Langsung ke konten utama

Laporan praktikum ilmu tanah




 
BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang

Tanah dalam pertanian merupakan media tempat tumbuhnya tumbuhan yang dapat memenuhi kebutuhan makhluk hidup lainnya, seperti manusia dan hewan. Tanah juga sebagai media tempat tinggal makhluk hidup hewan dan manusia. Dahulu dalam melaksanakan pertanian, manusia dapat memilih tanah yang baik dan subur tanpa mengalami kesulitan dengan jalan berpindah-pindah tempat tinggal atau yang biasa disebut dengan nomaden.
Akan tetapi, seiring dengan berkembangnya zaman maka permasalahan mengenai tanah semakin kompleks dimana manusia kekurangan lahan tanah yang subur untuk bercocok tanam karena sebagian besar lahan tanah dialihfungsikan menjadi pemukiman, perkantoran, atau pabrik industrI. Tanah juga bersifat dinamis, selalu mengalami perkembangan setiap waktunya. Banyak kita jumpai di sekitar kita adanya tanah-tanah yang sudah tidak produktif lagi akibat ulah manusia sendiri. Sebagai contoh, yaitu adanya lahan kritis.
Tanah dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Apabila terdapat kesalahan dalam pengolahan tanah maka tanaman jadi kurang produktif. Kerugian tersebut tentu saja akan berdampak besar terhadap kehidupan manusia, juga secara tak langsung berdampak kepada makhluk hidup lainnya, mengingat tanah menyangkut hajat hidup makhluk banyak . Maka diperlukannya pemahaman mengenai karakteristik tanah. Dengan pengolahan tanah yang baik dan benar, dimana manusia juga memperhatikan sifat fisik, kimia, dan biologinya maka tanaman yang dihasilkan akan terus berlanjut subur sehingga sesuai dengan prinsip pertanian berkelanjutan.
Karena besarnya pengaruh tanah bagi kelangsungan hidup banyak makhluk dan karakteristik tanah di tiap daerah berbeda-beda, diharapkan dengan mengetahui karakteristik tanah, penggunaan tanah dapat dilakukan secara seefisien dan semaksimal mungkin untuk kehidupan yang lebih sejahtera dan makmur.


B.        Tujuan Praktikum
Tujuan pelaksanaan praktikum ini antara lain :
a. sarana dalam mengaplikasikan ilmu tanah pada kehidupan nyata.
b. media bagi mahasiswa agar lebih memahami mengenai tanah.
c. untuk mengetahui bagaimana pencandraan lahan, hubungan antara lokasi dengan jenis tanah yang ada.
d. sebagai sarana untuk mengetahui sifat fisika dan sifat kimia tanah.

e. mengidentifikasi pedon dan profil tanah.
C.        Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada 4 lokasi, dengan rincian sebagai berikut :
Lokasi 1 : Jumantono
a. Hari/Tanggal            : Sabtu, 06 Oktober 2012
b. Waktu                     : 07.00 - 09.00 WIB
c. Profil/Pedon            : Profil A
Lokasi 2 : Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
a. Hari/Tanggal            : Minggu, 07 Oktober 2012
b. Waktu                     : 07.00 - 09.00 WIB
c. Profil/Pedon            : Profil 5
Lokasi 3 : Jatikuwung
a. Hari/Tanggal            : Minggu, 07 Oktober 2012
b. Waktu                     : 15.00 - 17.00 WIB
c. Profil/Pedon            : Profil 3
Lokasi 4 : Laboratorium Ilmu Tanah
a. Hari/Tanggal            : 24 - 25 September 2012
            b. Waktu                      : 08.00 - 21.30 dan 06.00 -  15.00
                                                                            
                                                                           BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.        Pencanderaan Bentang Lahan
Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris), yang secara umum berarti pemandangan. Arti pemandangan mengandung dua aspek, yaitu: aspek visual dan aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu (Widiyanto dkk, 2006).
            Tanah (dalam arti pertanian) dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman (Agustinus, 2007).
Tugas survai tanah adalah menginterpretasi kemampuan atau kesesuaian masing-masing satuan peta tanah tersebut untuk berbagai jenis penggunaan lahan. Dalam hal ini interpretasi tidak hanya didasarkan pada sifat-sifat tanah saja, tetapi juga faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan lahan tersebut seperti lereng, iklim, bahaya banjir dan erosi serta faktor-faktor ekonomi bila diperlukan (Hardjowigeno, 2007).
Pengamatan kondisi lingkungan merupakan bagian dari pengamatan identifikasi tanah karena kondisi lingkungan sekitar berpengaruh terhadap perkembangan jenis tanah di lokasi pengamatan. Kondisi lingkungan juga atau lahan sekitar juga dapat menggambarkan beberapa sifat dan karakteristik dari tanah. Yang termasuk dalam kondisi lingkungan antara lain cuaca, posisi tempat, ketinggian tempat, lereng (slope), fisiografi lahan atau bentuk permukaan, banjir atau genangan, tutupan lahan, vegetasi, geologi, erosi, dan batuan permukaan.
Cuaca merupakan salah satu faktor iklim yang mempengaruhi keadaan tanah. Kondisi cuaca mempengaruhi beberapa parameter lain dalam tanah. Pengamatan cuaca dapat dilakukan dengan pengamatan secara langsung mengunakan mata sebagai panca indera. Posisi tempat yang dimaksud adalah posisi garis lintang (Latitude) dan garis bujur (Longitude). Data dapat diperoleh dengan menggunakan GPS atau penentuan dari peta. Datum yang diikuti untuk wilayah Indonesia ialah WGS 1984 dan posisi menggunakan satuan UTM (Universal Transverse Mercator). Lereng (slope) merupakan perbandingan antara ketinggian tempat dengan jarak horizontal dan dinyatakan dengan persentase atau derajad. Pengukuran lereng menggunakan klinometer dengan cara mengukur searah kemiringan lereng.

Fisiografi lahan adalah ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dilihat dari segi genesis atau proses pembentukannya. Bentuk permukaan bumi disebut juga bentuk lahan (landform). Genangan berupa genangan sementara. Tutupan lahan merupakan apa saja yang menutupi lahan di lokasi tersebut. Vegetasi atau jenis tanaman dapat menggambarkan keadaan lingkungan yang mempunyai hubungan dengan faktor-faktor lain seperti suhu rata-rata, curah hujan, erosi, dan ketinggian tempat. Vegetasi juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan tanah sehingga mempunyai peranan yang penting.
Geologi merupakan bahan dasar penyusun bahan induk tanah. Erosi merupakan proses pemecahan dan pengikisan lapisan tanah oleh media (air, es, dan angin) yang diangkut dan diendapkan pada suatu tempat. Batuan permukaan akan mempengaruhi penggunaan dan pengelolaan lahan. Dua macam erosi yang terjadi pada tanah, yaitu erosi geologi yang tidak merugikan karena pengikisan tanah lebih lambat daripada pembentukan tanahnya dan erosi dipercepat yang merusak karena pengikisan tanah jauh lebih cepat dari pembentukan tanahnya. Erosi yang disebabkan air membekaskan 3 macam bentuk, yaitu: erosi permukaan, erosi alur dan erosi parit.

B.        Ordo Tanah

1. Entisol
Entisol adalah tanah yang muda (belum berkembang) dan dangkal, dicirikan oleh profil A/C atau A/R. Tanah ini masih belum sempurna dan memiliki profil yang horizon B-nya belum  berkembang. Tanah tidak memiliki banyak horizon yang hanya berupa lapisan-lapisan tanah, karena beberapa alasan seperti waktu, pembentukannya masih baru, berada pada lereng atau pada slope yang tererosi, menerima deposit (endapan) banjir, dan sebagainya. Sebagai contoh tanah-tanah endapan sepanjang sungai, tanah berpasir lepas di lereng atas dan bawah, daerah vulkan atau tanah pasir pantai laut yang lepas dan belum membentuk struktur tanah (Musa, dkk, 2006).
Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produktivitasnya dengan jalan pemupukan. Sistem pertanian konvensional selama ini menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang makin tinggi takarannya. Peningkatan takaran ini menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari pupuk/pestisida di perairan maupun air tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Tanah sendiri juga akan mengalami kejenuhan dan kerusakan akibat masukan teknologi tinggi tersebut. Atas latar belakang tersebut mulai dikembangkan sistem pertanian organik yang dahulu telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita. Beberapa petani di Sleman dan Magelang telah melakukannya, sementara yang lain belum tertarik karena belum mengetahui manfaatnya terutama terhadap perbaikan sifat tanah (Anonym, 2010).
Banyak tanah entisol yang digunakan untuk usaha pertanian, misalkan didasrah endapan sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Tanah entisol berasal dari bahan alluvium umumnya merupakan tanah subur. Digunakan pula sebagai areal persawahan. Memelihara tambak perikanan, bandeng, gurame cukup memberikan produksi (Anonym, 2010).
2. Tanah Vertisol
Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda dibanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air (Lopulisa, 2004).
Vertisol adalah tanah yang memiliki KTK dan kejenuhan hara yang tinggi. Rekasi tanah bervariasi dengan asam lemah hingga alkalin lemah, nilai pH antara 6,0 sampai 8,0, pH tinggi (8,0 – 9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi dan Vertisol masam (pH 5,0 – 6,2). KTK tanah-tanah Vertisol umumnya sangat tinggi dibanding dengan tanah-tanah mineral lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan liat yang terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi. Kandungan bahan organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi mempunyai KTK yang sangat tinggi (Lopulisa, 2004).
3. Tanah Alfisol
Pada tanah Alfisol memilki kandungan P dan K yang sangat tergantung dengan umur dan macam tuff. Tanah-tanah yang berkembang dari batuan kapur tidak memperlihatkan bercak-bercak besi dan mangan, tekstur dengan bercak-bercak gloy, pH dan kejenuhan basa yang tingi serta kandungan P dan K yang rendah. Biasanya pada tanah Alfisol terdapat konkresi di bawah pada bajak dan mempunyai liat pada pod surfaces. Bentuk dan sifat pergerakan serta redistribusi fosfor telah menjadi bahan pada banyak penelitian dalam Alfisol dan tanah-tanah lainnya. Hal ini utamanya diakibatkan oleh peranan fosfor dalam hara tanaman. Translokasi fosfor dalam Albaqualfs dan menemukan adanya penimbunan P dari tanah-tanah sekitarnya yang tergolong Aquoll. Dengan meningkatnya perkembangan profil kalsium-P berkurang dalam profil yang terlapuk sementara Fe-P meningkat. Horison-horison dengan liat maksimum umumnya mengandung total P yang minimal yang menunjukkan bahwa liat tidak efektif dalam mengikat P (Askari, 2010).
Stabilitas agregat tanah (SA03B) untuk Alfisol tergolong mantap, Vertisol tergolong sangat mantap. Menurut Sri Hastuti, metode De Boodt ISA hanya cocok untuk penilaian erosi tanah. Amezketa et al. (1996) juga menemukan hal yang sama bahwa stabilitas agregat mantap air (SA03B) tidak menunjukkan adanya korelasi yang nyata terhadap komponen erosi tanah (seperti erosi percik, laju aliran permukaan, laju infiltrasi, dan erosi total). Kondisi ini dapat dipahami bahwa dilihat dari selisih nilai yang begitu besar antara stabilitas agregat di atas 2 mm (SA20B) dengan stabilitas agregat di atas 0,3 mm (SA03B) yang mendekati 50%, menunjukkan bahwa agregat yang terbentuk didominasi oleh agregat-agregat yang berukuran kurang dari 2 mm, dan agregat ini bila terlepas mudah terangkut oleh aliran air permukaan (Handayani, 2002).
Alfisol merupakan tanah yang telah berkembang dengan karakteristik profil tanah membentuk sekuen horison A1/ A2/A3/ A1// B1/C, yang terbentuk melalui proses kombinasi antara podsolisasi dan laterisasi pada daerah iklim basah dan biasanya terbentuk dibawah tegakan hutan berkayu keras (Tan, 2000).

