BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tanah
dalam pertanian merupakan media tempat tumbuhnya tumbuhan yang dapat memenuhi
kebutuhan makhluk hidup lainnya, seperti manusia dan hewan. Tanah juga sebagai
media tempat tinggal makhluk hidup hewan dan manusia. Dahulu dalam
melaksanakan pertanian, manusia dapat memilih tanah yang baik dan subur tanpa
mengalami kesulitan dengan jalan berpindah-pindah tempat tinggal atau yang
biasa disebut dengan nomaden.
Akan
tetapi, seiring dengan berkembangnya zaman maka permasalahan mengenai tanah
semakin kompleks dimana manusia kekurangan lahan tanah yang subur untuk
bercocok tanam karena sebagian besar lahan tanah dialihfungsikan menjadi
pemukiman, perkantoran, atau pabrik industrI. Tanah juga bersifat dinamis, selalu
mengalami perkembangan setiap waktunya. Banyak kita jumpai
di sekitar kita adanya tanah-tanah yang sudah tidak produktif lagi akibat ulah
manusia sendiri. Sebagai contoh, yaitu adanya lahan kritis.
Tanah
dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Apabila terdapat
kesalahan dalam pengolahan tanah maka tanaman jadi kurang produktif. Kerugian
tersebut tentu saja akan berdampak besar terhadap kehidupan manusia, juga
secara tak langsung berdampak kepada makhluk hidup lainnya, mengingat tanah menyangkut
hajat hidup makhluk banyak . Maka diperlukannya pemahaman mengenai
karakteristik tanah. Dengan pengolahan tanah yang baik dan benar, dimana
manusia juga memperhatikan sifat fisik, kimia, dan biologinya maka tanaman yang
dihasilkan akan terus berlanjut subur sehingga sesuai dengan prinsip pertanian
berkelanjutan.
Karena
besarnya pengaruh tanah bagi kelangsungan hidup banyak makhluk dan
karakteristik tanah di tiap daerah berbeda-beda, diharapkan dengan mengetahui
karakteristik tanah, penggunaan tanah dapat dilakukan secara seefisien dan
semaksimal mungkin untuk kehidupan yang lebih sejahtera dan makmur.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan
pelaksanaan praktikum ini antara lain :
a.
sarana dalam mengaplikasikan ilmu tanah pada kehidupan nyata.
b.
media bagi mahasiswa agar lebih memahami mengenai tanah.
c.
untuk mengetahui bagaimana pencandraan lahan, hubungan antara lokasi dengan
jenis tanah yang ada.
d.
sebagai sarana untuk mengetahui sifat fisika dan sifat kimia tanah.
C. Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
dilaksanakan pada 4 lokasi, dengan rincian sebagai berikut :
Lokasi 1 : Jumantono
a. Hari/Tanggal : Sabtu, 06 Oktober 2012
b. Waktu : 07.00 - 09.00 WIB
c. Profil/Pedon : Profil A
Lokasi 1 : Jumantono
a. Hari/Tanggal : Sabtu, 06 Oktober 2012
b. Waktu : 07.00 - 09.00 WIB
c. Profil/Pedon : Profil A
Lokasi 2 :
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
a. Hari/Tanggal : Minggu, 07 Oktober 2012
b. Waktu : 07.00 - 09.00 WIB
c. Profil/Pedon : Profil 5
a. Hari/Tanggal : Minggu, 07 Oktober 2012
b. Waktu : 07.00 - 09.00 WIB
c. Profil/Pedon : Profil 5
Lokasi 3 :
Jatikuwung
a. Hari/Tanggal : Minggu, 07 Oktober 2012
b. Waktu : 15.00 - 17.00 WIB
c. Profil/Pedon : Profil 3
a. Hari/Tanggal : Minggu, 07 Oktober 2012
b. Waktu : 15.00 - 17.00 WIB
c. Profil/Pedon : Profil 3
Lokasi 4 :
Laboratorium Ilmu Tanah
a. Hari/Tanggal : 24 - 25 September 2012
b. Waktu : 08.00 - 21.30 dan 06.00
- 15.00
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pencanderaan Bentang Lahan
Istilah bentang lahan berasal dari kata landscape (Inggris), yang secara umum
berarti pemandangan. Arti pemandangan mengandung dua aspek, yaitu: aspek visual
dan aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu (Widiyanto dkk, 2006).
Tanah (dalam arti pertanian) dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman (Agustinus, 2007).
Tanah (dalam arti pertanian) dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman (Agustinus, 2007).
Tugas survai tanah adalah menginterpretasi kemampuan atau
kesesuaian masing-masing satuan peta tanah tersebut untuk berbagai jenis
penggunaan lahan. Dalam hal ini interpretasi tidak hanya didasarkan pada
sifat-sifat tanah saja, tetapi juga faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
kemampuan lahan tersebut seperti lereng, iklim, bahaya banjir dan erosi serta
faktor-faktor ekonomi bila diperlukan (Hardjowigeno, 2007).
Pengamatan
kondisi lingkungan merupakan bagian dari pengamatan identifikasi tanah karena
kondisi lingkungan sekitar berpengaruh terhadap perkembangan jenis tanah di
lokasi pengamatan. Kondisi lingkungan juga atau lahan sekitar juga dapat
menggambarkan beberapa sifat dan karakteristik dari tanah. Yang termasuk dalam
kondisi lingkungan antara lain cuaca, posisi tempat, ketinggian tempat, lereng
(slope), fisiografi lahan atau bentuk
permukaan, banjir atau genangan, tutupan lahan, vegetasi, geologi, erosi, dan
batuan permukaan.
Cuaca merupakan salah satu faktor iklim
yang mempengaruhi keadaan tanah. Kondisi cuaca mempengaruhi beberapa parameter
lain dalam tanah. Pengamatan cuaca dapat dilakukan dengan pengamatan secara
langsung mengunakan mata sebagai panca indera. Posisi tempat yang dimaksud
adalah posisi garis lintang (Latitude)
dan garis bujur (Longitude). Data
dapat diperoleh dengan menggunakan GPS atau penentuan dari peta. Datum yang
diikuti untuk wilayah Indonesia ialah WGS 1984 dan posisi menggunakan satuan
UTM (Universal Transverse Mercator). Lereng
(slope) merupakan perbandingan antara
ketinggian tempat dengan jarak horizontal dan dinyatakan dengan persentase atau
derajad. Pengukuran lereng menggunakan klinometer dengan cara mengukur searah
kemiringan lereng.
Geologi
merupakan bahan dasar penyusun bahan induk tanah. Erosi merupakan proses
pemecahan dan pengikisan lapisan tanah oleh media (air, es, dan angin) yang diangkut
dan diendapkan pada suatu tempat. Batuan permukaan akan mempengaruhi penggunaan
dan pengelolaan lahan. Dua macam erosi yang terjadi pada tanah, yaitu erosi
geologi yang tidak merugikan karena pengikisan tanah lebih lambat daripada
pembentukan tanahnya dan erosi dipercepat yang merusak karena pengikisan tanah
jauh lebih cepat dari pembentukan tanahnya. Erosi yang disebabkan air membekaskan
3 macam bentuk, yaitu: erosi permukaan, erosi alur dan erosi parit.
B. Ordo Tanah
1. Entisol
Entisol adalah tanah yang muda (belum
berkembang) dan dangkal, dicirikan oleh profil A/C atau A/R. Tanah ini masih
belum sempurna dan memiliki profil yang horizon B-nya belum berkembang. Tanah
tidak memiliki banyak horizon yang hanya berupa lapisan-lapisan tanah, karena
beberapa alasan seperti waktu, pembentukannya masih baru, berada pada lereng
atau pada slope yang tererosi, menerima deposit (endapan) banjir, dan
sebagainya. Sebagai contoh tanah-tanah endapan sepanjang sungai, tanah berpasir
lepas di lereng atas dan bawah, daerah vulkan atau tanah pasir pantai laut yang
lepas dan belum membentuk struktur tanah (Musa, dkk, 2006).
Tanah Entisol merupakan tanah yang
relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya
untuk meningkatkan produktivitasnya dengan jalan pemupukan. Sistem pertanian
konvensional selama ini menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang makin tinggi
takarannya. Peningkatan takaran ini menyebabkan terakumulasinya hara yang
berasal dari pupuk/pestisida di perairan maupun air tanah, sehingga
mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Tanah sendiri juga akan
mengalami kejenuhan dan kerusakan akibat masukan teknologi tinggi tersebut.
Atas latar belakang tersebut mulai dikembangkan sistem pertanian organik yang
dahulu telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita. Beberapa petani di Sleman
dan Magelang telah melakukannya, sementara yang lain belum tertarik karena
belum mengetahui manfaatnya terutama terhadap perbaikan sifat tanah (Anonym,
2010).
Banyak tanah entisol yang digunakan
untuk usaha pertanian, misalkan didasrah endapan sungai atau daerah rawa-rawa
pantai. Tanah entisol berasal dari bahan alluvium umumnya merupakan tanah
subur. Digunakan pula sebagai areal persawahan. Memelihara tambak perikanan,
bandeng, gurame cukup memberikan produksi (Anonym, 2010).
