunia, 15,3% nya terdapat di Indonesia. Belakangan ini masih ada lagi penemuan tanaman baru
yang belum teridentifikasi jenisnya di sekitar beberapa pedalaman hutan
Indonesia. Keanekeragaman spesies tersebut jika dimanfaatkan dalam segi
pendidikan, kesehatan, ekonomi, kebudayaan maupun pariwisata akan berkontribusi
besar dalam kemajuan bangsa. Kehadiran
tanaman eksotik mampu dijadikan alat penarik wisatwan. Potensi
keanekaragaman hayati yang telah kita gunakan, rata-rata kurang dari 5% dari
potensi yang kita miliki. Selain itu, dari 1.790 paten per tahun, paten yang
dihasilkan dari aplikasi lokal hanya 117,3 saja, padahal potensi yang belum
tereksplorasi masih sangat banyak,” ungkap Dekan Fakultas Kedokteran (FK)
Unpad, Prof. Tri Hanggono, saat mengisi acara Seminar Internasional bertajuk “Biotechnology
Enchancement for Toipical Biodiversity”.
Selain memilki
keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga prospek untuk mengembangkan
tanaman-tanaman yang didatangkan dari luar. Salah satunya adalah Sansevieria atau
yang lebih dikenal sebagai lidah mertua di Indonesia, merupakan tanaman hias
yang banyak diminati karena memiliki nilai daya saing dari segi keindahan,
kesehatan, komponen material maupun kepraktisannya. Dari segi keindahan,
Sansivieria memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran dan corak daun yang sedap
dipandang, dari segi kesehatan memiliki daya serap bagus terhadap polutan
udara, dari komponen material Sansevieria memiliki serat daun alami yang bagus
untuk pembuatan komposit, dan dari segi kepraktisan tanaman Sansivieria dapat
tumbuh dengan mudah di halaman rumah maupun di dalam ruangan.
Seiring kemajuan
penelitian mengenai Sansevieria, kegunaan dari tanaman ini pun mulai beragam,
untuk itulah diperlukannya suatu teknik pemuliaan tanaman yang baik untuk
mendapatkan kultivar baru Sansevieria yang lebih menguntungkan menurut kehendak
pelaku pemuliaan tanaman tersebut.
PEMBAHASAN
Sebagian besar jenis Sansevieria berasal dari Negara-negara di Afrika
Timur, Arab, India Timur, Asia Selatan, beberapa pulau di Samudera Pasifik dan
sebagian di Pakistan. Daerah yang secara geografis termasuk daerah tropis
kering dan mempunyai iklim gurun yang panas atau pegunungan yang curah hujannya
rendah merupakan habitat asli Sansevieria. Sansevieria dikenal ada dua macam,
yaitu jenis asli yang termasuk S. cylindrical, S. patens, S. trifasciata,
S.parva, S.downsii, S.masaoniana, S.Perotii, S.pinguicula, S.sinussimiorum,
S.balii, S.canaliculata. Juga Sansvieria hybrid, hibridisasi mampu menghasilkan
ragam warna dan corak berbeda dari spesies aslinya (Tim Warta 2012).
Sanseveiria cylindrica adalah beberapa
spesies tanaman obat penting dan terancam punah dari
India. Meskipun sifat obat, potensi antibakteri dari tanaman belum dieksplorasi. Perbanyakan konvensional dari stek daun sangat lambat dan
memakan waktu dan hanya sejumlah terbatas dari propagul dapat diperoleh (Shahzad et al., 2002). Permintaan akan komoditas Sansevieria
perlu diimbangi dengan teknik budidaya yang baik guna memenuhi permintaan pasar
domestik dan internasional. Salah satu teknik perbanyakan alternatif yang dapat
menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dalam waktu relatif cepat adalah
perbanyakan secara in vitro. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya
banyak tunas dari eksplan yang berukuran kecil, dan jika tunas yang berakar
diaklimatisasi maka akan dihasilkan bibit tanaman dalam jumlah banyak ( Ali et
al., 2008 dalam Yusnita 2013).
Salah
satu penelitian dirancang untuk
mengoptimalkan teknik in vitro untuk budidaya dan untuk menyaring ekstrak dari
daun dan in vitro kalus untuk mengangkat sifat antibakteri. Berdasarkan
studi yang telah dilakukan,
disarankan bahwa ekstrak
alkohol dari tanaman
ini, termasuk mereka yang berasal
dari kalus masing-masing, dapat digunakan dalam Phytotherapy sebagai agen antibakteri. Sebagai ekstrak
dari kalus memberikan baik hasil, budidaya
in vitro dari eksplan
dapat digunakan untuk memperoleh senyawa phytotherapeutic,
terutama, di tempat di mana tanaman tidak dapat tumbuh karena kondisi atmosfer yang merugikan. Melalui budidaya in vitro juga
akan mungkin untuk menjaga dan
melestarikan spesies tanaman yang
terancam punah ini penting. Selain
itu, senyawa bioaktif bertanggung jawab atas efek antibakteri
bisa lebih ditingkatkan
dalam kondisi budaya dengan manipulasi nutrisi dan hormonal dalam
media budidaya (Sahid et al.,
2009).