C.        Sifat -Sifat Fisika Tanah
Sifat fisik tanah lain yang cukup penting untuk memahami ciri dan perilaku tanah adalah kerapatan partikel, keapatan lindak, konsistensi, temperatur, dan warna tanah. Kerapatan partikel tanah bervariasi tergantung pada kandungan bahan organik. Kerapatan lindak tanah bervariasi tergantung pada kandungan lengas tanah. Kerapatan lindak tanah tergantung pada kerapatan partikel dan ruang pori tanah. Tanah lapisan permukaan yang kaya bahan organik dan gembur mempunyai kerapatan lindak yang lebih rendah daripada lapisan bawah yang lebih pejal dan kandungan humus rendah (Sutanto, 2009).
Struktur tanah sangat berpengaruh dalam bidang pertanian. Tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman menjadi penentu seberapa besar hasil panen yang akan didapat. Tanaman membutuhkan suplay air dan unsur hara yang optimal untuk proses fotosintesis, sedangkan supla air dan unsur hara yang dibutuhkan itu diambil dari dalam tanah melalui akar. Pengambilan air dan unsur hara ini sangat tergantung oleh tipe struktur tanah yang menjadi tempat tumbuh tanaman tersebut. Jika strukturnya semakin mantap maka partikel penyusunnya juga akan semakin rapat sehingga akar akan sulit menembusnya, sebaliknya jika kemantapan strukturnya terlalu lemah maka ketersediaan unsur hara dan air akan sedikit karena tanah tidak dapar mengikat unsur hara dan air dengan kuat, oleh karena itu dibutuhkan struktur tanah yang seimbang untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman sehingga hasil panen yang didapat akan melimpah (Kurnia dkk, 2006).
Struktur tanah dapat mempengaruhi sifat fisik tanah yaitu pada kerapatan partikel, semakin mantap struktur tanah maka partikel penyusunnya juga akan semakin rapat. Konsistensi tanah juga ditentukan oleh seberapa mantap struktur tanah yang ada, misalnya pada jenis struktur remah maka akan sulit mempertahankan bentuknya karena sangat halus, sebaliknya pada struktur lempeng akan sangat kuat mempertahankan bentuknya karena sangat padat. Selain itu warna tanah juga berhubungan dengan struktur pembentuk tanahnya, misalnya pada tipe struktur tanah granuler dan remah, warnanya lebih gelap karena mengandung banyak bahan organik (Handayanto, 2009).
Konsistensi tanah adalah derajat kekuatan tanah dari perubahan bentuk. Biasanya di lapangan dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan memirit. Kondisi tanah terdiri dari kering, lembab, dan basah. Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan sebagainya. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut (Hardjowigeno, 2007).
Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengna mudah dapat dilihat dan dapat menunjukkan sifat-sifat tanah. Warna tanah merupakan campuran dari komponen-komponen warna lain yang terjadi oleh pengaruh berbagai faktor. Urutan tanah yang menunjukkan penurunan produktivitas tanah ialah hitam, coklat, abu-abu coklat, merah, abu-abu, kuning, dan putih. Dalam survei atau penelitian tanah di lapang selalu menggunakan daftar warna dalam Munsell Soil Color Charts yang terdiri dari hue, value, dan chroma.
Warna tanah merupakan karakteristik tanah di lapang yang mudah diidentifikasi dan merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Warna hitam biasanya menunjukkan kandungan bahan organik, warna merah menunjukkan adanya oksida besi bebas (tanah-tanah yang teroksidasi), sedangkan warna abu-abu menunjukkan adanya reduksi. Warna tanah berhubungan dengan sifat fisik, kimia dan biologi tanah  (Priyanto,2009).
Degradasi sifat fisik tanah pada umumnya disebabkan karena memburuknya struktur tanah. Kerusakan struktur tanah diawali dengan penurunan kestabilan agregat tanah sebagai akibat akibat dari pukulan air hujan dan kekuatan limpasan permukaan. Penurunan kestabilan agregat tanah berkaintan dengan penurunan kandungan bahan organik tanah, aktivitas perakaran dan mikroorganisme tanah. Penurunan ketiga agen pengikat tanah tersebut, selain menyebabkan agregat tanah relatif mudah pecah juga menyebabkan terbentuknya kerak di permukaan tanah (soil crusting) yang mempunyai sifat padat dan keras bila kering. Pada saat hujan turun, kerak yang terbentuk di permukaan tanah juga menyebabkan penyumbatan pori tanah. Akibat proses penyumbatan pori tanah ini, porositas tanah, disribusi pori tanah, dan kemampuan tanah untuk mengalirkan air mengalami penurunan dan limpasan permukaan akan meningkat. Sehingga upaya perbaikan degradasi sifat fisik tanah mengarah terhadap perbaikan struktur tersebut (Suprayogo et al., 2001).
Sifat fisik menunjukkan, tanah rentan terhadap erosi dan pemadatan. Oleh karena itu pemanfaatan lahan hutan untuk pertanian atau tanaman hutan, mensyaratkan perlunya tindakan konservasi tanah dan menghindari daerah berlereng khususnya untuk tanaman pangan, selain perlunya meningkatkan kesuburan tanah melalui pemupukan.

D.        Sifat-Sifat Kimia Tanah
Perilaku kimia tanah didefinisikan sebagai keseluruhan reaksi fisika-kimia yang berlangsung antar-penyusun tanah serta antara penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk ataupun pembentuk tanah lainnya . Faktor kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang berlangsung dalam tanah yang diperhitungkan dengan menit sampai luar biasa lama yang diperhitungkan dengan abad . Pada umumnya reaksi-reaksi yang terjadi di dalam tanah oleh tindakan faktor lingkungan tertentu (Sutanto, 2009).
Bahan organik dalam tanah dapat didefinisikan sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari organisme yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Didalam tanah, bahan organik bisa berfungsi dan memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah sehingga ada sebagian ahli menyatakan bahwa bahan organik di dalam tanah memiliki fungsi yang tak tergantikan (Sutanto, 2005).
Selain kadar bahan organik yang dapat diindikasikan sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur dalam tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah (Sutopo, 2008). Kapur (CaCO3) mampu meningkatkan pH tanah dengan menetralisir ion H+ di dalam larutan tanah. Ion OH- yang berasal dari reaksi CaCO3 dengan muatan positif pada permukaan koloid tanah mampu menetralisasi, akhirnya akan meningkatkan pH tanah. Kapur selain berpengaruh meningkatkan pH tanah juga mempercepat perombakan bahan organik (Hartati, 2002).
Bahan organik di lapisan atas melalui proses mineralisasi maupun erosi merupakan penyebab utama menurunnya kesuburan tanah. Sifat kimia tanah berbahan induk batu liat lebih baik dibandingkan tanah berbahan induk batu pasir seperti diperlihatkan oleh kandungan basa-basa dapat tukar, kapasitas tukar kation, dan K potensial yang lebih tinggi, akan tetapi dibatasi oleh kandungan Al yang tinggi. Perubahan penggunaan lahan hutan menjadi lahan pertanian, selain meningkatkan proses mineralisasi bahan organik, juga memutus siklus biologi yang berpengaruh terhadap menurunnya kesuburan tanah  (Suharta dan Prasetyo, 2008).
E.        Kadar lengas tanah
Di dalam tanah terkandung mineral, bahan organik dan pori-pori yang berisi udara dan air (Sutopo, 2008). Beberapa faktor yang memepengaruhi kandungan lengas dalam tanah antara lain iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah, topografi, dan adanya bahan penutup tanah baik organik maupun anorganik (Walker and Paul, 2002).
Kecukupan air bagi tanaman tergantung pada ketersediaan air di mintakat perakaran dan permeabilitas tanah. Ketersediaan air total pada tanah dengan pengaturan baik sama dengan kandungan lengas tanah pada kapasitas lapangan (KL) dikurangi kandungan lengas pada titik layu (TL) dikalikan tebal perakaran. Tanah bertekstur lempung berat mempunyai lengas kapasitas lapangan dapat menyediakan air untuk tanaman lebih besar daripada tanah pasiran karena mengandung air yang tidak tersedia (Sutanto, 2009).
Klasifikasi lengas tanah antara lain air penyusun dan air antar lapis yang memiliki pF lebih dari 7,0; air penyusun higroskopis yang mempunyai pF antara 7,0-4,5; air kapiler yang mempunyai pF antara 4,5-2,5; air gravitasi yang mempunyai pF antara 2,5-0,0; dan yang terakhir adalah air bumi atau ground water yang bebas tegangan (Anonim, 2010).
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah (soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam (Handayani, 2009).

F.         Analisis Ph Tanah
Reaksi tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. Pada tanah pH lebih rendah dari 5.6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat (Anonim, 2005).
Reaksi tanah dibedakan menjadi kemasaman (reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalarn larutan. Tanah masam karena kandungan H+ yang tinggi dan banyak ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Di daerah rawa‑rawa atau tanah gambut, tanah masam umumnya disebabkan oleh kandungan asam sulfat yang tinggi. Pengapuran merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tanah yang bereaksi asam atau basa (Yulianti, 2006).
Ada 2 metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran pH tanah yaitu kertas lakmus dan pH meter. Kertas lakmus sering di gunakan di lapangan untuk mempercepat pengukuran pH. Penggunaan metode ini di perlukan keahlian pengalaman untuk menghindari kesalahan. Lebih akurat dan secara luas di gunakan adalah penggunaan pH meter, yang sangat banyak di gunakan di laboratorium. Walaupun pH tanah merupakan indikator tunggal yang sangat baik untuk kemasaman tanah, tetapi nilai pH tidak bisa menunjukkan berapa kebutuhan kapur. Kebutuhan kapur merupakan jumlah kapur pertanian yang dibutuhkan untuk mempertahankan variasi pH yang di inginkan untuk sistem pertanian yang digunakan. Kebutuhan kapur tanah tidak hanya berhubungan dengan pH tanah saja, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan menyangga tanah atau kapasitas tukar kation (KTK) (Anonim, 2009).