2. Tanah Vertisol
Dalam perkembangan klasifikasi ordo
Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun
hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis
dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai
potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH dengan
Al terakstraksi berbeda dibanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya
lebih tepat digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan
kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai
implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas
antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar 5
dalam air (Lopulisa, 2004).
Vertisol adalah tanah yang memiliki
KTK dan kejenuhan hara yang tinggi. Rekasi tanah bervariasi dengan asam lemah
hingga alkalin lemah, nilai pH antara 6,0 sampai 8,0, pH tinggi (8,0 – 9,0)
terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi dan Vertisol masam (pH 5,0 – 6,2).
KTK tanah-tanah Vertisol umumnya sangat tinggi dibanding dengan tanah-tanah
mineral lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan liat yang
terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi. Kandungan
bahan organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi mempunyai KTK yang sangat
tinggi (Lopulisa, 2004).
3. Tanah Alfisol
Pada tanah Alfisol
memilki kandungan P dan K yang sangat tergantung dengan umur dan macam tuff.
Tanah-tanah yang berkembang dari batuan kapur tidak memperlihatkan
bercak-bercak besi dan mangan, tekstur dengan bercak-bercak gloy, pH dan
kejenuhan basa yang tingi serta kandungan P dan K yang rendah. Biasanya pada
tanah Alfisol terdapat konkresi di bawah pada bajak dan mempunyai liat pada pod surfaces. Bentuk dan sifat
pergerakan serta redistribusi fosfor telah menjadi bahan pada banyak penelitian
dalam Alfisol dan tanah-tanah lainnya. Hal ini utamanya diakibatkan oleh
peranan fosfor dalam hara tanaman. Translokasi fosfor dalam Albaqualfs dan
menemukan adanya penimbunan P dari tanah-tanah sekitarnya yang tergolong
Aquoll. Dengan meningkatnya perkembangan profil kalsium-P berkurang dalam
profil yang terlapuk sementara Fe-P meningkat. Horison-horison dengan liat
maksimum umumnya mengandung total P yang minimal yang menunjukkan bahwa liat
tidak efektif dalam mengikat P (Askari, 2010).
Stabilitas agregat
tanah (SA03B) untuk Alfisol tergolong mantap, Vertisol tergolong sangat mantap.
Menurut Sri Hastuti, metode De Boodt ISA hanya cocok untuk penilaian erosi
tanah. Amezketa et al. (1996) juga menemukan hal yang sama bahwa stabilitas
agregat mantap air (SA03B) tidak menunjukkan adanya korelasi yang nyata
terhadap komponen erosi tanah (seperti erosi percik, laju aliran permukaan,
laju infiltrasi, dan erosi total). Kondisi ini dapat dipahami bahwa dilihat
dari selisih nilai yang begitu besar antara stabilitas agregat di atas 2 mm
(SA20B) dengan stabilitas agregat di atas 0,3 mm (SA03B) yang mendekati 50%,
menunjukkan bahwa agregat yang terbentuk didominasi oleh agregat-agregat yang
berukuran kurang dari 2 mm, dan agregat ini bila terlepas mudah terangkut oleh
aliran air permukaan (Handayani, 2002).
Alfisol merupakan tanah yang telah
berkembang dengan karakteristik profil tanah membentuk sekuen horison A1/
A2/A3/ A1// B1/C, yang terbentuk
melalui proses kombinasi antara podsolisasi dan laterisasi pada daerah iklim
basah dan biasanya terbentuk dibawah tegakan hutan berkayu keras (Tan, 2000).
C. Sifat -Sifat Fisika Tanah
Sifat fisik tanah lain yang cukup penting untuk memahami
ciri dan perilaku tanah adalah kerapatan partikel, keapatan lindak,
konsistensi, temperatur, dan warna tanah. Kerapatan partikel tanah bervariasi
tergantung pada kandungan bahan organik. Kerapatan lindak tanah bervariasi
tergantung pada kandungan lengas tanah. Kerapatan lindak tanah tergantung pada
kerapatan partikel dan ruang pori tanah. Tanah lapisan permukaan yang kaya
bahan organik dan gembur mempunyai kerapatan lindak yang lebih rendah daripada
lapisan bawah yang lebih pejal dan kandungan humus rendah (Sutanto, 2009).
Struktur tanah
sangat berpengaruh dalam bidang pertanian. Tanah sebagai media tumbuh bagi
tanaman menjadi penentu seberapa besar hasil panen yang akan didapat. Tanaman membutuhkan
suplay air dan unsur hara yang optimal untuk proses fotosintesis, sedangkan
supla air dan unsur hara yang dibutuhkan itu diambil dari dalam tanah melalui akar.
Pengambilan air dan unsur hara ini sangat tergantung oleh tipe struktur tanah
yang menjadi tempat tumbuh tanaman tersebut. Jika strukturnya semakin mantap
maka partikel penyusunnya juga akan semakin rapat sehingga akar akan sulit
menembusnya, sebaliknya jika kemantapan strukturnya terlalu lemah maka
ketersediaan unsur hara dan air akan sedikit karena tanah tidak dapar mengikat
unsur hara dan air dengan kuat, oleh karena itu dibutuhkan struktur tanah yang
seimbang untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman sehingga hasil panen yang
didapat akan melimpah (Kurnia dkk, 2006).
Struktur tanah dapat
mempengaruhi sifat fisik tanah yaitu pada kerapatan partikel, semakin mantap
struktur tanah maka partikel penyusunnya juga akan semakin rapat. Konsistensi
tanah juga ditentukan oleh seberapa mantap struktur tanah yang ada, misalnya
pada jenis struktur remah maka akan sulit mempertahankan bentuknya karena
sangat halus, sebaliknya pada struktur lempeng akan sangat kuat mempertahankan
bentuknya karena sangat padat. Selain itu warna tanah juga berhubungan dengan
struktur pembentuk tanahnya, misalnya pada tipe struktur tanah granuler dan
remah, warnanya lebih gelap karena mengandung banyak bahan organik (Handayanto,
2009).
Konsistensi
tanah adalah derajat kekuatan tanah dari perubahan bentuk. Biasanya di lapangan
dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan memirit. Kondisi tanah terdiri dari
kering, lembab, dan basah. Konsistensi tanah menunjukkan
kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah
dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang
akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan
sebagainya. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah
dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan
dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus
disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut (Hardjowigeno, 2007).
Warna tanah
adalah salah satu sifat tanah yang dengna mudah dapat dilihat dan dapat
menunjukkan sifat-sifat tanah. Warna tanah merupakan campuran dari
komponen-komponen warna lain yang terjadi oleh pengaruh berbagai faktor. Urutan
tanah yang menunjukkan penurunan produktivitas tanah ialah hitam, coklat,
abu-abu coklat, merah, abu-abu, kuning, dan putih. Dalam survei atau penelitian
tanah di lapang selalu menggunakan daftar warna dalam Munsell Soil Color Charts yang terdiri dari hue, value, dan chroma.
Warna tanah
merupakan karakteristik tanah di lapang yang mudah diidentifikasi dan merupakan
petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Warna hitam biasanya menunjukkan kandungan
bahan organik, warna merah menunjukkan adanya oksida besi bebas (tanah-tanah
yang teroksidasi), sedangkan warna abu-abu menunjukkan adanya reduksi. Warna
tanah berhubungan dengan sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Priyanto,2009).
Degradasi sifat fisik tanah pada
umumnya disebabkan karena memburuknya struktur tanah. Kerusakan struktur tanah
diawali dengan penurunan kestabilan agregat tanah sebagai akibat akibat dari
pukulan air hujan dan kekuatan limpasan permukaan. Penurunan kestabilan agregat
tanah berkaintan dengan penurunan kandungan bahan organik tanah, aktivitas
perakaran dan mikroorganisme tanah. Penurunan ketiga agen pengikat tanah
tersebut, selain menyebabkan agregat tanah relatif mudah pecah juga menyebabkan
terbentuknya kerak di permukaan tanah (soil crusting) yang mempunyai
sifat padat dan keras bila kering. Pada saat hujan turun, kerak yang terbentuk
di permukaan tanah juga menyebabkan penyumbatan pori tanah. Akibat proses
penyumbatan pori tanah ini, porositas tanah, disribusi pori tanah, dan
kemampuan tanah untuk mengalirkan air mengalami penurunan dan limpasan
permukaan akan meningkat. Sehingga upaya perbaikan degradasi sifat fisik tanah
mengarah terhadap perbaikan struktur tersebut (Suprayogo et al., 2001).
Sifat
fisik menunjukkan, tanah rentan terhadap erosi dan pemadatan. Oleh karena itu
pemanfaatan lahan hutan untuk pertanian atau tanaman hutan, mensyaratkan
perlunya tindakan konservasi tanah dan menghindari daerah berlereng khususnya
untuk tanaman pangan, selain perlunya meningkatkan kesuburan tanah melalui
pemupukan.