Penelitian lain
menegaskan, inisiasi tunas adventif baik secara langsung dari eksplan maupun
secara tidak langsung dari kalus sangat tergantung pada keberadaan sitokinin di
media kultur. BA merupakan sitokinin yang banyak digunakan untuk merangsang
perbanyakan tunas adventif atau tunas aksilar in vitro pada berbagai
tanaman. Kebutuhan akan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh untuk proliferasi
tunas sering bersifat spesifik tergantung genotype tanaman yang dikulturkan.
Oleh karena itu, konsentrasi dan jenis ZPT yang tepat untuk perbanyakan tunas in
vitro pada genotipe tertentu perlu dicari (Hartmann et al., 2011
dalam Yusnita et al., 2013). Penambahan
2 mg/L BA ke dalam media induksi tunas menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu
4.5 tunas pada umur 3 bulan dan 11.1 tunas per eksplan pada umur 4 bulan.
Pemberian 2,000 ppm IBA pada dasar tunas dan penggunaan media arang sekam:
kompos (1:1) untuk pengakaran ex vitro menghasilkan jumlah akar
sekunder, panjang dan bobot akar terbaik, tetapi tidak berpengaruh terhadap
keberhasilan aklimatisasi, tinggi tanaman dan jumlah daun pada planlet (Yusnita
et al., 2013).
Hasil
studi yang dilakukan Shahzad et al.,
(2002), ada beberapa laporan untuk regenerasi yang efisien melalui organogenesis
langsung dan tidak langsung pada beberapa spesies. S. cylindrica melalui kalus serta
budaya nodul
layak untuk
produksi massal
plantlet untuk
budidaya lapangan.
Karena potensi otomatisasi kalus dan sistem propagasi berbasis nodul, produksi tanaman
melalui menembak
organogenesis adalah alternatif
yang menarik untuk
jalur regenerasi lain.
Penggunaan media tanam
yang tepat bagi Sansevieria perlu diteliti sehingga dapat menghasilkan tanaman
yang memiliki penampilan menarik dan pertumbuhan yang baik. Lingga (2005 dalam
Suharsi dan Namira 2013) menyatakan bahwa media tanam yang baik bagi
Sansevieria adalah media yang bersifat porous, sedikit kandungan bahan
organik dan tidak cepat melapuk. Pertumbuhan daun yang cenderung lambat pada
Sansevieria terkadang menjadi kendala yang dialami para pebisnis dibidang
tanaman hias daun yang memiliki banyak manfaat ini. dan komposisi media pasir
malang : tanah : kompos (2 :2 :1) merupakan media yang baik untuk menstimulasi
pertumbuhan tunas pada Sansevieria trifasciata Prain “Laurentii”
jenis variegata. Penggunaan ZPT GA3 hingga konsentrasi 500 ppm tidak
meningkatkan pertumbuhan tunas pada Sansevieria trifasciata Prain
“Laurentii” jenis daun variegata, namun meningkatkan pertumbuhan akar
stek. Perlakuan komposisi media arang sekam :tanah: kompos (1:2:1) dan GA3 500
ppm paling bagus untuk stimulasi pertumbuhan tunas Sansevieria trifasciata
Prain “Laurentii” jenis daun variegate (Suharsi dan Namira 2013).
S. trifasciata serat diekstraksi menggunakan metode retting pameran properti berikut. Sifat fisik menunjukkan serat ini
memiliki kekuatan yang baik, kehalusan witih perpanjangan rendah. Panjang untuk
luasnya rasio serat ini adalah 4800 yang menunjukkan bahwa serat ini dapat
dengan mudah dibuat menjadi ubi hitungan kasar. Pemeriksaan FTR menegaskan
terjadinya selulosa, lignin dan polisakarida serat ini. Analisis mikrostruktur S. trifasciata serat menggambarkan
adanya penyimpangan permukaan yang memberikan ikatan yang baik antara ffibre
dan matriks bila digunakan dalam penyusunan komposit. Hasil XRD menunjukkan
bahwa S. trifasciata serat memiliki
struktur kristal setengah yang termasuk selulosa Iß dengan puncak
difraksi di ( 002 ) dan ( 101 ) bidang kisi. Selain persentase kristalinitas
serat S. trifasciata ih tinggi
daripada kapas, bambu dan rami tapi dekat dengan kapas rami dan rami.