                                                                                  BAB III
ALAT , BAHAN DAN CARA KERJA

A. Alat
     1. Pencandraan Bentang Lahan
         a. Klinometer
         b. Altimeter
         c. GPS
         d. Meteran
     2. Penyidikan Profil dan Pedon Tanah
         a. Pisau belati
         b. Cangkul
         c. Penggaris kertas
      3.Sifat-Sifat Fisika Tanah
         a. Lup
         b. Tissue gulung
         c. MSCC
         d. Pnetrometer
         e. Pipet
     4. Sifat-Sifat Kimia Tanah
         a. Flakon
         b. Kertas marga
         c. pH stick
         d. Pipet
         e. Tisu gulung
         f. spidol
     5. Lengas Tanah Kering Angin
a. Botol Penimbang
b. Oven
c. Eksikator
d. Penimbang
  6. Kapasitas Lapangan
          a. Botol semprong
          b. Kain kassa
          c. Statif
          d. Gelas piala
      7. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
           a. Cawan tembaga yang dasarnya berlubang
           b. Mortir porselin
           c. Saringan Ø 2 mm
           d. Timbangan analitik
           e. Spatel
           f. Oven
           g. Eksikator
11
           h. Gelas arloji
           i. Kertas saringan
           j. Petridish
      8. Batas Berubah Warna (BBW)
           a. Botol timbang
           b. Colet
           c. Botol pemancar
           d. Cawan penguap
           e. Oven
           f. Eksikator
           g. Spatel
           h. Lempeng kaca
            i. Papan kayu

B. Bahan
1. Bahan Pencandraan Bentang Lahan Lahan pengamatan di desa Sukasari, Jumantono, Karanganyar.
2. Bahan Penyidikan Profil dan Pedon Tanah
a. Profil tanah yang masih baru dan terlindungi dari sinar matahari secara  langsung
3. Bahan sifat-sifat fisika tanah
     a. Tanah pada profil yang diamati
     b. Aquades
4. Bahan sifat-sifat kimia tanah
     a. Tanah
     b. HCL 1,2 N
     c. H2O2  10% dan 3%
     d. K4FeCN6 0,5% dan KCL
5. Lengas Tanah Kering Angin
     a. Bongkahan
     b. Contoh tanah kering angin (ctka) Ø 0,5 mm dan
Ø 2mm
6. Kapasitas Lapangan
     a. Ctka Ø 2 mm
7. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
     a. Ctka Ø 2 mm
     b. Aquades
8. Batas Berubah Warna (BBW)
     a. Ctka Ø 0,5 mm
     b. Aquades                                        

C. Cara Kerja
1. Cara Kerja Pencandraan Bentang Lahan
a. Mengamati bentuk wilayah
     b. Mengukur kemirigan lahan dengan klinometer
     c. Mengamati fisiografi timbulan makro, timbulan mikro, kemas muka tanah dan hidrologi tanah
d. Mengamati ada tidaknya genangan, potensi banjir dan erosi
e. Mengamati relief dan penggunaan lahan
2. Cara Kerja Penyidikan Profil dan Pedon Tanah
a. Membuat irisan tegak pada tanah
b. Mengukur jeluk atau kedalaman regolit dengan penggaris kertas
c. Menentukan ada tidaknya gleisasi.
     d. Menentukan batas lapisan dengan cara menusuk-nusuk tanah dengan pisau belati atau dengan memukul-mukul tanah dengan gagang pisau belati
     e. Mengamati perbedaan warna irisan tanah tersebut
     f. Mengamati perbedaan yang ada pada tiap lapisan

 3. Cara Kerja sifat-sifat fisika tanah
           a. Tekstur tanah
               1) Mengambil sampel tanah tiap lapisan
               2) Basahi tanah dengan aquades lalu pijit-pijit dengan jari
               3) Menentukan tekstur tanahnya
           b. Struktur tanah
               1) Mengambil sampel tanah masing-masing lapisan
               2) Mengamati tanah dengan lup
               3) Mengamati ukuran dan derajat struktur tanah dengan cara dipijit-pijit
               4) Menentukan stuktur, ukuran dan derajat tanah
           c. Konsistensi tanah
               1) Mengambil sampel tanah dari masing-masing lapisan
               2) Menentukan konsistensi dengan cara dipijit-pijit
           d. Warna tanah
               1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan tanah
               2) Menentukan warna tanah dengan mencocokan sampel pada MSC                           (Munsell Soil Color Charts)
           e. Uji Pnetrometer
               1) Mengamati tiap- tiap lapisan
               2) Menentukan daya topang tiap-tiap lapisan dengan pnetrometer.

4. Cara Kerja sifat-sifat kimia tanah
           a. PH Tanah
               1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisanndan dibagi menjadi                          dua bagian dan dimasukkan dalam flakon
               2) Bagian pertama ditambah H2O dan bagian kedua ditambah KCl dan                         dikocok
               3) Diamati pH masing-masing sampel dengan pH  stick
           b. Kandungan Bahan Organik
               1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan
               2) Menambahkan beberapa tetes H2O2 10 %
               3) Mengamati reaksi percik yang terjadi
                 c. Aerase Dan Drainase
1) Mengambil dua bongkah tanah pada masing-masing lapisa
2) Meletakkannya dalam tissu gulung yang berbeda
3) Menetesi keduanya dengan HCl 1,2 N
4) Menutup tisu gulung dan menekan sampai cairan terperas keluar
5) Menetesi sampel tanah yang satu dengan KCNS 10 % dan sampe  tanah yang lain dengan K3Fe(CN)6 0,5%
6) Melihat perubahan warna, jika dominan warna merah maka aerase dan drainase baik, jika berwarna biru maka aerase dan drainase buruk,  dan jika warna merah dan biru seimbang maka drainase sedang
d. Kandungan CaCO3 ( kapur )
1) Mengambil sampel dari masing-masing horizon
2) Menambahkan beberapa tetes HCl 10 %
3) Mengamati reaksi percik yang terjadi
e. Konkresi Mn
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan
2) Menambahkan beberapa tetes H2O2  10%
3) Mengamati reaksi percik yang terjadi

5. Lengas Tanah Kering Angin
1) Botol penimbang dan tutupnya kedalam oven selama 3 menit kemudian                  mendinginkannya kedalam eksokator dan menimbang botol penimbang                          dengan tutupnya (a g).
     2) Memasukkan ctka kurang lebih 2/3 tnggi botol penimbang lalu                                 menimbangnya (b g) dan masing – masing ctka dilakukan 2 kali ulangan.
     3) Memasukkan kedalam oven dengn keadaan terbuka bersuhu 105˚C                         selama 4 jam
     4) Mendinginkan botolo penimbang dan isinya pada eksikator dalam                           keadaan tertutup, kemudian melakukan penimbangan setelah dingin (c g).
     5) Melakukan perhitungan kadar lengas.
Kadar lengas tanah =  x 100%
Nilai c – a adalah berat contoh tanah kering mutlak (ctkm)

6. Kapasitas Lapang
1) Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol dengan kain kassa
         2) Memasukkan ctka kedalam botol semprong dengan bagian yang tertutup                 kain kassa sebagai dasarnya
         3) Memasang botol semprong pada statis dan diatur seperlunya
         4) Merendam selama kurang lebih 48 jam
         5) Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes sampai tetes terakhir
         6) Mengambil contoh tanahnya yang berada pada 1/3  bagian tengah                          semprong, mengukur kadar lengasnya sebanyak 2 kali ulangan.
          
7. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
   1) Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi Ø2 m
   2) Mengambil cawan berlubang yang dasarnya diberi kertas saring yang                       sudah dibasahi
         3) Menimbang dengan gelas arloji sebagai dasarnya (a g)
4) Memasukkan ctka yang telah digerus dalam cawan tembaga kurang lebih 1/3 nya lalu diketuk - ketukan, menambahkan lagi ctka sampai 2/3 lalu diketuk - ketukan lagi, kemudian menambahkan lagi ctka sampai penuh, mengetuknya lagi dan meratakannya
5) Memasukkan cawan tersebut kedalam perendam kemudian diisi air sampai permukaan air mencapai kurang lebih ½ tinggi dinding cawan, perendaman 12 jam (setelah direndam permukaan tanah akan cembung minimal rata/mendatar)
6) Mengangkat cawan dan membersihkan sisi luarnya lalu meratakan tanah setinggi cawan dengan diperes secara hati – hati dan menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (b g)
7) Memasukkan kedalam oven bersuhu 105˚C selama 4 jam, lubang pembuangan air pada oven harus terbuka
8) Memasukkan kedalam eksikator kemudianmenimbang dengan diberi gelas arloji (c g)
9) Membuang tanah, membersihkan cawan kertas saring kertas menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (d g)
10) Menghitung kadar lengasnya. Kadar Lengas Maksimum tanah =  x 100%

8. Batas Berubah Warna (BBW)
1) Membuat pasta tanah dengan cara mencampur ctka Ø 0,5 mm dengn air pada cawan penguap
2) Meratakan pasta tanah pada kayu membentuk elips dengan ketinggian pada bagian tengah kurang lebih 3 mm dan makin ke tepi makin tipis
3) Membiarkan semalam dan setelah ada beda warna diambil tanahnya selebar 1 cm (warna terang dan gelap) untuk dianalisis KL-nya

     Tabel Pengharkatan batas berubah warna
           BBW (%)
Harkat
1 – 3
Sangat rendah
4 – 10
Rendah
11- 18
Sedang
19 – 30
Tinggi
31 – 45
Sangat tinggi
>45
Amat sangat tinggi






IV. Hasil Pengamatan

A. Jumantono (Tanah Alfisol)
Gambar denah 4.1.1 lokasi di Jumantono
     Deskripsi Lokasi
Lokasi                          : Sukosari, Jumantono, Karanganyar
Hari / Tanggal              : Sabtu / 06 Oktober 2012
Waktu                          : Pukul 07.00 – 09.00 WIB
Profil                           : 4/ Empat
Surveyor                      : Kelompok  25
16
Gambar 4.1.2 foto profil 4 di Jumantono

Tabel Deskripsi 4.1.1 Lingkungan Jumantono
  No.
Deskripsi
Keterangan
 1.


 2.


3.

 4.

 5.

 6.

 7.

 8.

 9.

 10.


 11.

 12.
 13.


 14.



 15.
 Cuaca


Latitude/ Longtitude


Datum

 Tinggi tempat

 Lereng

 Arah

Panjang lereng

 Fisiografi lahan

 Genangan

 Tutupan lahan

 Geologi

 Erosi

 Tingkat erosi


 Batuan permukaan



 Vegetasi
 Cerah atau Sunny clear (SU)

 7o 3749,4” LS /
 110o 56’ 54,4” BT
  
WGS 1984

 191 m dpl

 4 %, agak miring

 Barat

 24 m

 Miscellaneous (X)

 Tidak ada (0)

 Lahan tandus / Barrend
 land ( G )

 QLLA, Quarter Lahar    Lawu

 Erosi permukaan / Sheet erosion (S)

Rendah ( R )
 < 0,1 %, tidak berbatu (kelas 1)

  Tanaman tahunan (40%), Tanaman semusim (0%), rumput (60%)
            Sumber: broadlist








 Tabel 4.1.2 Deskripsi profil tanah Jumantono.
No
Deskripsi
Keterangan
 1.

2.






3.













 4.