D. Sifat-Sifat Kimia Tanah
Perilaku kimia tanah didefinisikan sebagai keseluruhan
reaksi fisika-kimia yang berlangsung antar-penyusun tanah serta antara penyusun
tanah dan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk ataupun
pembentuk tanah lainnya . Faktor kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang
berlangsung dalam tanah yang diperhitungkan dengan menit sampai luar biasa lama
yang diperhitungkan dengan abad . Pada umumnya reaksi-reaksi yang terjadi di
dalam tanah oleh tindakan faktor lingkungan tertentu (Sutanto, 2009).
Bahan
organik dalam tanah dapat didefinisikan sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan di
dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari organisme yang masih hidup
ataupun yang sudah mati. Didalam tanah, bahan organik bisa berfungsi dan
memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah sehingga ada sebagian ahli
menyatakan bahwa bahan organik di dalam tanah memiliki fungsi yang tak tergantikan
(Sutanto, 2005).
Selain kadar bahan organik yang dapat diindikasikan sebagai
tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis sebagai
indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam
tanah. Pengaruh kapur dalam tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat
tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan
dengan kegiatan biologi dalam tanah (Sutopo, 2008). Kapur (CaCO3)
mampu meningkatkan pH tanah dengan menetralisir ion H+ di dalam
larutan tanah. Ion OH- yang berasal dari reaksi CaCO3
dengan muatan positif pada permukaan koloid tanah mampu menetralisasi, akhirnya
akan meningkatkan pH tanah. Kapur selain berpengaruh meningkatkan pH tanah juga
mempercepat perombakan bahan organik (Hartati, 2002).
Bahan
organik di lapisan atas melalui proses mineralisasi maupun erosi merupakan
penyebab utama menurunnya kesuburan tanah. Sifat kimia tanah berbahan induk
batu liat lebih baik dibandingkan tanah berbahan induk batu pasir seperti
diperlihatkan oleh kandungan basa-basa dapat tukar, kapasitas tukar kation, dan
K potensial yang lebih tinggi, akan tetapi dibatasi oleh kandungan Al yang
tinggi. Perubahan penggunaan lahan hutan menjadi lahan pertanian, selain
meningkatkan proses mineralisasi bahan organik, juga memutus siklus biologi
yang berpengaruh terhadap menurunnya kesuburan tanah (Suharta dan
Prasetyo, 2008).
E. Kadar lengas tanah
Di dalam tanah terkandung mineral, bahan organik dan
pori-pori yang berisi udara dan air (Sutopo, 2008). Beberapa faktor
yang memepengaruhi kandungan lengas dalam tanah antara lain iklim, kandungan
bahan organik, fraksi lempung tanah, topografi, dan adanya bahan penutup tanah
baik organik maupun anorganik (Walker and Paul, 2002).
Kecukupan air bagi tanaman tergantung pada ketersediaan air
di mintakat perakaran dan permeabilitas tanah. Ketersediaan air total pada
tanah dengan pengaturan baik sama dengan kandungan lengas tanah pada kapasitas
lapangan (KL) dikurangi kandungan lengas pada titik layu (TL) dikalikan tebal
perakaran. Tanah bertekstur lempung berat mempunyai lengas kapasitas lapangan
dapat menyediakan air untuk tanaman lebih besar daripada tanah pasiran karena
mengandung air yang tidak tersedia (Sutanto, 2009).
Klasifikasi lengas tanah antara lain air penyusun dan air
antar lapis yang memiliki pF lebih dari 7,0; air penyusun higroskopis yang
mempunyai pF antara 7,0-4,5; air kapiler yang mempunyai pF antara 4,5-2,5; air
gravitasi yang mempunyai pF antara 2,5-0,0; dan yang terakhir adalah air bumi
atau ground water yang bebas tegangan
(Anonim, 2010).
Kadar
lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan
kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan
dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas
tanah (soil moisture) adalah air
dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah (soil water) yaitu air dalam bentuk cair
dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah
kontinu yang berada ditanah bagian dalam (Handayani, 2009).
F. Analisis
Ph Tanah
Reaksi
tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+
dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam
larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah
menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada
konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. Pada tanah pH lebih
rendah dari 5.6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat
rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH
lebih rendah dari 4.0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam
larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama
akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat (Anonim, 2005).
Reaksi
tanah dibedakan menjadi kemasaman (reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi
tanah aktif ialah yang diukurnya konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam
larutan tanah. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat
tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalarn
larutan. Tanah masam karena kandungan H+ yang tinggi dan banyak ion
Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat
menghasilkan H+. Di daerah rawa‑rawa atau tanah gambut, tanah masam
umumnya disebabkan oleh kandungan asam sulfat yang tinggi. Pengapuran merupakan
salah satu cara untuk memperbaiki tanah yang bereaksi asam atau basa (Yulianti,
2006).
Ada 2 metode
yang paling umum digunakan untuk pengukuran pH tanah yaitu kertas lakmus dan pH
meter. Kertas lakmus sering di gunakan di lapangan untuk mempercepat pengukuran
pH. Penggunaan metode ini di perlukan keahlian pengalaman untuk menghindari
kesalahan. Lebih akurat dan secara luas di gunakan adalah penggunaan pH meter,
yang sangat banyak di gunakan di laboratorium. Walaupun pH tanah merupakan
indikator tunggal yang sangat baik untuk kemasaman tanah, tetapi nilai pH tidak
bisa menunjukkan berapa kebutuhan kapur. Kebutuhan kapur merupakan jumlah kapur
pertanian yang dibutuhkan untuk mempertahankan variasi pH yang di inginkan
untuk sistem pertanian yang digunakan. Kebutuhan kapur tanah tidak hanya
berhubungan dengan pH tanah saja, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan
menyangga tanah atau kapasitas tukar kation (KTK) (Anonim, 2009).
ALAT , BAHAN DAN
CARA KERJA
A. Alat
1. Pencandraan
Bentang Lahan
a. Klinometer
b. Altimeter
c. GPS
d. Meteran
a. Klinometer
b. Altimeter
c. GPS
d. Meteran
2. Penyidikan Profil dan Pedon Tanah
a. Pisau belati
b. Cangkul
c. Penggaris kertas
a. Pisau belati
b. Cangkul
c. Penggaris kertas
3.Sifat-Sifat Fisika Tanah
a. Lup
b. Tissue gulung
c. MSCC
d. Pnetrometer
e. Pipet
b. Tissue gulung
c. MSCC
d. Pnetrometer
e. Pipet
4. Sifat-Sifat Kimia Tanah
a. Flakon
b. Kertas marga
c. pH stick
d. Pipet
e. Tisu gulung
f. spidol
b. Kertas marga
c. pH stick
d. Pipet
e. Tisu gulung
f. spidol
5. Lengas Tanah Kering Angin
a. Botol Penimbang
b. Oven
c. Eksikator
d. Penimbang
6. Kapasitas Lapangan
a. Botol semprong
b. Kain kassa
c. Statif
d. Gelas piala
7. Lengas Maksimum (Kapasitas Air
Maksimum)
a. Cawan tembaga yang dasarnya
berlubang
b. Mortir porselin
c. Saringan Ø 2 mm
d. Timbangan analitik
e. Spatel
f. Oven
g. Eksikator
11
|
i. Kertas saringan
j. Petridish
8. Batas Berubah Warna (BBW)
a. Botol timbang
b. Colet
c. Botol pemancar
d. Cawan penguap
e. Oven
f. Eksikator
g. Spatel
h. Lempeng kaca
i. Papan kayu
B. Bahan
1. Bahan Pencandraan Bentang Lahan Lahan
pengamatan di desa Sukasari, Jumantono, Karanganyar.