Pengukuran DSC mengungkapkan bahwa S.
trifasciata serat memiliki sifat unik secara spesifik mampu menahan suhu
tinggi tanpa degradasi serat (Kanimozhi 2011).
Sansevieria selain dikenal
berguna bagi kesehatan juga bermanfaat bagi bahan pembuatan komposit. Perkembangan
komposit saat ini sudah mulai mengarah pada pemanfaatan komposit sebagai panel
sekaligus struktur utama dari suatu komponen tertentu.Bahan komposit tidak
hanya digunakan dalam bidang transportasi saja tetapi juga sudah digunakan
dalam bidang lainnya, seperti bidang properti, arsitektur dan lain sebagainya.
Hal ini disebabkan oleh adanya keuntungan–keuntungan yang lebih besar atas
penggunaan bahan komposit, seperti konstruksi ringan, kuat dan tidak terpengaruh
oleh korosi (Wirjosentono 1995 dalam Fajri et
al., 2013).
Penggunaan komposit berpenguat serat alam ini dilandasi oleh sifat komposit
berpenguat serat alam dipandang lebih ramah lingkungan terutama dengan
kaitannya kemudahan mekanisme pembuangan kealam sesudah masa pakainya. Untuk
meningkatkan fungsi guna dari serat sansevieria yang biasa digunakan
untuk bahan tekstil dan kerajinan rakyat menjadi material teknik, maka perlu
diteliti dan dikembangkan sebagai bahan komposit yang sesuai sifat fisis dan
mekanisnya, sehingga akan tercipta bahan komposit baru. Nilai kekuatan optimal
tarik serat statis serat sansevieria cylindrical adalah sebesar
19.7N/mm2. Dengan nilai rata-rata dari 5 kali pengujian serat sebesar 16.12
N/mm2. Terdapat peningkatan kekuatan tarik komposit dari fraksi volume 10%
hingga 20%. Tetapi kekuatan komposit berkurang ketika fraksi volume ditambah
hingga 30%. Sehingga dapat di simpulkan kekuatan optimal dalam penelitian ini
adalah pada komposit dengan fraksi volume 20% (Fajri et al., 2013).
Meskipun
ada berbagai laporan pada rimpang panjang dan akar berserat memiliki kemampuan
untuk berkembang aktivitas biologis dari genus Sansevieria ada dalam kondisi cahaya
rendah dan membutuhkan minimal perhatian kekurangan data tentang sifat antimikroba
dari S.roxburghiana. Penelitian ini
meneliti aktivitas antimikroba daun dan rimpang S. roxburghiana terhadap berbagai bakteri yang signifikan secara
klinis dan jamur Aktivitas antimikroba
metanol aseton, air dan ekstrak etil asetat daun dan rimpang Sansevieria roxburghiana dianalisis terhadap empat belas organisme klinis yang signifikan menggunakan
metode difusi cakram. Untuk
yang terbaik dari pengetahuan kita ini adalah pertama kalinya aktivitas
antimikroba dari kedua daun dan rimpang Sansevieria
roxburghiana terhadap berbagai patogen yang dilaporkan. Temuan dari
studi ini merupakan bukti pendukung untuk memvalidasi penggunaan folkloric
tanaman ini sebagai obat untuk berbagai infeksi. penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk
mengisolasi konstituen aktif yang bertanggung jawab atas aktivitas antimikroba
yang diamati (Philip et al., 2011).
Etanol dan air ekstrak
daun Sansevieria trifasciata menunjukkan tergantung dosis dan signifikan (P <0,05)
peningkatan ambang nyeri di uji tail-perendaman. Selain itu, kedua ekstrak (100
- 200 mg / kg) dipamerkan penghambatan tergantung dosis menggeliat dan juga
menunjukkan penghambatan yang signifikan (P <0,001) dari kedua tahap uji
formalin nyeri. Ekstrak etanol (200 mg / kg) nyata (P <0,01) terbalik demam
ragi diinduksi. Skrining fitokimia awal dari ekstrak menunjukkan adanya
alkaloid, flavonoid, saponin, glikosida, terpenoid, tanin, protein dan
karbohidrat (Sunilson et
al., 2009).