 Metode observasi

Jeluk / solum tanah :
 1) Horizon A1
 2) Horizon A2
 3) Horizon A3
 4) Horizon B
 5) Horizon B2

Horison
 a) ketegasan horison
     1) Horizon A1
    
2) Horizon A2
   
     3) Horizon  A3
     4) Horizon B
     5) Horizon B2
 b) topografi horison
     1) Horizon A1
     2) Horizon A2
     3) Horizon A3
     4) Horizon B
     5) Horizon B2

 Perakaran
 a) ukuran
     1) Horizon A1
   
     2) Horizon A2
     3) Horizon A3
    
     4) Horizon B
     5) Horizon B2

b) jumlah
    1) Horizon A1
    2) Horizon A2
    3) Horizon A3
    4) Horizon B
    5) Horizon B2
Lubang besar terbuka atau galian (LP)

0cm  – 7 cm
 7cm – 15cm
 16cm – 44cm
 25cm – 45cm
 45cm – 60cm



V / very abrupt(sangat tajam)
 V / very abrupt (sangat tajam),
 A / abrupt (tajam)
 A / abrupt (tajam)
 C / clear (jelas)

 S / smooth (rata)
 S / smooth (rata)
 W / wavy (berombak)
 W / wavy (berombak)
 W / wavy (berombak)



Sangat kasar atau Very coarse (VC)
 Kasar atau Coarse ( C )
 Sedang atau Medium (M)
 Halus atau Fine ( F )
 Sangat halus atau Very fine ( VF )

 Banyak atau Many ( 3 )
 Banyak atau Many ( 3 )
 Biasa atau Common ( 2 )
 Sedikit atau Few ( 1 )
 Sedikit atau Few ( 1 )
            Sumber :  broadlist


 Tabel 4.1.3Pengamatan sifat fisika tanah di Jumantono.
No.
Deskripsi
Keterangan
 1.









2.




















 3.






 4.






  5.






6.






 Tekstur tanah:
 1) Horizon A1

 2) Horizon A2

 3) Horizon A3

 4) Horizon B
 5) Horizon B2

Struktur tanah
 a.Tipe :
    1) Horizon A1
    2) Horizon A2
    3) Horizon A3
    4) Horizon B
    5) Horizon B2
 b. Ukuran :
    1) Horizon A1
    2) Horizon A2
    3) Horizon A3
    4) Horizon B
    5) Horizon B2

c. Derajat :
    1) Horizon A1
    2) Horizon A2
    3) Horizon A3
    4) Horizon B
    5) Horizon B2

Konsistensi :
 1) Horizon A1
 2) Horizon A2
 3) Horizon A3
 4) Horizon B
 5) Horizon B2

Warna :
 1) Horizon A1
 2) Horizon A2
 3) Horizon A3
 4) Horizon B
 5) Horizon B2

 Aerasi – drainase
 1) Horizon A1
 2) Horizon A2
 3) Horizon A3
 4) Horizon B
 5) Horizon B2

Penetrasi (kg/cm2) :
 a. Vertikal
 b. Horizontal
    1) Horizon A1
    2) Horizon A2
    3) Horizon A3
    4) Horizon B
    5) Horizon B2

 Geluh lempung pasiran atau Sandy clay loam (SCL)
 Lempung pasiran atau Sandy clay (SC)
 Geluh lempungan atau Clay loam (CL)
 Lempung debuan atau Silty clay (SiC)
 Lempung atau Clay (C)



Bongkah atau Cloddy (CDY)
 Bongkah atau Cloddy (CDY)
 Bongkah atau Cloddy (CDY)
 Lempeng atau platy (PL)
 Lempeng atau platy (PL)

 Halus atau fine (F)
 Sedang atau Medium ( M )
 Kasar atau Coarse ( C )
 Sangat kasar Very Coarse (VC)
 Ekstrim kasar atau Extrime coarse (EC)

 Tak berstruktur (0)
 Lemah atau Weak (1)
 Sedang atau Medium ( 2 )
 Kuat atau Strong ( 3 )
 Kuat atau Strong ( 3 )


 Kering, Lunak
 Kering, Agak keras
 Kering, Agak keras
 Kering, Sangat keras
 Kering, Sangat keras sekali


 7,5 YR 4/4 brown
 7,5 YR 4/6 strong brown
 7,5 YR 5/8 strong brown
 7,5 YR 4/6 strong brown
 7,5 YR 6/8 reddish yellow


 02 / baik
 02 / baik
 02 / baik
 01 / sedang
 01 / sedang



 1 Kg/cm2

 1,5 Kg/
 1,5 Kg/
 2 Kg/
 1 Kg/
 1,5 Kg/
            Sumber :  broadlist 

 Tabel 4.1.4 Pengamatan sifat kimia tanah di Jumantono.
No.
Deskripsi
Keterangan
 1.













2.






 3.






 4.
 Ph tanah
 a. pH H2O :
    1) Horizon A1
    2) Horizon A2
    3) Horizon A3
    4) Horizon B
    5) Horizon B2
 b. pH KCl :
     1) Horizon A1
     2) Horizon A2
     3) Horizon A3
     4) Horizon B
     5) Horizon B2

 Bahan organik
 1) Horizon A1
 2) Horizon A2
 3) Horizon A3
 4) Horizon B
 4) Horizon B2

 Kadar kapur (CaCO3)
 1) Horizon A1
 2) Horizon A2
 3) Horizon A3
 4) Horizon B
 5) Horizon B2

 Konsentrasi
 a. jenis
    1) Horizon A1
    2) Horizon A2
    3) Horizon A3
    4) Horizon B
    5) Horizon B2
 b. macam
     1) Horizon A1
     2) Horizon A2
     3) Horizon A3
     4) Horizon B
     5) Horizon B2
                                                    
 c. ukuran
     1) Horizon A1
     2) Horizon A2
     3) Horizon A3
     4) Horizon B
     5) Horizon B2


 5    (Masam sangat kuat)
 5    (Masam sangat kuat)
 5    (Masam sangat kuat)
 5 – 6 (Masam/Masam kuat)
 5 – 6 (Masam/Masam kuat)

5    (Masam sangat kuat)
5    (Masam sangat kuat)
5    (Masam sangat kuat)
5    (Masam sangat kuat)
5 – 6 (Masam/Masam kuat)


 Sangat banyak ( ++++ )
 Banyak ( +++ )
 Banyak ( +++ )
 Sedikit (++ )
 Banyak (+++)


 Tidak ada ( 0 )
 Tidak ada ( 0 )
 Tidak ada ( 0 )
 Tidak ada ( 0 )
 Tidak ada ( 0 )


      
       -
       -
Konkresi
Konkresi
Konkresi

  -
  -
 Ir (berbesi)
 Ir (berbesi)
 Ir (berbesi)


                 -
                 -
 Sedang atau Medium (M)
 Sedang atau Medium (M)
 Sedang atau Medium (M)
            Sumber : broadlist

 Tabel 4.1.5 Kadar lengas tanah kering angin tanah di Jumantono
Sampel
A
B
C
KL (%)
A1:0,5mm
54,6 gr
64,4 gr
63,6 gr
8,9%
A2:0,5mm
61,4 gr
71,4 gr
70,6 gr
8,7%
B1:2mm
18,5 gr
28,5 gr
27,6 gr
12,1%
B2:2mm
53,9 gr
63,9 gr
63,1 gr
8,7%
C1:bongkah
60,9 gr
69,06 gr
68,2 gr
11,7%
C2:bongkah
53,8 gr
63,8 gr
62,8 gr
11,1%





   Cara penghitungan:
  1) Pada ctka berukuran Ø 0,5 mm
      a. Ø 0,5 mm I 
       b. Ø 0,5 mm II
       rata – rata =
   2) Pada ctka berukuran Ø 2 mm
       a. Ø 0,2 mm I 
       b. Ø 0,2 mm II
       rata – rata =
   3) Pada ctka bongkahan
       a. Bongkahan I  =   
       b. Bongkahan II  
        rata – rata =

Tabel 4.1.6 Perhitungan Kadar Lengas Maksimum Tanah di Jumantono
a (gram)
b (gram)
c (gram)
d (gram)
24,43
79,24
54,5
24,03
    1) Cara penghitungan Kadar lengas maksimum tanah
Kadar lengas maksimum =

Tabel 4.1.7 Batas Berubah Warna Tanah di Jumantono
sampel
a (gram)
b (gram)
c (gram)
A
60,9
61,7
61,6
B
53,8
54,33
54,2
   1) Cara penghitungan batas beurbah warna
       a. Pada sampel A %
       b. Pada sampel B
       rata – rata =

Tabel 4.1.8 Analisis pH tanah di Jmuantono
  
No.
Indikator  H2O
Indikator KCL
1.
6,65
4,77

Tabel 4.1.9 kapasitas lapangan tanah di Jmantono
sampel
a (gram)
b (gram)
c (gram)
I
54,55
63,16
60,73
II
55,53
64,96
62,3
  1) Cara penghitungan kapasitas lapangan
      a. Pada sampel I
      b. Pada sampel II
      rata – rata =



B. Tanah di Fakultas Pertanian (Tanah Entisol)
gambar 4.2.1denah lokasi di FP

  Deskripsi Lokasi
Lokasi                          : Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Hari / Tanggal              : Minggu 07 Oktober 2012
Waktu                          : Pukul 07.00 – 09.00 WIB
Profil                           : 5/Lima
Surveyor                      : Kelompok  25
         Gambar 4.2.2 foto profil 5 fakultas pertanian

Tabel 4.2.1 Deskripsi Lingkungan Tanah di FP
No
Deskripsi
Keterangan
 1.

 2.


 3.

 4.

 5.

 6.

 7.

 8.

 9.

 10.


 11.


 12.


 13.
   
 14.


 15.
 Cuaca

 Latitude/ Longtitude


 Datum

 Tinggi tempat

 Lereng

 Arah

 Panjang lereng

 Fisiografi lahan

 Genangan

 Tutupan lahan


 Geologi


 Erosi


 Tingkat erosi

 Batuan permukaan


 Vegetasi
 Berawan sebagian (PC)

 07°33’36″LS / 110°51’30,3″BT

 WGS 1984

 108 m dpl

  9%, sangat miring

 Timur Laut

 3 m

 Vulkanik (V)

 Tidak ada (0)

 Lahan tandus / Barrend land (B )

 Qvl (batuan gunung lawu)

 Erosi permukaan/          Sheet erosion (S)

 Rendah ( R )

 < 0,1%, tidak berbatu (kelas 1)

 Tanaman tahunan (30%), Tanaman semusim (0%), rumput (70 %)
            Sumber : broadlist 






  Tabel 4.2.2 Deskripsi profil tanah FP.
No
 Deskripsi
Keterangan
 1.


 2.





  3.



