2. Bahan Penyidikan Profil dan Pedon Tanah
a. Profil tanah yang masih baru dan
terlindungi dari sinar matahari secara langsung
3. Bahan sifat-sifat fisika tanah
a. Tanah pada
profil yang diamati
b. Aquades
b. Aquades
4. Bahan sifat-sifat kimia tanah
a. Tanah
b. HCL 1,2 N
c. H2O2 10% dan 3%
d. K4FeCN6
0,5% dan KCL
5. Lengas Tanah Kering Angin
a. Bongkahan
b. Contoh
tanah kering angin (ctka) Ø 0,5 mm dan
Ø 2mm
6. Kapasitas Lapangan
a. Ctka Ø 2
mm
7. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
a. Ctka Ø 2
mm
b. Aquades
8. Batas Berubah Warna (BBW)
a. Ctka Ø 0,5 mm
b. Aquades
C. Cara Kerja
1. Cara Kerja Pencandraan Bentang
Lahan
a. Mengamati bentuk wilayah
a. Mengamati bentuk wilayah
b. Mengukur kemirigan lahan dengan klinometer
c. Mengamati
fisiografi timbulan makro, timbulan mikro, kemas muka tanah dan
hidrologi tanah
d. Mengamati ada tidaknya genangan, potensi banjir dan erosi
e. Mengamati relief dan penggunaan lahan
d. Mengamati ada tidaknya genangan, potensi banjir dan erosi
e. Mengamati relief dan penggunaan lahan
2. Cara Kerja Penyidikan Profil dan
Pedon Tanah
a. Membuat irisan tegak pada tanah
b. Mengukur jeluk atau kedalaman regolit dengan penggaris kertas
c. Menentukan ada tidaknya gleisasi.
a. Membuat irisan tegak pada tanah
b. Mengukur jeluk atau kedalaman regolit dengan penggaris kertas
c. Menentukan ada tidaknya gleisasi.
d. Menentukan batas lapisan
dengan cara menusuk-nusuk tanah dengan pisau belati atau dengan memukul-mukul
tanah dengan gagang pisau belati
e. Mengamati perbedaan warna
irisan tanah tersebut
f. Mengamati perbedaan yang ada pada tiap lapisan
3. Cara Kerja sifat-sifat fisika tanah
a. Tekstur tanah
1) Mengambil sampel tanah tiap lapisan
2) Basahi tanah dengan aquades lalu pijit-pijit dengan jari
3) Menentukan tekstur tanahnya
b. Struktur tanah
1) Mengambil sampel tanah masing-masing lapisan
2) Mengamati tanah dengan lup
3) Mengamati ukuran dan derajat struktur tanah dengan cara dipijit-pijit
4) Menentukan stuktur, ukuran dan derajat tanah
c. Konsistensi tanah
1) Mengambil sampel tanah dari masing-masing lapisan
2) Menentukan konsistensi dengan cara dipijit-pijit
d. Warna tanah
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan tanah
2) Menentukan warna tanah dengan mencocokan sampel pada MSC (Munsell Soil Color Charts)
e. Uji Pnetrometer
1) Mengamati tiap- tiap lapisan
2) Menentukan daya topang tiap-tiap lapisan dengan pnetrometer.
a. Tekstur tanah
1) Mengambil sampel tanah tiap lapisan
2) Basahi tanah dengan aquades lalu pijit-pijit dengan jari
3) Menentukan tekstur tanahnya
b. Struktur tanah
1) Mengambil sampel tanah masing-masing lapisan
2) Mengamati tanah dengan lup
3) Mengamati ukuran dan derajat struktur tanah dengan cara dipijit-pijit
4) Menentukan stuktur, ukuran dan derajat tanah
c. Konsistensi tanah
1) Mengambil sampel tanah dari masing-masing lapisan
2) Menentukan konsistensi dengan cara dipijit-pijit
d. Warna tanah
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan tanah
2) Menentukan warna tanah dengan mencocokan sampel pada MSC (Munsell Soil Color Charts)
e. Uji Pnetrometer
1) Mengamati tiap- tiap lapisan
2) Menentukan daya topang tiap-tiap lapisan dengan pnetrometer.
4. Cara
Kerja sifat-sifat kimia tanah
a. PH Tanah
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisanndan dibagi menjadi dua bagian dan dimasukkan dalam flakon
a. PH Tanah
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisanndan dibagi menjadi dua bagian dan dimasukkan dalam flakon
2) Bagian pertama
ditambah H2O dan bagian kedua ditambah KCl dan dikocok
3) Diamati pH masing-masing sampel dengan pH stick
b. Kandungan Bahan Organik
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan
2) Menambahkan beberapa tetes H2O2 10 %
3) Mengamati reaksi percik yang terjadi
3) Diamati pH masing-masing sampel dengan pH stick
b. Kandungan Bahan Organik
1) Mengambil sampel dari masing-masing lapisan
2) Menambahkan beberapa tetes H2O2 10 %
3) Mengamati reaksi percik yang terjadi
c. Aerase Dan Drainase
1) Mengambil dua bongkah tanah pada masing-masing lapisa
1) Mengambil dua bongkah tanah pada masing-masing lapisa
2) Meletakkannya dalam
tissu gulung yang berbeda
3) Menetesi
keduanya dengan HCl 1,2 N
4) Menutup tisu gulung
dan menekan sampai cairan terperas keluar
5) Menetesi sampel
tanah yang satu dengan KCNS 10 % dan sampe
tanah yang lain dengan K3Fe(CN)6 0,5%
6) Melihat
perubahan warna, jika dominan warna merah maka aerase dan drainase baik, jika berwarna
biru maka aerase dan drainase buruk, dan
jika warna merah dan biru seimbang maka drainase sedang
d. Kandungan CaCO3
( kapur )
1) Mengambil sampel dari masing-masing horizon
2) Menambahkan beberapa tetes HCl 10 %
2) Menambahkan beberapa tetes HCl 10 %
3) Mengamati reaksi percik yang terjadi
e. Konkresi Mn
1) Mengambil sampel dari masing-masing
lapisan
2) Menambahkan beberapa tetes H2O2 10%
3) Mengamati reaksi percik yang terjadi
3) Mengamati reaksi percik yang terjadi
5. Lengas
Tanah Kering Angin
1) Botol penimbang dan tutupnya kedalam oven selama
3 menit kemudian mendinginkannya kedalam eksokator dan
menimbang botol penimbang dengan tutupnya (a g).
2) Memasukkan ctka
kurang lebih 2/3 tnggi botol penimbang lalu menimbangnya (b g) dan masing – masing ctka
dilakukan 2 kali ulangan.
3) Memasukkan kedalam
oven dengn keadaan terbuka bersuhu 105˚C selama 4 jam
4) Mendinginkan botolo
penimbang dan isinya pada eksikator dalam keadaan tertutup, kemudian melakukan penimbangan
setelah dingin (c g).
5)
Melakukan perhitungan kadar lengas.
Kadar
lengas tanah =
x 100%
Nilai c – a adalah berat contoh tanah kering
mutlak (ctkm)
6. Kapasitas Lapang
1) Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol
dengan kain kassa
2) Memasukkan ctka kedalam botol semprong dengan
bagian yang tertutup kain kassa sebagai dasarnya
3) Memasang botol semprong pada statis dan
diatur seperlunya
4) Merendam selama kurang lebih 48 jam
5) Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes
sampai tetes terakhir
6) Mengambil contoh tanahnya yang berada pada
1/3 bagian tengah semprong, mengukur kadar lengasnya
sebanyak 2 kali ulangan.
7. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
1)
Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi Ø2 m
2)
Mengambil cawan berlubang yang dasarnya diberi kertas saring yang sudah dibasahi
3)
Menimbang dengan gelas arloji sebagai dasarnya (a g)
4) Memasukkan ctka yang telah digerus dalam cawan
tembaga kurang lebih 1/3 nya lalu diketuk - ketukan, menambahkan lagi ctka
sampai 2/3 lalu diketuk - ketukan lagi, kemudian menambahkan lagi ctka sampai
penuh, mengetuknya lagi dan meratakannya
5) Memasukkan cawan tersebut kedalam
perendam kemudian diisi air sampai permukaan air mencapai kurang lebih ½ tinggi
dinding cawan, perendaman 12 jam (setelah direndam permukaan tanah akan cembung
minimal rata/mendatar)
6) Mengangkat cawan dan membersihkan
sisi luarnya lalu meratakan tanah setinggi cawan dengan diperes secara hati –
hati dan menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji (b g)
7) Memasukkan kedalam oven bersuhu
105˚C selama 4 jam, lubang pembuangan air pada oven harus terbuka
8) Memasukkan kedalam eksikator
kemudianmenimbang dengan diberi gelas arloji (c g)
9)
Membuang tanah, membersihkan cawan kertas saring kertas menimbangnya dengan
diberi alas gelas arloji (d g)
10)
Menghitung kadar lengasnya. Kadar Lengas Maksimum tanah =
x 100%
8.
Batas Berubah Warna (BBW)
1) Membuat pasta tanah
dengan cara mencampur ctka Ø 0,5 mm dengn air pada cawan penguap
2) Meratakan pasta
tanah pada kayu membentuk elips dengan ketinggian pada bagian tengah kurang
lebih 3 mm dan makin ke tepi makin tipis
3) Membiarkan semalam
dan setelah ada beda warna diambil tanahnya selebar 1 cm (warna terang dan
gelap) untuk dianalisis KL-nya
Tabel Pengharkatan batas berubah warna
BBW (%)
|
Harkat
|
1 – 3
|
Sangat rendah
|
4 – 10
|
Rendah
|
11- 18
|
Sedang
|
19 – 30
|
Tinggi
|
31
– 45
|
Sangat
tinggi
|
>45
|
Amat
sangat tinggi
|
A. Jumantono
(Tanah Alfisol)
Gambar denah 4.1.1 lokasi di Jumantono
Deskripsi Lokasi
Lokasi
: Sukosari, Jumantono, Karanganyar
Hari / Tanggal
: Sabtu / 06
Oktober 2012
Waktu
: Pukul 07.00 – 09.00 WIB
Profil
: 4/ Empat
Surveyor
: Kelompok 25
16
|
Tabel Deskripsi 4.1.1 Lingkungan Jumantono
No.