Komposisi
proksimat dan fitokimia Sansevieria
Liberica Gerome dan Labroy daun
diselidiki. Komposisi proksimat meliputi kelembaban (56,10%), serat kasar (berat
basah 5,88% dan berat kering 13,39%), karbohidrat total ( berat basah 4,09% dan
berat kering 9,32%), protein kasar (21,88% berat basah dan berat kering 49,84%),
abu total (berat 2,95% basah dan berat kering 6,72%), lemak kasar (berat 0,10%
basah dan berat kering 0,23%) dan nilai kalori (berat basah 104,78% dan 238,68%
berat kering). Hasil penapisan fitokimia mengungkapkan adanya alkaloid,
karotenoid, flavonoid (katekin dan flavon), phytates, saponin dan tanin, dengan
berat 0,72% dan 1,64% basah kering karotenoid berat, berat 2,20% dan 5,01% basah
kering phytates berat, 0,40% basah berat badan dan 0,91% kering saponin berat,
dan berat 0,01% dan 0,02 % basah kering tanin berat. Hasil ini mendukung
penggunaan obat tanaman, dan di samping itu, memperkenalkan kemungkinan
bertindak sebagai sumber potensial nutrisi makanan (Ikewuchi et
al., 2010).
DAFTAR
PUSTAKA
Fajri, Rahmat Iskandar, Tarkono, Sugiyanto. 2013. Studi
Sifat Mekanik Komposit Serat Sansevieria
Cylindrica dengan Variasi
Fraksi Volume Bermatrik Polyester.
Jurnal Fema, Vol.1 No. 2, April 2013.
http://jurnal.eng.unila.ac.id
diakses pada 16 Maret 2014.
Ikewuchi, C C, Ikewuchi, C J, Ayalogu, O E, Onyeike, N E.
2010. Proximate and Phytochemical
Profile of Sansevieria liberica Gérôme and Labroy. J. Appl. Sci. Environ. Manage Vol.
14 (2) 103 – 106. http://bioline.org.br diakses
pada 16 Maret 2014.
Kanimozhi, M. 2011. Invesgating the Physical Characteristics of Sansivieria
`trifasciata Fibre. International Journal of Scientific and
Research Publications, Vol.1 Issue 1,
Desember 2011. http://ijsrp.org diakses pada 15 Maret 2014.
Philip,Deepa, P.K. Kaleena, K.
Valivittan, C.P. Girish Kumar. 2011. Phytochemical Screening and Antimicrobial Activity of Sansevieria
roxburghiana Schult. and
Schult. F. Middle-East Journal of Scientific Research 10 (4): 512-518, 2011.
http://idosi.org diakses pada 16 Maret 2014.
Shahid M, A Shahzad, M Anis. 2009.
Antibacterial potential of the extracts derived
from leaves and in vitro raised calli of medicinal plants Pterocarpus
marsupium Roxb., Clitoria ternatea
L., and Sanseveiria cylindrica Bojer ex Hook. Oriental Pharmacy and
Experimental Medicine 2009 9(2),
174-181. http://opem.org diakses pada 15 Maret 2014.
Shahzad A, N. Ahmad, M.A. Rather, M.K. Husain, M. Anis. 2002. Improved shoot regeneration
system through leaf derived callus and nodule culture of Sansevieria cylindrical. Biologia Plantarum 53 (4): 745-749,
2009. http://researchget.net
diakses pada 14 Maret 2014.
Suharsi, Tatiek Kartika dan Namira. 2013. Pertumbuhan
Tunas Sansevieria trifaciata
Prain ‘Laurentii’ pada Beberapa Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3. Bul. Agrohorti 1 (1) : 89 - 93 (2013). http://portalgaruda.org diakses
pada15 Maret 2104.
Sunilson J, Anbu Jeba , Jayaraj P, Varatharajan R , John Thomas,
Jisha James, Muthappan M. 2009. Analgesic and Antipyretic Effects of Sansevieria
Trifasciata Leaves. Sunilson et al., Afr. J. Trad. CAM (2009)
6 (4): 529 – 533.
http://biline.org.br diakses pada 16
Maret 2014.
Tim Warta. 2012. Teknik Perbanyakan Lidah Mertua
(Sansevieria trifasciata). Warta Penilitian dan Pengembangan Tanaman
Industri, Vol.18 No.2 http://perkebunan.litbang.deptan.go.id
diakses pada 16 Maret 2014.
Yusnita, Triani Wahyuningsih, Puji Sulistiana, dan Dwi
Hapsoro. 2013. Perbanyakan In
Vitro Sansevieria trifasciata ‘Lorentii’: Regenerasi Tunas, Pengakaran, dan Aklimatisasi Planlet. J. Agron. Indonesia 41 (1) : 70 - 76 (2013). http://portalgaruda.org diakses
pada 15 maret 2013.
Komentar
Posting Komentar