 4.
 Metode observasi


 Jeluk / solum tanah :
 1) Horizon C1
 2) Horizon C2
 3) Horizon C3
 4) Horizon C4

 Horison
a. ketegasan horizon
   1) Horizon C1
  
    2) Horizon C2
  
    3) Horizon  C3
   
    4) Horizon C4

b. Horison topografi
    1) Horizon C1
   
   2 )Horizon C2
  
    3) Horizon C3
  
    4)  Horizon C4


Perakaran
a. ukuran
    1) Horizon C1
 
    2) Horizon C2
    3) Horizon C3
 
    4) Horizon C4

b. jumlah :
    1) Horizon C1
    2) Horizon C2
    3) Horizon C3
    4)  Horizon C4
 Irisan lereng atau Beveled cut (BC)


 0cm  – 11 cm
 11cm – 26cm
 26cm – 38cm
 38cm – 45cm



 Sangat tajam atau Very abrupt ( V )
 Sangat tajam atau Very abrupt ( V )
 Sangat tajam atau Very abrupt ( V )
 Sangat tajam atau Very abrupt ( V )

 Tak beraturan atau Irregular ( I )
 Berombak atau Wavy ( W )
 Berombak atau Wavy ( W )
 Berombak atau Wavy ( W )



 Sangat halus atau  Very fine ( VF )
 Halus atau Fine ( F )
 Kasar atau Coarse      ( C )
 Sangat kasar atau Very coarse (VC)

Sedikit atau Few ( 1 )
Sedikit atau Few ( 1 )
Sedikit atau Few ( 1 )
Sedikit atau Few ( 1 )
            Sumber : broadlist  

Tabel 4.2.3 Pengamatan sifat fisika tanah di FP.
No.
Deskripsi
Keterangan
 1.









 2.

















 3.





 4.





 5.





 6.






 Tekstur tanah:
 1) Horizon C1

 2) Horizon C2

 3) Horizon C3

 4) Horizon C4


 Struktur tanah
 a. Tipe
     1) Horizon C1
     2) Horizon C2
     3) Horizon C3
     4) Horizon C4
 b. Ukuran
     1) Horizon C1
     2) Horizon C2
     3) Horizon C3
     4) Horizon C4

 c. Derajat
     1) Horizon C1
     2) Horizon C2
     3) Horizon C3
     4) Horizon C4

 Konsistensi :
 1) Horizon C1
 2) Horizon C2
 3) Horizon C3
 4) Horizon C4

 Warna :
 1) Horizon C1
 2) Horizon C2
 3) Horizon C3
 4) Horizon C4

 Aerasi – drainase
 1) Horizon C1
 2) Horizon C2
 3) Horizon C3
 4) Horizon C4

Penetrasi (kg/cm2) :
a. Vertikal
b. Horizontal
    1) Horizon C1
    2) Horizon C2
    3) Horizon C3
    4) Horizon C4

 Geluh lempungan atau Clay loam (CL)
 Geluh lempung pasiran atau Sandy clay loam (SCL)
 Geluh lempung pasiran atau Sandy clay loam (SCL)
 Geluh lempung pasiran atau Sandy clay loam (SCL)



 Bongkah atau Cloddy (CDY)
 Bongkah atau Cloddy (CDY)
 Bongkah atau Cloddy (CDY)
 Lempeng atau Platy (PL)

 Halus atau fine (F)
 Sedang atau Medium (M)
 Kasar atau Coarse ( C )
 Sangat kasar atau Very coarse (VC)

 Tak berstruktur (0)
 Lemah atau weak (1)
 Sedang atau medium (2)
 Kuat atau strong (3)


 Kering, keras
 Kering, Agak keras
 Kering, keras
 Kering, keras


 5 Y, 7/1, light gray
 2,5 Y, 5/6, light olive brown
 2,5 Y, 5/3, light olive brown
 2,5 Y, 7/3, polle yellow


 Baik ( O2 )
 Baik ( O2 )
 Baik ( O2 )
 Baik ( O2 )



 1 Kg/cm2
                                       
 1 Kg/cm2
 1 Kg/cm2
 1 Kg/cm2
 1 Kg/cm2
            Sumber : broadlist  

Tabel 4.2.4 Pengamatan sifat kimia tanah di FP.
No.
Deskripsi
Keterangan
 1.











 2.





 3.





 4.



 pH tanah
 a. pH H2O :
    1) Horizon C1
    2) Horizon C2
    3) Horizon C3
    4) Horizon C4
 b. pH KCl :
     1) Horizon C1
     2) Horizon C2
     3) Horizon C3
     4) Horizon C4

 Bahan organik
 1) Horizon C1
 2) Horizon C2
 3) Horizon C3
 4) Horizon C4

 Kadar kapur (CaCO3)
 1) Horizon C1
 2) Horizon C2
 3) Horizon C3
 4) Horizon C4

 Konsentrasi
 1) Horizon C1
 2) Horizon C2
 3) Horizon C3
 4) Horizon C4


 5 – 6 (Masam/Masam kuat)
 5 – 6 (Masam/Masam kuat)
 5 – 6 (Masam/Masam kuat)
 5 – 6 (Masam/Masam kuat)

 5 – 6 (Masam/Masam kuat)
 5 – 6 (Masam/Masam kuat)
 5 – 6 (Masam/Masam kuat)
 5 – 6 (Masam/Masam kuat)


 Sangat sedikit ( + )
 Sangat sedikit ( + )
 Sangat sedikit ( + )
 Sangat sedikit ( + )


Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )


       -
       -
       -
       -
            Sumber : broadlist

Tabel 4.2.5 Kadar lengas tanah kering angin tanah di FP
Sampel
A
B
C
KL (%)
A1:0,5mm
35,476gr
42,425 gr
41,980 gr
3,054%
A2:0,5mm
52,941 gr
62,834 gr
62,472 gr
3,798%
B1:2mm
56,609 gr
66,590 gr
66,062 gr
5,585%
B2:2mm
54,340 gr
63,823 gr
63,306 gr
5,766%
C1:bongkah
55,581 gr
62,223 gr
61,800 gr
6,802%
C2:bongkah
52,907 gr
65,348 gr
64,571 gr
7,072%
   Cara penghitungan:
  1) Pada ctka berukuran Ø 0,5 mm
      a. Ø 0,5 mm I 
       b. Ø 0,5 mm II
           rata – rata =
 
 2) Pada ctka berukuran Ø 2 mm
       a. Ø 0,2 mm I 
b. Ø 0,2 mm II
     rata – rata =
       3) Pada ctka bongkahan
a. Bongkahan I  = 
 
       b. Bongkahan II  
           rata – rata =

Tabel 4.2.6 Perhitungan Kadar Lengas Maksimum Tanah di FP
a (gram)
b (gram)
c (gram)
d (gram)
19,19
72,127
49,513
19,022
    1) Cara penghitungan Kadar lengas maksimum tanah
Kadar lengas maksimum =

Tabel 4.2.7 Batas Berubah Warna Tanah di FP
sampel
a (gram)
b (gram)
c (gram)
A
55,396
57,960
57,371
B
56,790
58,404
57,981
   1) Cara penghitungan batas beurbah warna
       a. Pada sampel A %
       b. Pada sampel B
           rata – rata =

Tabel 4.2.8 Analisis pH tanah di FP
No.
Indikator  H2O
Indikator KCL
1.
5,413
6,1025

Tabel 4.2.9 Kapasitas lapangan tanah di FP
sampel
a (gram)
b (gram)
c (gram)
I
52,914
56,993
55,852
II
53,933
58,419
57,160
  1) Cara penghitungan kapasitas lapangan
      a. Pada sampel I
      b. Pada sampel II
rata – rata =




























C. Tanah di Jatikuwung (Tanah Vertisol)
Gambar 4.3.1denah lokasi di Jatikuwung

Gambar 4.3.2 profil tanah di Jatikuwung
    
Deskripsi Lokasi
Lokasi                          : Jatikuwung, mojosongo
Hari / Tanggal              : Minggu 07 Oktober 2012
Waktu                          : Pukul 15.00 – 17.00 WIB
Profil                           : 3/ Tiga
Surveyor                      : Kelompok  25
Tabel 4.3.1 Deskripsi Lingkungan Tanah di Jatikuwung
No
Deskripsi
Keterangan
1.


2.


3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.
10.

11.


12.


13.


14.

15.
Cuaca


Latitude/ Longtitude


Datum

Tinggi tempat

Lereng

Arah

Panjang lereng

Fisiografi lahan

Genangan
Tutupan lahan

Geologi


Erosi


Tingkat erosi


Batuan permukaan

Vegetasi
Berawan sebagian (PC)

07˚ 31˙ 06,0 “ LS /
110˚ 5 ˙ 41,7 “BT

WGS 1984

148 m dpl

25%, agak curam

Barat, 2540 (B)

10 m

Vulkanik (V)

Tidak ada
Rumput atau Grass (G)

Qvl, Batuan gunung lawu

Erosi tebing atau Stream bank ( T )

Rendah (R)
< 0,1 %



Rumput (60%), tanaman tahunan
(40%), tanaman musiman (0%)
            Sumber : broadlist   







Tabel 4.3.2 Deskripsi profil tanah FP.
No
 Deskripsi
 Keterangan
 1.


2.



 3.











 4.







 5.

 Metode observasi


Jeluk / solum tanah :
1) Horizon A
 2) Horizon Bw
 3) Horizon C
 Ketegasan horizon
 Horison batas
 1) Horizon A

 2) Horizon Bw

 3) Horizon C
Horison topografi
 1) Horizon A
 2) Horizon Bw
 3) Horizon C

 Perakaran Ukuran :
 1) Horizon A

 2) Horizon Bw

 3) Horizon C


 Perakaran Jumlah :
 1) Horizon A
 2) Horizon Bw
 3) Horizon C
 Lubang kecil / SP (Small pit)


0cm  – 14cm
 15cm – 30cm
 30cm – 45cm


Berangsur atau Granular (G)
 Berangsur atau Granular (G)
 Tajam atau Abrupt (A)

 Rata atau Smooth (S)
 Rata atau Smooth (S)
 Rata atau Smooth (S)


 Sedang atau Medium (M)
 Sedang atau Medium (M)
 Sedang atau Medium (M)


 Biasa atau Common (2)
 Biasa atau Common (2)
 Biasa atau Common (2)
            Sumber: broadlist  












Tabel 4.2.3 Pengamatan sifat fisika tanah di Jatikuwung
No.
 Deskripsi
 Keterangan
 1.




 2.













 3.




 4.




 5.




 6.



 Tekstur tanah:
 1) Horizon A
 2) Horizon Bw
 3) Horizon C

Struktur tanah
 a. Tipe
     1) Horizon A
     2) Horizon Bw
     3) Horizon C
 b. Ukuran
     1) Horizon A
     2) Horizon Bw
     3) Horizon C
 c. Derajat
     1) Horizon A
     2) Horizon Bw
     3) Horizon C

Konsistensi
 1) Horizon A
 2) Horizon Bw
 3) Horizon C

 Warna
 1) Horizon A
 2) Horizon Bw
 3) Horizon C

Aerasi – drainase
 1) Horizon A
 2) Horizon Bw
 3) Horizon C       

Penetrasi (kg/cm2)
 a. Vertikal
 b. Horizontal
     1) Horizon A
     2) Horizon Bw
     3) Horizon C

 Geluh pasiran atau Sandy loam (SL)
 Geluh pasiran atau Sandy loam (SL)
 Geluh pasiran atau Sandy loam (SL)



 Kersai atau Granular (GR)
 Kersai atau Granular (GR)
 Kersai atau Granular (GR)

 Sangat kasar atau very coarse (VC)
 Sangat kasar atau very coarse (VC)
 Sangat kasar atau very coarse (VC)

 Kuat atau Strong ( 3 )
 Kuat atau Strong ( 3 )
 Kuat atau Strong ( 3 )


 Kering, sangat keras
 Kering, sangat keras
 Kering, sangat keras


 3/2 dusky red 10 R
 2,5/1 reddish block 10 R
 2,5/1 reddish block 10 R


 Baik ( O2 )
 Baik ( O2 )
 Baik ( O2 )


 1,75 kg/cm2

2 kg/cm2
1,5 kg/cm2
1,5 kg/cm2
            Sumber : broadlist 



Tabel 4.3.4 Pengamatan sifat kimia tanah di Jatikuwung
No.
 Deskripsi
 Keterangan
 1.