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
|
Cuaca
Latitude/ Longtitude
Datum
Tinggi
tempat
Lereng
Arah
Panjang lereng
Fisiografi
lahan
Genangan
Tutupan
lahan
Geologi
Erosi
Tingkat
erosi
Batuan
permukaan
Vegetasi
|
Cerah
atau Sunny clear (SU)
7o 37’ 49,4” LS /
110o 56’ 54,4” BT
WGS 1984
191 m
dpl
4 %,
agak miring
Barat
24 m
Miscellaneous
(X)
Tidak
ada (0)
Lahan
tandus / Barrend
land ( G )
QLLA,
Quarter Lahar Lawu
Erosi
permukaan / Sheet erosion (S)
Rendah ( R )
<
0,1 %, tidak berbatu (kelas 1)
Tanaman tahunan (40%), Tanaman semusim (0%),
rumput (60%)
|
Sumber: broadlist
Tabel 4.1.2
Deskripsi profil tanah Jumantono.
No
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
|
Metode
observasi
Jeluk / solum tanah :
1) Horizon
A1
2) Horizon
A2
3) Horizon
A3
4) Horizon
B
5) Horizon
B2
Horison
a)
ketegasan horison
1) Horizon
A1
2) Horizon A2
3) Horizon A3
4)
Horizon B
5)
Horizon B2
b) topografi
horison
1)
Horizon A1
2) Horizon
A2
3) Horizon
A3
4)
Horizon B
5)
Horizon B2
Perakaran
a)
ukuran
1) Horizon A1
2) Horizon A2
3) Horizon A3
4)
Horizon B
5)
Horizon B2
b) jumlah
1) Horizon
A1
2) Horizon
A2
3) Horizon
A3
4) Horizon
B
5) Horizon
B2
|
Lubang besar terbuka atau galian (LP)
0cm – 7 cm
7cm –
15cm
16cm –
44cm
25cm –
45cm
45cm –
60cm
V
/ very abrupt(sangat tajam)
V / very abrupt (sangat tajam),
A / abrupt (tajam)
A / abrupt (tajam)
C / clear (jelas)
S / smooth (rata)
S / smooth (rata)
W / wavy (berombak)
W / wavy (berombak)
W / wavy (berombak)
Sangat kasar atau Very coarse (VC)
Kasar
atau Coarse ( C )
Sedang
atau Medium (M)
Halus
atau Fine ( F )
Sangat
halus atau Very fine ( VF )
Banyak
atau Many ( 3 )
Banyak
atau Many ( 3 )
Biasa
atau Common ( 2 )
Sedikit
atau Few ( 1 )
Sedikit
atau Few ( 1 )
|
Sumber : broadlist
Tabel 4.1.3Pengamatan
sifat fisika tanah di Jumantono.
No.
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Tekstur
tanah:
1) Horizon
A1
2) Horizon
A2
3) Horizon
A3
4) Horizon
B
5)
Horizon B2
Struktur tanah
a.Tipe
:
1) Horizon
A1
2)
Horizon A2
3)
Horizon A3
4) Horizon
B
5) Horizon
B2
b. Ukuran
:
1) Horizon
A1
2)
Horizon A2
3) Horizon
A3
4)
Horizon B
5) Horizon
B2
c. Derajat :
1) Horizon
A1
2) Horizon
A2
3) Horizon
A3
4) Horizon
B
5) Horizon
B2
Konsistensi :
1)
Horizon A1
2)
Horizon A2
3)
Horizon A3
4) Horizon
B
5) Horizon
B2
Warna :
1) Horizon
A1
2) Horizon
A2
3) Horizon
A3
4) Horizon
B
5) Horizon
B2
Aerasi
– drainase
1) Horizon
A1
2)
Horizon A2
3) Horizon
A3
4) Horizon
B
5)
Horizon B2
Penetrasi (kg/cm2) :
a.
Vertikal
b.
Horizontal
1) Horizon
A1
2)
Horizon A2
3) Horizon
A3
4) Horizon
B
5) Horizon
B2
|
Geluh
lempung pasiran atau Sandy clay loam
(SCL)
Lempung
pasiran atau Sandy clay (SC)
Geluh
lempungan atau Clay loam (CL)
Lempung
debuan atau Silty clay (SiC)
Lempung
atau Clay (C)
Bongkah atau Cloddy (CDY)
Bongkah
atau Cloddy (CDY)
Bongkah
atau Cloddy (CDY)
Lempeng
atau platy (PL)
Lempeng
atau platy (PL)
Halus
atau fine (F)
Sedang
atau Medium ( M )
Kasar
atau Coarse ( C )
Sangat
kasar Very Coarse (VC)
Ekstrim
kasar atau Extrime coarse (EC)
Tak
berstruktur (0)
Lemah
atau Weak (1)
Sedang
atau Medium ( 2 )
Kuat
atau Strong ( 3 )
Kuat
atau Strong ( 3 )
Kering,
Lunak
Kering,
Agak keras
Kering,
Agak keras
Kering,
Sangat keras
Kering,
Sangat keras sekali
7,5 YR 4/4 brown
7,5 YR 4/6 strong brown
7,5 YR 5/8 strong brown
7,5 YR 4/6 strong brown
7,5 YR 6/8 reddish yellow
02 / baik
02 / baik
02 / baik
01 / sedang
01 / sedang
1 Kg/cm2
1,5 Kg/
1,5 Kg/
2 Kg/
1 Kg/
1,5 Kg/
|
Sumber
: broadlist
Tabel 4.1.4
Pengamatan sifat kimia tanah di Jumantono.
No.
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
|
Ph
tanah
a. pH
H2O :
1) Horizon
A1
2) Horizon
A2
3) Horizon
A3
4)
Horizon B
5) Horizon
B2
b. pH
KCl :
1) Horizon
A1
2) Horizon
A2
3)
Horizon A3
4)
Horizon B
5)
Horizon B2
Bahan
organik
1) Horizon
A1
2)
Horizon A2
3) Horizon
A3
4) Horizon
B
4) Horizon
B2
Kadar
kapur (CaCO3)
1) Horizon
A1
2) Horizon
A2
3) Horizon
A3
4) Horizon
B
5) Horizon
B2
Konsentrasi
a.
jenis
1) Horizon
A1
2) Horizon
A2
3) Horizon
A3
4) Horizon
B
5) Horizon B2
b.
macam
1)
Horizon A1
2)
Horizon A2
3)
Horizon A3
4)
Horizon B
5) Horizon B2
c. ukuran
1)
Horizon A1
2)
Horizon A2
3)
Horizon A3
4)
Horizon B
5) Horizon B2
|
5
(Masam sangat kuat)
5
(Masam sangat kuat)
5
(Masam sangat kuat)
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
5 (Masam sangat kuat)
5 (Masam sangat kuat)
5 (Masam sangat kuat)
5 (Masam sangat kuat)
5 – 6 (Masam/Masam kuat)
Sangat
banyak ( ++++ )
Banyak
( +++ )
Banyak
( +++ )
Sedikit
(++ )
Banyak
(+++)
Tidak
ada ( 0 )
Tidak
ada ( 0 )
Tidak
ada ( 0 )
Tidak
ada ( 0 )
Tidak
ada ( 0 )
-
-
Konkresi
Konkresi
Konkresi
-
-
Ir
(berbesi)
Ir
(berbesi)
Ir
(berbesi)
-
-
Sedang
atau Medium (M)
Sedang
atau Medium (M)
Sedang
atau Medium (M)
|
Sumber : broadlist
Tabel 4.1.5
Kadar lengas tanah kering angin tanah di Jumantono
Sampel
|
A
|
B
|
C
|
KL (%)
|
A1:0,5mm
|
54,6 gr
|
64,4 gr
|
63,6 gr
|
8,9%
|
A2:0,5mm
|
61,4 gr
|
71,4 gr
|
70,6 gr
|
8,7%
|
B1:2mm
|
18,5 gr
|
28,5 gr
|
27,6 gr
|
12,1%
|
B2:2mm
|
53,9 gr
|
63,9 gr
|
63,1 gr
|
8,7%
|
C1:bongkah
|
60,9 gr
|
69,06 gr
|
68,2 gr
|
11,7%
|
C2:bongkah
|
53,8 gr
|
63,8 gr
|
62,8 gr
|
11,1%
|
Cara penghitungan:
1) Pada ctka berukuran Ø 0,5 mm
a. Ø 0,5 mm I
b. Ø 0,5 mm II
rata – rata =
2) Pada ctka berukuran Ø 2 mm
a. Ø 0,2 mm I
b. Ø 0,2 mm II
rata – rata =
3) Pada ctka bongkahan
a. Bongkahan I
=
b. Bongkahan II
rata – rata =
Tabel 4.1.6 Perhitungan Kadar Lengas Maksimum
Tanah di Jumantono
a (gram)
|
b (gram)
|
c (gram)
|
d (gram)
|
24,43
|
79,24
|
54,5
|
24,03
|
1) Cara penghitungan Kadar lengas maksimum
tanah
Kadar lengas
maksimum =
Tabel 4.1.7 Batas Berubah Warna Tanah di
Jumantono
sampel
|
a (gram)
|
b (gram)
|
c (gram)
|
A
|
60,9
|
61,7
|
61,6
|
B
|
53,8
|
54,33
|
54,2
|
1) Cara penghitungan batas beurbah warna
a. Pada sampel A
%
b. Pada sampel B
rata – rata =
Tabel
4.1.8 Analisis pH tanah di Jmuantono
No.
|
Indikator H2O
|
Indikator
KCL
|
1.
|
6,65
|
4,77
|
Tabel
4.1.9 kapasitas lapangan tanah di Jmantono
sampel
|
a
(gram)
|
b
(gram)
|
c
(gram)
|
I
|
54,55
|
63,16
|
60,73
|
II
|
55,53
|
64,96
|
62,3
|
1) Cara penghitungan kapasitas lapangan
a. Pada sampel I
b. Pada sampel II
rata – rata =
B. Tanah di
Fakultas Pertanian (Tanah Entisol)
gambar 4.2.1denah lokasi di
FP
Deskripsi
Lokasi
Lokasi
: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Hari / Tanggal
: Minggu 07
Oktober 2012
Waktu
: Pukul 07.00 – 09.00 WIB
Profil
: 5/Lima
Surveyor
: Kelompok 25
Gambar 4.2.2 foto profil 5 fakultas
pertanian
Tabel 4.2.1 Deskripsi Lingkungan Tanah di FP
No
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
|
Cuaca
Latitude/
Longtitude
Datum
Tinggi
tempat
Lereng
Arah
Panjang
lereng
Fisiografi
lahan
Genangan
Tutupan
lahan
Geologi
Erosi
Tingkat
erosi
Batuan
permukaan
Vegetasi
|
Berawan
sebagian (PC)
07°33’36″LS / 110°51’30,3″BT
WGS
1984
108 m
dpl
9%,
sangat miring
Timur
Laut
3 m
Vulkanik
(V)
Tidak
ada (0)
Lahan
tandus / Barrend land (B )
Qvl
(batuan gunung lawu)
Erosi
permukaan/ Sheet erosion (S)
Rendah
( R )
<
0,1%, tidak berbatu (kelas 1)
Tanaman
tahunan (30%), Tanaman semusim (0%), rumput (70 %)
|
Sumber
: broadlist
Tabel 4.2.2
Deskripsi profil tanah FP.
No
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
|
Metode
observasi
Jeluk
/ solum tanah :
1) Horizon
C1
2) Horizon
C2
3) Horizon
C3
4) Horizon
C4
Horison
a. ketegasan horizon
1) Horizon
C1
2) Horizon
C2
3) Horizon C3
4) Horizon
C4
b. Horison topografi
1) Horizon
C1
2 )Horizon
C2
3) Horizon C3
4) Horizon C4
Perakaran
a. ukuran
1) Horizon
C1
2) Horizon C2
3) Horizon
C3
4) Horizon C4
b. jumlah :
1) Horizon
C1
2) Horizon
C2
3)
Horizon C3
4) Horizon C4
|
Irisan
lereng atau Beveled cut (BC)
0cm
– 11 cm
11cm –
26cm
26cm –
38cm
38cm –
45cm
Sangat
tajam atau Very abrupt ( V )
Sangat
tajam atau Very abrupt ( V )
Sangat
tajam atau Very abrupt ( V )
Sangat
tajam atau Very abrupt ( V )
Tak
beraturan atau Irregular ( I )
Berombak
atau Wavy ( W )
Berombak
atau Wavy ( W )
Berombak atau Wavy
( W )
Sangat
halus atau Very fine ( VF )
Halus
atau Fine ( F )
Kasar
atau Coarse ( C )
Sangat
kasar atau Very coarse (VC)
Sedikit atau Few ( 1 )
Sedikit atau Few ( 1 )
Sedikit atau Few ( 1 )
Sedikit atau Few ( 1 )
|
Sumber
: broadlist
Tabel 4.2.3 Pengamatan sifat fisika tanah di FP.
No.
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Tekstur
tanah:
1) Horizon
C1
2) Horizon
C2
3) Horizon
C3
4) Horizon
C4
Struktur
tanah
a.
Tipe
1) Horizon
C1
2)
Horizon C2
3)
Horizon C3
4)
Horizon C4
b. Ukuran
1)
Horizon C1
2)
Horizon C2
3) Horizon
C3
4)
Horizon C4
c.
Derajat
1)
Horizon C1
2)
Horizon C2
3) Horizon
C3
4) Horizon
C4
Konsistensi
:
1)
Horizon C1
2)
Horizon C2
3)
Horizon C3
4)
Horizon C4
Warna
:
1) Horizon
C1
2) Horizon
C2
3) Horizon
C3
4)
Horizon C4
Aerasi
– drainase
1) Horizon
C1
2)
Horizon C2
3) Horizon
C3
4) Horizon
C4
Penetrasi (kg/cm2) :
a. Vertikal
b. Horizontal
1) Horizon
C1
2)
Horizon C2
3) Horizon
C3
4)
Horizon C4
|
Geluh
lempungan atau Clay loam (CL)
Geluh
lempung pasiran atau Sandy clay loam
(SCL)
Geluh
lempung pasiran atau Sandy clay loam
(SCL)
Geluh
lempung pasiran atau Sandy clay loam
(SCL)
Bongkah atau Cloddy (CDY)
Bongkah atau Cloddy (CDY)
Bongkah atau Cloddy (CDY)
Lempeng atau Platy (PL)
Halus
atau fine (F)
Sedang
atau Medium (M)
Kasar
atau Coarse ( C )
Sangat
kasar atau Very coarse (VC)
Tak
berstruktur (0)
Lemah
atau weak (1)
Sedang
atau medium (2)
Kuat
atau strong (3)
Kering,
keras
Kering,
Agak keras
Kering,
keras
Kering,
keras
5 Y,
7/1, light gray
2,5 Y,
5/6, light olive brown
2,5 Y,
5/3, light olive brown
2,5 Y,
7/3, polle yellow
Baik (
O2 )
Baik (
O2 )
Baik (
O2 )
Baik (
O2 )
1
Kg/cm2
1
Kg/cm2
1
Kg/cm2
1
Kg/cm2
1
Kg/cm2
|
Sumber
: broadlist
Tabel 4.2.4 Pengamatan sifat kimia tanah di FP.
No.
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
|
pH
tanah
a. pH
H2O :
1) Horizon
C1
2) Horizon
C2
3) Horizon
C3
4)
Horizon C4
b. pH
KCl :
1) Horizon
C1
2) Horizon
C2
3)
Horizon C3
4)
Horizon C4
Bahan
organik
1) Horizon
C1
2)
Horizon C2
3) Horizon
C3
4) Horizon
C4
Kadar
kapur (CaCO3)
1) Horizon
C1
2) Horizon
C2
3) Horizon
C3
4) Horizon
C4
Konsentrasi
1)
Horizon C1
2)
Horizon C2
3)
Horizon C3
4)
Horizon C4
|
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
5 – 6 (Masam/Masam
kuat)
Sangat
sedikit ( + )
Sangat
sedikit ( + )
Sangat
sedikit ( + )
Sangat
sedikit ( + )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
-
-
-
-
|
Sumber : broadlist
Tabel 4.2.5 Kadar lengas tanah kering angin
tanah di FP
Sampel
|
A
|
B
|
C
|
KL (%)
|
A1:0,5mm
|
35,476gr
|
42,425 gr
|
41,980 gr
|
3,054%
|
A2:0,5mm
|
52,941 gr
|
62,834 gr
|
62,472 gr
|
3,798%
|
B1:2mm
|
56,609 gr
|
66,590 gr
|
66,062 gr
|
5,585%
|
B2:2mm
|
54,340 gr
|
63,823 gr
|
63,306 gr
|
5,766%
|
C1:bongkah
|
55,581 gr
|
62,223 gr
|
61,800 gr
|
6,802%
|
C2:bongkah
|
52,907 gr
|
65,348 gr
|
64,571 gr
|
7,072%
|
Cara penghitungan:
1) Pada ctka berukuran Ø 0,5 mm
a. Ø 0,5 mm I
b. Ø 0,5 mm II
rata
– rata =
2) Pada ctka berukuran Ø 2 mm
a. Ø 0,2 mm I
b. Ø 0,2 mm
II
rata – rata =
3) Pada ctka bongkahan
a. Bongkahan I
=
b. Bongkahan II
rata – rata =
Tabel 4.2.6 Perhitungan Kadar Lengas Maksimum
Tanah di FP
a (gram)
|
b (gram)
|
c (gram)
|
d (gram)
|
19,19
|
72,127
|
49,513
|
19,022
|
1) Cara penghitungan Kadar lengas maksimum
tanah
Kadar lengas
maksimum =
Tabel 4.2.7 Batas Berubah Warna Tanah di FP
sampel
|
a (gram)
|
b (gram)
|
c (gram)
|
A
|
55,396
|
57,960
|
57,371
|
B
|
56,790
|
58,404
|
57,981
|
1) Cara penghitungan batas beurbah warna
a. Pada sampel A
%
b. Pada sampel B
rata – rata =
Tabel
4.2.8 Analisis pH tanah di FP
No.