 2.




 3.




 4.



 pH tanah
 a. pH H2O
    1) Horizon A
     2) Horizon Bw
     3) Horizon C
 b. pH KCl :
     1) Horizon A
     2) Horizon Bw
     3) Horizon C
 Bahan organik
 1) Horizon A
 2) Horizon Bw
 3) Horizon C

 Kadar kapur (CaCO3)
 1) Horizon A
 2) Horizon Bw
 3) Horizon C

 Konsentrasi
 1) Horizon A
 2) Horizon Bw
 3) Horizon C


 5 – 6 (Masam/Masam kuat)
 5 – 6 (Masam/Masam kuat)
 5 (Masam)

 6 – 7 (Agak masam/Netral)
 5 – 6 (Masam/Masam kuat)
 5 – 6 (Masam/Masam kuat)

 Sangat banyak (++++)
 Sangat banyak (++++)
 Sangat banyak (++++)


 Tidak ada ( 0 )
 Tidak ada ( 0 )
 Tidak ada ( 0 )


                 -
                 -
                  -
            Sumber : broadlist

    Tabel 4.3.5 Kadar lengas tanah kering angin tanah di Jatikuwung
Sampel
A
B
C
KL (%)
A1:0,5mm
52,123 gr
62,123 gr
61,714 gr
4,264%
A2:0,5mm
53,523 gr
63,523 gr
63,085 gr
4,585%
B1:2mm
56,808 gr
66,808 gr
66,328 gr
5,042%
B2:2mm
54,649 gr
64,649 gr
64,161 gr
5,13%
C1:bongkah
53,012 gr
63,012 gr
62,204 gr
8,965%
C2:bongkah
19,051 gr
29,05 gr
28,302 gr
8,34%
  
Cara penghitungan:
  1) Pada ctka berukuran Ø 0,5 mm
      a. Ø 0,5 mm I 
       b. Ø 0,5 mm II
           rata – rata =
   2) Pada ctka berukuran Ø 2 mm
       a. Ø 0,2 mm I 
       b. Ø 0,2 mm II
            rata – rata =
   3) Pada ctka bongkahan
       a. Bongkahan I  =   
       b. Bongkahan II  
            rata – rata =

Tabel 4.3.6 Perhitungan Kadar Lengas Maksimum Tanah di Jatikuwung
a (gram)
b (gram)
c (gram)
d (gram)
20,187
59,1
58,676
20,733
    1) Cara penghitungan Kadar lengas maksimum tanah
        Kadar lengas maksimum =

Tabel 4.3.7 Batas Berubah Warna Tanah di Jatikuwung
Sampel
a (gram)
b (gram)
c (gram)
A
54,657
55,760
55,630
B
56,805
58,12
57,975
   1) Cara penghitungan batas beurbah warna
       a. Pada sampel A %
       b. Pada sampel B
           rata – rata =

Tabel 4.3.8 Analisis pH tanah di Jatikuwung
No.
Indikator  H2O
Indikator KCL
1.
6,809
6,1485

Tabel 4.3.9 kapasitas lapangan tanah di Jatikuwung
Sampel
a (gram)
b (gram)
c (gram)
I
52,123
68,497
65,032
II
53,523
72,473
68,267
  1) Cara penghitungan kapasitas lapangan
      a. Pada sampel I
      b. Pada sampel II
          rata – rata =


BAB V PEMBAHASAN
A. Lokasi Jumantono
a.     Pencandraan Bentang Lahan
Cuaca pada saat melaksanakan praktikum di Jumantono adalah cerah. Fisiografi lahan di daerah ini adalah Vulkanik karena merupakan hasil aktifitas/ endapan materi gunung berapi, yaitu gunung Lawu. Vegetasi yang menutupi lahan meliputi Rumput (60), tanaman tahunan (40%). Profil yang di amati adalah profil 4 dengan posisi 7o 37′ 49,7 ” LS dan 110o 56′ 54,2″ BT, serta ketinggian tempat 191 m dpl dengan menghadap ke arah barat. Penentuan posisi dan ketinggian tempat dengan menggunakan GPS.
Tanah di Jumantono merupakan tanah alfisol yang termasuk tanah yang telah mendapat campur tangan manusia dan relatif muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, KTK dan cadangan unsur hara tinggi. Memiliki  kemiringan 4 % sehingga termasuk kategori agak miring. Dengan tingkat kemiringan 4 % maka daerah ini memiliki resiko erosi yang rendah, dan jika terjadi erosi maka hanya terjadi di permukaan tanahnya. Hal ini disebabkan karena merupakan daerah bebas genangan air yang selama ini tidak pernah di landa banjir.
b.     Deskripsi Profil
Dalam pengamatan, di dapat jeluk sedalam 60 cm, yang di ukur menggunakan meteran dari kertas. Dari pedon yang dibuat pada tanah didapatkan 5 horizon, yaitu horizon A1, A2, A3, B dan B2. Horizon dapat dibedakan dengan cara menusuk-nusuk lapisan tanah menggunakan belati, jika kekerasan pada lapisan tanah sudah berbeda berarti lapisan tanah juga sudah berbeda.
c.     Sifat Fisika
Penentuan kelas tekstur di lakukan secara kualitatif (di lapangan), dapat dilakukan dengan cara membasahi tanah kemudian dipijit-pijit, jika terasa kasar dan tajam tanah tersebut bertekstur pasir, jika terasa licin tanah tersebut bertekstur debu, dan jika terasa liat dan lengket tanah tersebur bertekstur lempung. Dari pengamatan didapatkan pada horison A1 bertekstur geluh lempung pasiran, pada horizon A2 bertekstur lempung pasiran, pada horizon A3 bertekstur geluh lempungan, pada horizon B bertekstur lempung debuan, pada horizon B2 bertekstur lempung. Tekstur tanah menentukan tata air tanah berupa kecepatan ifiltrasi, penetrasi, dan kemampuan mengikat air. Tanah terbaik untuk pertanian adalah tekstur sedang  (tekstur geluh).
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Pengamatan struktur tanah di lapang meliputi : tipe struktur, kelas struktur, dan derajat struktur. Dari pengamatan didapatkan pada lapisan A1 berstruktur bongkahan, ukurannya halus , dan derajat kekerasannya tak berstruktur. Pada horizon A2 berstruktur bongkah, ukurannya sedang, dan derajat kekerasannya lemah. Pada horizon A3 berstruktur bongkah , ukurannya kasar, dan derajat kekerasannya sedang. Pada horizon B berstruktur lempeng, ukurannya sangat kasar, dan derajat kekerasannya kuat. Pada horizon B2 berstruktur lempeng, ukurannya extreme kasar, dan derajat kekerasannya kuat.
Konsistensi adalah derajat kohesi dan adesi partikel tanah dan resistensi terhadap perubahan bentuk. Penentuan konsistensi tanah dapat dililakukan pada keadaan tanah basah, tanah lembap, dan tanah kering. Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan atau memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya di lapangan. Dari pengamatan dapat diketahui lahan dalam kondisi lembab dan pada horizon A1 memiliki konsistensi lunak, horizon A2 memiliki konsistensi agak keras, horizon A3 memiliki konsistensi agak keras, horizon B berkonsistensi sangat keras, dan horizon B2 memiliki konsistensi sangat keras sekali.
Warna tanah merupakan salah satu sifat tanah yang mudah di lihat dan dapat menunjukkan sifat-sifat tanahnya. Warna tanah bersifat tidak murni karena merupakan warna gabungan dari komponen penyusun tanah. Penetapan warna tanah dengan Munsell Soil Color Charts (MSCC), di mana terdapat tiga satuan yaitu hue ( menunjukkan warna utama tanah ), value ( menunjukkan derajat terangnya warna ), dan chroma ( menunjukkan warna atau perubahan kemurnian warna dari kelabu netral atau putih ). Tanah ini cenderung berwarna merah karena berasal dari proses oksidasi besi dan cenderung asam sehingga memungkinkan kehidupan mikrobia tanah untuk melakukan proses kimia di dalam tanah. Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil yaitu pada horizon A1 7,5 YR 4/4 brown, pada horizon A2 7,5 YR 4/6 strong brown , pada horizon A3 7,5 YR 5/8 strong brown, pada horizon B 7,5 YR 4/6 strong brown, pada horizon B2 7,5 YR 6/8 reddish yellow.
d.    Sifat Kimia
pH tanah merupakan indikator reaksi yang terjadi di dalam tanah. Nilai pH merupakan pembacaan logaritma ion H+ atau OH- yang ditangkap oleh alat pengukur dari hasil pelepasan fraksi-fraksi tanah ketika diberikan larutan tertentu. Kegunaan mengetahui pH tanah adalah mengetahui tanaman apa saja yang cocok ditanam pada daerah tersebut.
Uji keasaman tanah digunakan 2 chemikalia yaitu H2O untuk mengukur pH aktual/kemasaman aktif (jumlah ion H+ dalam larutan tanah) dan KCl untuk mengukur pH potensial/pH cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan berada di komplek pertukaran), dengan perbandingan tanah dan chemikalia 1 : 2,5. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah sehingga pHnya makin menurun. Dalam hal ini digunakan pH stick yang di celupkan pada larutan tanah. Terlebih dahulu contoh tanah dicampurkan dengan larutan H2O, kemudian digojog hingga homogen dan didiamkan beberapa saat (sekitar 5 menit). pH stick dimasukkan ke dalam larutan tetapi jangan sampai terkena endapan dari tanah (hanya dibasahi dengan airnya). Hal yang sama juga dilakukan pada larutan KCl 1 N. Dari hasil pengamatan pH  H2O pada horizon A1, A2, A3 pH antara 5, horizon B dan B2 dengan pH 5 – 6. Pada horizon A1, A2, A3, B pH KCl 5 dan pH KCL pada horizon B2 dengan pH 5 - 6.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah karena bahan organik merupakan sumber sekaligus sebagai peyangga dari kesuburan tanah. Penentuan jumlah bahan organik secara kualitatif yaitu dengan mengamati banyaknya buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi H2O2 10 %, Bahan organik yang terdapat pada horizon A1 sangat banyak, pada horizon A2, A3, dan B2 banyak, pada horizon B sedikit. Pada keempat horizon tidak terdapat kapur karena tidak berbuih saat dilakukan percobaan. Aerasi dan drainase yang terdapat pada keempat horizon baik.
e.     Analisis Lengas Tanah
Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam, Mempunyai sifat kimia dan fisika relatif baik. Alfisol cukup tahan dengan erosi. Alfisol adalah tanah relatif muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya akan unsur hara. Namun demikian, bahaya erosi dapat terjadi mengingat angka kadar lengas tanah ini kecil dan tanah ini banyak didaerah yang berlereng. Bahaya erosi juga dapat menyebabkan horizon argilik muncul di permukaan dan tanah menjadi kurang baik. Air perlokasi juga tidak begitu banyak akibat pengendapan argillan. Hal ini menghambat air meresap lebih jauh ke dalam tanah.
Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas rata-rata sebesar 8,8% pada sampel tanah ukuran 0,5mm, pada sampel tanah ukuran 2mm didapat rata-rata lengas tanah kering angin sebesar 10,4% dan pada sampel bongkah sebesar 11,4%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung pada tanah alfisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas yang terkandung 39,02% dan 39,32% pada sampel tanah ukuran 2mm, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung banyak, sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar 79,8% dan pada batas berubah  warna kurang lebih 14,2% dan 25%.
f.     Analisis pH Tanah
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O/KCL dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya. Hasil pengamatan diperoleh pH H2O sebesar 6,65 dan pH KCl 4,77.