|
Indikator H2O
|
Indikator
KCL
|
1.
|
5,413
|
6,1025
|
Tabel
4.2.9 Kapasitas lapangan tanah di FP
sampel
|
a
(gram)
|
b
(gram)
|
c
(gram)
|
I
|
52,914
|
56,993
|
55,852
|
II
|
53,933
|
58,419
|
57,160
|
1) Cara penghitungan kapasitas lapangan
a. Pada sampel I
b. Pada sampel II
rata – rata =
C. Tanah di
Jatikuwung (Tanah Vertisol)
Gambar 4.3.1denah lokasi di Jatikuwung
Gambar 4.3.2 profil tanah di Jatikuwung
Deskripsi Lokasi
Lokasi
: Jatikuwung, mojosongo
Hari / Tanggal
: Minggu 07
Oktober 2012
Waktu
: Pukul 15.00 – 17.00 WIB
Profil
: 3/ Tiga
Surveyor
: Kelompok 25
Tabel 4.3.1 Deskripsi Lingkungan Tanah di Jatikuwung
No
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
|
Cuaca
Latitude/ Longtitude
Datum
Tinggi tempat
Lereng
Arah
Panjang lereng
Fisiografi lahan
Genangan
Tutupan lahan
Geologi
Erosi
Tingkat
erosi
Batuan permukaan
Vegetasi
|
Berawan sebagian (PC)
07˚ 31˙ 06,0 “ LS /
110˚ 5 ˙ 41,7 “BT
WGS 1984
148 m dpl
25%,
agak curam
Barat,
2540 (B)
10 m
Vulkanik
(V)
Tidak
ada
Rumput
atau Grass (G)
Qvl, Batuan
gunung lawu
Erosi
tebing atau Stream bank ( T )
Rendah
(R)
<
0,1 %
Rumput
(60%), tanaman tahunan
(40%),
tanaman musiman (0%)
|
Sumber
: broadlist
Tabel 4.3.2 Deskripsi profil tanah FP.
No
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Metode
observasi
Jeluk / solum tanah :
1) Horizon A
2)
Horizon Bw
3) Horizon C
Ketegasan horizon
Horison
batas
1) Horizon
A
2)
Horizon Bw
3) Horizon C
Horison topografi
1) Horizon
A
2)
Horizon Bw
3) Horizon C
Perakaran
Ukuran :
1) Horizon
A
2)
Horizon Bw
3) Horizon C
Perakaran
Jumlah :
1) Horizon
A
2)
Horizon Bw
3) Horizon C
|
Lubang
kecil / SP (Small pit)
0cm – 14cm
15cm –
30cm
30cm –
45cm
Berangsur atau Granular (G)
Berangsur
atau Granular (G)
Tajam
atau Abrupt (A)
Rata
atau Smooth (S)
Rata
atau Smooth (S)
Rata
atau Smooth (S)
Sedang
atau Medium (M)
Sedang
atau Medium (M)
Sedang
atau Medium (M)
Biasa
atau Common (2)
Biasa
atau Common (2)
Biasa
atau Common (2)
|
Sumber:
broadlist
Tabel 4.2.3 Pengamatan sifat fisika tanah di Jatikuwung
No.
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Tekstur
tanah:
1) Horizon
A
2)
Horizon Bw
3) Horizon C
Struktur tanah
a.
Tipe
1)
Horizon A
2)
Horizon Bw
3)
Horizon C
b.
Ukuran
1)
Horizon A
2)
Horizon Bw
3)
Horizon C
c.
Derajat
1)
Horizon A
2)
Horizon Bw
3)
Horizon C
Konsistensi
1) Horizon
A
2)
Horizon Bw
3) Horizon C
Warna
1) Horizon
A
2)
Horizon Bw
3) Horizon C
Aerasi – drainase
1) Horizon
A
2)
Horizon Bw
3) Horizon C
Penetrasi (kg/cm2)
a.
Vertikal
b.
Horizontal
1)
Horizon A
2)
Horizon Bw
3)
Horizon C
|
Geluh
pasiran atau Sandy loam (SL)
Geluh
pasiran atau Sandy loam (SL)
Geluh
pasiran atau Sandy loam (SL)
Kersai
atau Granular (GR)
Kersai
atau Granular (GR)
Kersai
atau Granular (GR)
Sangat
kasar atau very coarse (VC)
Sangat
kasar atau very coarse (VC)
Sangat
kasar atau very coarse (VC)
Kuat
atau Strong ( 3 )
Kuat
atau Strong ( 3 )
Kuat
atau Strong ( 3 )
Kering,
sangat keras
Kering,
sangat keras
Kering,
sangat keras
3/2 dusky red 10 R
2,5/1 reddish block 10 R
2,5/1 reddish block 10 R
Baik (
O2 )
Baik (
O2 )
Baik (
O2 )
1,75
kg/cm2
2 kg/cm2
1,5 kg/cm2
1,5 kg/cm2
|
Sumber
: broadlist
Tabel 4.3.4 Pengamatan sifat kimia tanah di Jatikuwung
No.
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
|
pH
tanah
a. pH
H2O
1) Horizon
A
2)
Horizon Bw
3)
Horizon C
b. pH
KCl :
1)
Horizon A
2)
Horizon Bw
3)
Horizon C
Bahan
organik
1) Horizon
A
2)
Horizon Bw
3) Horizon C
Kadar
kapur (CaCO3)
1) Horizon
A
2)
Horizon Bw
3) Horizon C
Konsentrasi
1) Horizon
A
2)
Horizon Bw
3) Horizon C
|
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
5 (Masam)
6 – 7 (Agak
masam/Netral)
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
5 – 6
(Masam/Masam kuat)
Sangat
banyak (++++)
Sangat
banyak (++++)
Sangat
banyak (++++)
Tidak
ada ( 0 )
Tidak
ada ( 0 )
Tidak
ada ( 0 )
-
-
-
|
Sumber
: broadlist
Tabel
4.3.5 Kadar lengas tanah kering angin tanah di Jatikuwung
Sampel
|
A
|
B
|
C
|
KL (%)
|
A1:0,5mm
|
52,123 gr
|
62,123 gr
|
61,714 gr
|
4,264%
|
A2:0,5mm
|
53,523 gr
|
63,523 gr
|
63,085 gr
|
4,585%
|
B1:2mm
|
56,808 gr
|
66,808 gr
|
66,328 gr
|
5,042%
|
B2:2mm
|
54,649 gr
|
64,649 gr
|
64,161 gr
|
5,13%
|
C1:bongkah
|
53,012 gr
|
63,012 gr
|
62,204 gr
|
8,965%
|
C2:bongkah
|
19,051 gr
|
29,05 gr
|
28,302 gr
|
8,34%
|
Cara penghitungan:
1) Pada ctka berukuran Ø 0,5 mm
a. Ø 0,5 mm I
b. Ø 0,5 mm II
rata
– rata =
2) Pada ctka berukuran Ø 2 mm
a. Ø 0,2 mm I
b. Ø 0,2 mm II
rata – rata =
3) Pada ctka bongkahan
a. Bongkahan I
=
b. Bongkahan II
rata
– rata =
Tabel 4.3.6 Perhitungan Kadar Lengas Maksimum
Tanah di Jatikuwung
a (gram)
|
b (gram)
|
c (gram)
|
d (gram)
|
20,187
|
59,1
|
58,676
|
20,733
|
1) Cara penghitungan Kadar lengas maksimum
tanah
Kadar lengas maksimum =
Tabel 4.3.7 Batas Berubah Warna Tanah di
Jatikuwung
Sampel
|
a (gram)
|
b (gram)
|
c (gram)
|
A
|
54,657
|
55,760
|
55,630
|
B
|
56,805
|
58,12
|
57,975
|
1) Cara penghitungan batas beurbah warna
a. Pada sampel A
%
b. Pada sampel B
rata – rata =
Tabel
4.3.8 Analisis pH tanah di Jatikuwung
No.
|
Indikator H2O
|
Indikator
KCL
|
1.
|
6,809
|
6,1485
|
Tabel
4.3.9 kapasitas lapangan tanah di Jatikuwung
Sampel
|
a
(gram)
|
b
(gram)
|
c
(gram)
|
I
|
52,123
|
68,497
|
65,032
|
II
|
53,523
|
72,473
|
68,267
|
1) Cara penghitungan kapasitas lapangan
a. Pada sampel I
b. Pada sampel II
rata – rata =
BAB V PEMBAHASAN
A. Lokasi Jumantono
a. Pencandraan
Bentang Lahan
Cuaca pada saat melaksanakan praktikum di
Jumantono adalah cerah. Fisiografi lahan di daerah ini adalah Vulkanik karena
merupakan hasil aktifitas/ endapan materi gunung berapi, yaitu gunung Lawu.