B. Lokasi Kampus Fakultas Pertanian UNS
a.         Bentang Lahan
Cuaca pada saat praktikum berawan sebagian. Vegetasi yang menutupi lahan meliputi rumput (30%) dan tanaman tahunan (70%). Profil yang di amati dengan posisi 7o 33′ 6,46″ LS dan 110o 51′ 50,2″ BT, serta ketinggian tempat 108 m dpl dengan menghadap ke arah utara. Tanah di Fakultas Pertanian UNS merupakan jenis tanah Entisol yang memiliki kemiringan 9 % sehingga termasuk kategori sangat miring. Dengan tingkat kemiringan 9 % maka daerah ini memiliki resiko erosi yang cukup tinggi,
b.         Deskripsi Porfil
Tanah entisol merupakan tanah yang belum berkembang dan banyak bahan induk yang sangat beragam, baik dari jenis, sifat maupun asalnya. Dalam pengamatan, di dapat jeluk sedalam 45 cm, yang di ukur menggunakan meteran dari kertas. Dari profil yang dibuat pada tanah didapatkan 4 horizon. Horizon 1 dengan kedalaman 0 - 11 cm, horizon 2 dengan kedalaman 11 -26 cm, horizon 3 dengan kedalaman 26 - 38 cm, dan horizon ke 4 dengan kedalaman 38 - 45. Karena merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produktivitasnya dengan jalan pemupukan.
Dapat diketahui juga perakaran yang memiliki jumlah dan ukuran. Pada horizon 1 jumlah akarnya sedikit dengan ukuran sangat halus, pada horizon 2 jumlah akarnya sedikit dengan ukuran halus, pada horizon 3 jumlah akarnya sedikit dengan ukuran kasar, dan horizon ke 4 jumlah akarnya sedikit dengan ukuran sangat kasar.
c.         Sifat Fisika Tanah
Dari pengamatan didapatkan pada horizon 1 bertekstur geluh lempungan, pada horizon 2, 3, dan 4 bertekstur geluh lempung pasiran. Tekstur tanah berhubungan langsung dengan perakaran karena jika teksturnya mengandung lempung akar sulit untuk menembus horizon tanah tersebut. Oleh karena itu, jumlah akar di FP ini berjumlah sedikit
Dari pengamatan didapatkan pada horizon 1 dan 2 dengan tipe gumpal menyudut, ukurannya sangat halus dan derajat kekerasan pada lapisan 1 sedang dan pada horizon 2 kuat. Pada horizon 3 didapatkan tipe struktur tanah gumpal membulat, dengan ukuran halus dan derajat kekerasan kuat.
Dapat diketahui juga dalam kondisi lembab dan pada horizon 1, 2, dan 4 memiliki konsistensi kering keras, pada horizon 3 memiliki konsistensi kering agak keras. Konsistensi pada keadaan lembab merupakan struktur yang baik dan pengolahannya mudah. Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil yaitu pada horizon 1 5 Y, 7/1, light gray, pada horizon 2 , 2,5 Y, 5/6, light olive brown, pada horizon 3 2,5 Y, 5/3, light olive brown, dan pada horizon ke 4 2,5 Y, 7/3, polle yellow. Warna tanah semakin ke dalam semakin terang ini di karenakan bahan organik semakin ke dalam semakin berkurang.
d.         Sifat Kimia Tanah
Dari hasil pengamatan pH H2O pada horizon 1,2,3 dan 4  adalah 5 – 6 dan pH KCl dari horizon 1,2,3, dan 4 adalah 5 - 6. Dari pengamatan diperoleh data bahwa pada horizon 1,2,3, dan 4 memiliki kandungan bahan organik sedikit.
Selain kadar bahan organik tanah yang dapat diindikasikan sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. Penentuan kadar kapur secara kualitatif yaitu dengan mengamati buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi HCl 10 %. Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi pembuihan. Dari pengamatan diperoleh data bahwa pada lapisan-lapisan tanah ini tidak terdapat kandungan kapurnya. Hal ini di karenakan tanah ini berasal dari batuan alluvium tua.
Di dalam tanah biasanya ditemukan adanya sekumpulan bahan tanah baik yang berbentuk tertentu maupun yang tidak beraturan. Biasanya bahan tanah tersebut mempunyai warna yang kontras dengan warna tanah sekitarnya. Bahan ini merupakan akumulasi bahan-bahan tertentu baik yang baru terbentuk maupun yang sudah lama terbentuk dan mengeras. Dari pengamatan, tanah di Fakultas Pertanian UNS tidak terdapat konsentrasi karena tanah tersebut merupakan tanah yang belum mengalami pelapukan batuan yang sempurna dan merupakan tanah yang baru saja terbentuk.
e.         Analisis Lengas Tanah
Tanah Entisol adalah tanah endapan sungai atau rawa-rawa pantai. Tanah Entisol yang berasal dari bahan alluvium umumnya merupakan tanah yang subur. Perbaikan deainase di daerah rawa-rawa menyebabkan munculnya cat clay yang sangat masam akibat oksidasi sulfida dan sulfat.
Dari percobaan lengas tanah kering angin tanah entisol, didapat kadar lengas rata-rata sebesar 3,426% pada sampel tanah ukuran 0,5mm, pada sampel tanah ukuran 2mm didapat rata-rata lengas tanah kering angin sebesar 5,6755% dan pada sampel bongkah sebesar 6,937%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung pada tanah entisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas yang terkandung 38,87% dan 39,1% pada sampel tanah ukuran 2mm, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung banyak, sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar 73,6% dan pada batas berubah  warna kurang lebih 32,6695%.
f.          Analisis pH Tanah
Pada tanah entisol kering angin diperoleh pH H2O sebesar yaitu 5,413 dan pH KCl 6,1025.

C. Lokasi Jatikuwung
a.     Pencandraan Bentang Lahan
Cuaca pada saat praktikum berawan sebagian. Fisiografi lahan di daerah ini adalah vulkanik. Vegetasi yang menutupi lahan meliputi Rumput ( 40 % ) dan tanaman tahunan (60%). Posisi profil 7o 31′ 5,1′ ” LS dan 110o 50′ 43,1″ BT, serta ketinggian tempat 173 m dpl dengan menghadap ke arah selatan. Tanah di Jatikuwung merupakan jenis tanah Vertisol yang memiliki kemiringan 25 %. Dengan tingkat kemiringan 25 % maka erosi mudah terjadi. Tanah jenis Vertisol ini bila pada kondisi kering akan timbul retak-retak cukup dalam.
b.     Deskripsi Profil
Dalam pengamatan, di dapat jeluk sedalam 45 cm. Dari pedon yang dibuat pada tanah didapatkan 3 Horizon.  Horizon  A dengan kedalaman 0 -14 cm, pada Horizon Bw dengan kedalaman 15 -30 cm, pada Horizon  C dengan kedalaman 30 - 45 cm. Lapisan dapat dibedakan dengan cara melihat perbedaan warna pada tiap lapisan tanah. Selain itu dapat juga dilakukan dengan menusuk-nusuk lapisan tanah menggunakan belati, jika kekerasan pada lapisan tanah sudah berbeda berarti horison tanah juga sudah berbeda. Tanah ini memiliki geologi Qvm yaitu, batuan gunung api Merapi sehingga secara potensial termasuk tanah yang subur karena berkembang dari abu vulkanis.
c.     Sifat Fisika Tanah
Sifat fisika tanah yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi, aerasi drainase, dan warna. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Penentuan kelas tekstur di lakukan secara kualitatif (di lapangan), yaitu: dengan merasakan tingkat kasar, licin dan lengket. Jika terasa kasar dan tajam tanah tersebut bertekstur pasir, jika terasa licin tanah tersebut bertekstur debu, dan jika terasa liat dan lengket tanah tersebur bertekstur lempung. Dari pengamatan didapatkan pada Horizon A, Bw, dan C bertekstur geluh pasiran. Tekstur tanah menentukan tata air tanah berupa kecepatan ifiltrasi, penetrasi, dan kemampuan mengikat air. Tanah terbaik untuk pertanian adalah tekstur sedang ( tekstur geluh ).
Sturktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Pengamatan struktur tanah di lapang meliputi : tipe struktur, kelas struktur, dan derajat struktur. Dari pengamatan didapatkan pada Horison A, Bw, C dengan tipe kersai, ukurannya sangat kasar, dan derajat kekerasannya kuat. Struktur tanah yang dikehendaki tanaman adalah struktur remah karena perbandingan bahan padat dan ruang pori kurang lebih seimbang.
Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau perpecahan. Penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan dengan cara meremas atau memijit tanah dalam berbagai keadaan kandungan air. Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan atau memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya di lapangan. Dari pengamatan dapat diketahui lahan dalam kondisi lembab dan pada keempat horison memiliki konsistensi kering, sangat keras. Konsistensi Pada keadaan kering merupakan struktur yang kurang baik dan pengolahannya sukar.
Tanah vertisol di Jatikuwung ini cenderung berwarna merah, penetapan warna tanah dengan Munsell Soil Color Charts (MSCC). Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil yaitu pada horison A 3/2 dusky red 10 R, pada horison Bw dan lapisan C 2,5/1 reddish block 10 R. Warna tanah semakin ke dalam semakin terang ini di karenakan bahan organik semakin ke dalam semakin berkurang.
d.         Sifat Kimia Tanah
pH tanah merupakan indikator reaksi yang terjadi di dalam tanah. Nilai pH merupakan pembacaan lagaritma ion H+ atau OH- yang ditangkap oleh alat pengukur dari hasil pelepasan fraksi-fraksi tanah ketika diberikan larutan tertentu. Dalam pengamatan ini menggunakan dua larutan yaitu larutan air bebas ino atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hai ini digunakan metode kaorimerti yaitu menggunakan kertas pH atau pH stick yang di celupkan pada larutan tanah. Terlebih dahulu contoh tanah dicampurkan dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. Kemudian digojog hingga homogen dan didiamkan beberapa saat (sekitar 5 menit). pH stick dimasukkan ke dalam larutan tetapi jangan sampai terkena endapan dari tanah (hanya dibasahi dengan airnya). Hal yang sama juga dilakukan pada larutan KCl 1 N. Dari hasil pengamatan pH H2O pada horisonA, Bw mengandung 5 - 6 , pada horizon C mengandung 5, dan pH KCl dari horisonA adalah 6 - 7, sedangkan pada horizon Bw dan C adalah 5 - 6.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah karena bahan organic merupakan sumber sekaligus sebagai peyangga dari kesuburan tanah. Penentuan jumlah bahan organik secara kualitatif yaitu dengan mengamati banyaknya buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi H2O2 10 %. Dari pengamatan diperoleh data bahwa pada hr 0 memiliki kandungan bahan organic yang banyak, horizon A, Bw, dan C memiliki kandungan bahan organik sangat banyak.
Selain kadar bahan organik tanah yang dapat diindikasikan sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. Penentuan kadar kapur secara kualitatif yaitu dengan mengamati buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi HCl 10 %. Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi pembuihan. Dari pengamatan diperoleh data bahwa pada horizon-horizon tanah ini tidak terdapat kandungan kapurnya. Hal ini di karenakan tanah ini berasal dari batuan alluvium tua.


e.     Analisis Lengas Tanah
Tanah Vertisol memiliki sifat khusus yakni mempunyai sifat vertik, hal ini disebabkan terdapat mineral liat tipe 2:1 yang relatif. Karena itu dapat mengkerut (Shrinking) jika kering dan mengembang (Swelling) jika jenuh air. Vertisol memiliki potensi cukup baik, akan tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengolahan tanahnya yang relatif cukup sulit, bersifat sangat lekat bila basah dan sangat keras bila dalam keadaan kering.
Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas rata-rata sebesar 4,4245% pada sampel tanah ukuran 0,5mm, pada sampel tanah ukuran 2mm didapat rata-rata lengas tanah kering angin sebesar 5,086% dan pada sampel bongkah sebesar 8,6525%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung pada tanah vertisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas yang terkandung 26,8% dan 28,5% pada sampel tanah ukuran 2mm, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung banyak, sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar 2,556% dan pada batas berubah  warna kurang lebih 13,36% dan 12,393%.
f.     Analisis pH Tanah
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah vertisol kering angin diperoleh pH H2O sebesar 6,809 dan pH KCl 6,1485.










BAB VI
KOMPHERENSIF
Tanah di Jatikuwung termasuk dalam kategori tanah vertisol yang umumnya mempunyai tekstur lempung. Pada vertisol variasi kandungan lempung dengan kedalaman tanah berasal dari bahan induk. Tanah di wilayah kampus fakultas pertanian UNS termasuk dalam kategori tanah entisol yang proses pembentukan tanahnya berupa proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral di permukaan tanah, dan pembentukan struktur tanahnya karena pengaruh bahan organik tersebut (sebagai perekat).
Dari perbedaan jenis tanah tersebut dapat diketahui bahwa sifat-sifat fisika dan kimiannya pun berbeda-beda. Dari ketiga lokasi itu, Jatikuwung adalah lokasi yang memiliki kemiringan lereng tertinggi. Sedangkan untuk lokasi tersubur adalah tanah di wilayah Jumantono, karena merupakan tanah alfisols yang berbahan induk dari batuan gunung api Lawu. Selain itu tanah di wilayah tersebut telah mengalami campur tangan pengolahan manusia karena digunakan untuk lahan percobaan sehingga berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisikanya. Seperti teksturnya yang geluh (remah) pada semua horison, sangat subur untuk pertumbauhan tanaman. Berbeda halnya dengan tanah kampus dan Jatikuwung yang rata-rata bertektur lempung.
Tingkat kesuburan kimia pada tanah ini juga baik, yang ditandai dengan pH yang cukup asam sehingga memungkinkan adanya mikrobia yang dapat bertahan hidup untuk melakukan proses kimia yang akan menghasilkan senyawa – senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Hasil pengamatan menunjukkan pH tanah yang diperoleh baik menggunakan indikator H2O maupun KCl di Jumantono adalah 5 dan di FP adalah antara 5 sampai 6. Ini menandakan bahwa tanah tersebut bersifat masan yang mendekati netral sehingga vegetasi dapat tumbuh dengan subur, tapi lebih subur tanah yang didaerah Jumantono.
Pada kedalaman tertentu, bercak ini merugikan tanaman, misalnya jika bercak banyak terdapat pada lapisan yang banyak mengandung BO tinggi dimana banyak perakaran pada daerah itu, maka tanaman lama kelamaan tidak daat bertahan karena kondisi basa pada bercak tersebut tidak memungkinkan adanya kegiatan mikrobia yang menghasilkan senyawa  senyawa penting bagi tanaman. Untuk tanah di wilayah Jatikuwung dapat mengalami pecah-pecah pada saat kering dan mengembang di saat basah, sifat ini tidak terlihat pada tanah di lokasi yang lain, baik kampus maupun Jumantono. Hal itu tidak lepas dari pengaruh batuan pembentuk tanah tersebut.
Secara tidak langsung aerasi dan drainase tanah dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Jika tanah padat maka aerasi dan drainasenya juga buruk. Begitu pula sebaliknya. aerasi dan drainase menentukan kadar pH dalam tanah. Jika aerasi dan drainse baik, tanah cenderung asam. Pada ketiga tanah tersebut relatif  ber-Ph asam sehingga aerasi dan drainase nya baik.

BAB VII
 KESIMPULAN
1. Lokasi I : Jumantono
a. Tanah di tempat praktikum Jumantono mempunyai jenis tanah alfisol yang memiliki kemiringan 4% dan fisiografinya berupa vulkanik serta geologinya Qvl (batuan gunung Lawu)
b. Tutupan lahanya tandus dengan tanaman dominan berupa rumput (mencapai 60%)
c. Tekstur tanah pada horizon A1 geluh lempung pasiran , horizon A2 lempungan pasiran, horiszon A3 geluh lempungan, horizon B lempung debuan, dan horizon B2 lempung.
d. Konsistensi tanah pada horizon A1, A2, dan A3 lunak, horiszon A2 agak keras, horison A3 agak keras, horizon B sangat keras dan horiszon B2 sangat keras sekali
e. pH H2O, Pada horiszon A1, A2, dan A3 pH tanah 5, pada  horizon B dan B2 mempunyai pH yang sama yaitu 5
f. pH KCl, Pada semua horizon memiliki pH KCl yang sama yaitu 6.
2. Lokasi II : Kampus FP
a. Tanah di tempat praktikum Kampus FP mempunyai jenis tanah entisol dengan relief hampir datar.
b. Vegetasi yang mendominan adalah rumput (60%)
c. pH H2O dan pH KCL dalam tiap horizon adalah sama yaitu kisaran antara 5-6
d. pH KCl, Pada horizon 1 pH tanah 6, pada horizon 2 pH tanah 5, pada horizon 3 pH tanah 5.

3. Lokasi III : Jatikuwung
 a. Tanah di tempat praktikum Jatikuwung mempunyai jenis tanah vertisol dengan relief sangat curam (25%).
b. Kandungan bahan organik dalam profil tanah di Jatikuwung jumlahnya sangat banyak. Dan pH rata-rata yang dimiliki adalah 5-6, sedang kandungan kapur tidak ada.
c. Bentuk batas horizon berjumlah smooth (rata) dan ukuran perakaran medium








BAB VIII
 Daftar pustaka

Agustinus. 2007. Pengertian tanah. Jurnal Ilmu Kesubura Tanah. (Online),2010. (http://www.wikipedia.org, diakses pada hari Minggu, tanggal 28 Oktober 2012).
Anonim. 2010. Profil Tanah , (Online), (http://wahyuaskari.wordpress.com, diakses pada hari Senin, tanggal 30 Oktober 2012).
Anonim, 2010. Sifat-sifat Fisika Tanah, (Online),  (http://abuumarfauzy.wordpress.com, diakses pada hari Senin, tanggal 30 Oktober 2012).
Anonim. 2010. Struktur Kimia Tanah, (Online), (http://www.wikipedia.org, diakses pada hari Minggu, tanggal 28 Oktober 2012 pukul 15.00 WIB).
Askari, W, 2010. (Online) (http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tanah-alfisol-2/, diakses pada tanggal 30 Oktober  2012).
Hanafiah, Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pt. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Hardjowigeno, S, 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis, CV. Akademika Pressindo, Jakarta.
Lopulisa, C. 2004., Tanah-Tanah Utama Dunia. Lephas. Makassar
Nuryani dkk. 2003, Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 63-69.
Wahyu Nugroho, B. 2008. Struktur Tanah, (Online), (www.google.com, diakses tanggal 30 Oktober  2012).
_______. 2005. Kimia Tanah. (Online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_tanah, diakses tanggal 29 November 2012).
_______. 2006. Fisika Tanah. (Online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika_tanah,diakses tanggal 29 November 2012).
_______. 2007. Tentang pH Tanah. (Online)
(http://nglithis.wordpress.com/2007/04/24/7/, diakses tanggal 15 November 2012).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Perhitungan Nilai Erosi

Contoh soal: Dari hasil penelitian di suatu daerah penelitian, diketahui bahwa daerah penelitian tersebut terbagi menjadi 3 satuan peta lahan (SPL) dengan sifat-sifat   sbb: Sifat tanah SPL 1 SPL 2 SPL 3 Pasir (%) 35 40 45 Pasir sgt halus(%) 15 20 20 Debu (%) 40 30 25 Lempung (%) 10 10 10 BO (%) 5 (rendah) 6 (rendah) 4 (rendah) Permeabilitas (cm/jam) 35 (kode 1) 10 (kode 3) 20 (kode 2) Struktur Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Panjang Lereng rata-rata (m) 20 18 17 Kemiringan Lereng rata-rata(%) 24 13 15 Penggunaan lahan Pinus Kentang

Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air

HALAMAN PENGESAHAN             Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini telah diselesaikan dan disahkan Disusun Oleh: NINING RAHAYU    H0 7121 38 KELOMPOK 10 Konservasi Tanah dan Air AT-5B Telah dinyatakan memenuhi syarat dan disahkan Pada tangga l : ___________________ Menyetujui,      Dosen Pembimbing           Dr. Ir. Jaka Suyana, M.Si.          NIP. 196408121988031002 Co -Assisten Arwa Farida L NIM H 0711018 KATA PENGANTAR Puji syukur pen yusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun. Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini dibuat bertujuan untuk melengkapi nilai mata kuliah Konservasi Tanah dan Air, serta untuk menambah pengetahuan tentang Konservasi Tanah dan Air. Dalam penyusunan laporan

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

                                                                            ACARA I STERILISASI ALAT, PEMBUATAN LARUTAN STOK DAN PEMBUATAN MEDIA A.     Pendahuluan 1.       Latar Belakang             Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode atau teknik mengisolasi bagian tanaman (protplasma, sel, jaringan, dan organ) dan menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam ruang yang terkontrol sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan mengandung dua prinsip yaitu bahan tanam yang bersifat totipotensi dan budidaya yang terkendali. Penggunaan bahan totipotensi saja tidak cukup mendukung keberhasilan kegiatan dalam kultur jaringan, keadaan media tanam, lingkungan tumbuh (kelembaban, temperatur dan cahaya) serta sterilitas mutlak harus terjamin.              Salah satu pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adal