Vegetasi yang menutupi lahan meliputi Rumput (60), tanaman tahunan (40%). Profil
yang di amati adalah profil 4 dengan posisi 7o 37′ 49,7 ” LS dan 110o
56′ 54,2″ BT, serta ketinggian tempat 191 m dpl dengan menghadap ke arah barat.
Penentuan posisi dan ketinggian tempat dengan menggunakan GPS.
Tanah
di Jumantono merupakan tanah alfisol yang termasuk tanah yang telah mendapat
campur tangan manusia dan relatif muda, masih banyak mengandung mineral primer
yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara. Tanah ini
mempunyai kejenuhan basa tinggi, KTK dan cadangan unsur hara tinggi. Memiliki kemiringan 4 % sehingga
termasuk kategori agak miring. Dengan tingkat kemiringan 4 % maka daerah ini
memiliki resiko erosi yang rendah, dan jika terjadi erosi maka hanya terjadi di
permukaan tanahnya. Hal ini disebabkan karena merupakan daerah bebas genangan
air yang selama ini tidak pernah di landa banjir.
b. Deskripsi Profil
Dalam pengamatan, di dapat jeluk sedalam 60 cm,
yang di ukur menggunakan meteran dari kertas. Dari pedon yang dibuat pada tanah
didapatkan 5 horizon, yaitu horizon A1, A2, A3,
B dan B2. Horizon dapat dibedakan dengan cara menusuk-nusuk lapisan
tanah menggunakan belati, jika kekerasan pada lapisan tanah sudah berbeda
berarti lapisan tanah juga sudah berbeda.
c. Sifat
Fisika
Penentuan kelas tekstur di lakukan secara
kualitatif (di lapangan), dapat dilakukan dengan cara membasahi tanah kemudian dipijit-pijit,
jika terasa kasar dan tajam tanah tersebut bertekstur pasir, jika terasa licin
tanah tersebut bertekstur debu, dan jika terasa liat dan lengket tanah tersebur
bertekstur lempung. Dari pengamatan didapatkan pada horison A1
bertekstur geluh lempung pasiran, pada horizon A2 bertekstur lempung
pasiran, pada horizon A3 bertekstur geluh lempungan, pada horizon B bertekstur
lempung debuan, pada horizon B2 bertekstur lempung. Tekstur tanah
menentukan tata air tanah berupa kecepatan ifiltrasi, penetrasi, dan kemampuan
mengikat air. Tanah terbaik untuk pertanian adalah tekstur sedang
(tekstur geluh).
Struktur tanah merupakan susunan ikatan
partikel tanah satu sama lain. Pengamatan struktur tanah di lapang meliputi :
tipe struktur, kelas struktur, dan derajat struktur. Dari pengamatan didapatkan
pada lapisan A1 berstruktur bongkahan, ukurannya halus , dan derajat
kekerasannya tak berstruktur. Pada horizon A2 berstruktur bongkah,
ukurannya sedang, dan derajat kekerasannya lemah. Pada horizon A3
berstruktur bongkah , ukurannya kasar, dan derajat kekerasannya sedang. Pada horizon
B berstruktur lempeng, ukurannya sangat kasar, dan derajat kekerasannya kuat.
Pada horizon B2 berstruktur lempeng, ukurannya extreme kasar, dan
derajat kekerasannya kuat.
Konsistensi adalah derajat kohesi dan adesi
partikel tanah dan resistensi terhadap perubahan bentuk. Penentuan konsistensi
tanah dapat dililakukan pada keadaan tanah basah, tanah lembap, dan tanah
kering. Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan atau memirit tanah
dalam keadaan yang sebenarnya di lapangan. Dari pengamatan dapat diketahui
lahan dalam kondisi lembab dan pada horizon A1 memiliki konsistensi
lunak, horizon A2 memiliki konsistensi agak keras, horizon A3
memiliki konsistensi agak keras, horizon B berkonsistensi sangat keras, dan horizon
B2 memiliki konsistensi sangat keras sekali.
Warna tanah merupakan salah satu sifat tanah
yang mudah di lihat dan dapat menunjukkan sifat-sifat tanahnya. Warna tanah
bersifat tidak murni karena merupakan warna gabungan dari komponen penyusun
tanah. Penetapan warna tanah dengan Munsell Soil Color Charts (MSCC), di
mana terdapat tiga satuan yaitu hue (
menunjukkan warna utama tanah ), value
( menunjukkan derajat terangnya warna ), dan chroma ( menunjukkan warna atau perubahan kemurnian warna dari
kelabu netral atau putih ). Tanah ini cenderung berwarna merah karena berasal
dari proses oksidasi besi dan cenderung asam sehingga memungkinkan kehidupan
mikrobia tanah untuk melakukan proses kimia di dalam tanah. Setelah dilakukan
pengamatan didapatkan hasil yaitu pada horizon A1 7,5 YR 4/4 brown, pada horizon
A2 7,5
YR 4/6 strong brown , pada horizon A3 7,5 YR 5/8 strong brown, pada horizon B 7,5 YR 4/6 strong
brown, pada horizon B2 7,5
YR 6/8 reddish yellow.
d. Sifat
Kimia
pH tanah merupakan indikator reaksi yang
terjadi di dalam tanah. Nilai pH merupakan pembacaan logaritma ion H+
atau OH- yang ditangkap oleh alat pengukur dari hasil pelepasan
fraksi-fraksi tanah ketika diberikan larutan tertentu. Kegunaan mengetahui pH
tanah adalah mengetahui tanaman apa saja yang cocok ditanam pada daerah
tersebut.
Uji keasaman tanah digunakan 2 chemikalia yaitu
H2O untuk mengukur pH aktual/kemasaman aktif (jumlah ion H+ dalam
larutan tanah) dan KCl untuk mengukur pH potensial/pH cadangan (jumlah ion H+
dalam larutan tanah dan berada di komplek pertukaran), dengan perbandingan
tanah dan chemikalia 1 : 2,5. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka
semakin tinggi kemasaman reaksi tanah sehingga pHnya makin menurun. Dalam hal
ini digunakan pH stick yang di celupkan pada larutan tanah. Terlebih
dahulu contoh tanah dicampurkan dengan larutan H2O, kemudian digojog
hingga homogen dan didiamkan beberapa saat (sekitar 5 menit). pH stick
dimasukkan ke dalam larutan tetapi jangan sampai terkena endapan dari tanah
(hanya dibasahi dengan airnya). Hal yang sama juga dilakukan pada larutan KCl 1
N. Dari hasil pengamatan pH H2O pada horizon A1, A2,
A3 pH antara 5, horizon B dan B2 dengan pH 5 – 6. Pada
horizon A1, A2, A3, B pH KCl 5 dan pH KCL pada
horizon B2 dengan pH 5 - 6.
Bahan organik merupakan salah satu komponen
pokok dalam tanah karena bahan organik merupakan sumber sekaligus sebagai
peyangga dari kesuburan tanah. Penentuan jumlah bahan organik secara kualitatif
yaitu dengan mengamati banyaknya buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi
H2O2 10 %, Bahan organik yang terdapat pada horizon A1
sangat banyak, pada horizon A2, A3, dan B2 banyak,
pada horizon B sedikit. Pada keempat horizon tidak terdapat kapur karena tidak
berbuih saat dilakukan percobaan. Aerasi dan drainase yang terdapat pada
keempat horizon baik.
e. Analisis Lengas Tanah
Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga
netral, kapasitas tukar kation dan basanya beragam dari rendah hingga tinggi,
bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga
dalam, Mempunyai sifat kimia dan fisika relatif baik. Alfisol cukup tahan
dengan erosi. Alfisol adalah tanah relatif muda, masih banyak mengandung
mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya akan unsur
hara. Namun demikian, bahaya erosi dapat terjadi mengingat angka kadar lengas
tanah ini kecil dan tanah ini banyak didaerah yang berlereng. Bahaya erosi juga
dapat menyebabkan horizon argilik muncul di permukaan dan tanah menjadi kurang
baik. Air perlokasi juga tidak begitu banyak akibat pengendapan argillan. Hal
ini menghambat air meresap lebih jauh ke dalam tanah.
Dari percobaan lengas tanah kering angin
didapat kadar lengas rata-rata sebesar 8,8% pada sampel tanah ukuran 0,5mm,
pada sampel tanah ukuran 2mm didapat rata-rata lengas tanah kering angin
sebesar 10,4% dan pada sampel bongkah sebesar 11,4%, hal ini menunjukan bahwa
kadar lengas yang terkandung pada tanah alfisol kering angin sedikit. Pada
kapasitas lapangan kadar lengas yang terkandung 39,02% dan 39,32% pada sampel
tanah ukuran 2mm, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung banyak, sedangkan
pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar 79,8% dan pada batas berubah
warna kurang lebih 14,2% dan 25%.
f. Analisis pH Tanah
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan,
yaitu larutan air bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N.
Dalam hal ini menggunakan menggunakan indikator pH meter yang dicelupkan pada
larutan tanah, yang telah dicampur dengan larutan H2O/KCL dengan perbandingan
tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga homogen dan didiamkan beberapa saat.
Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan sampai terkena endapannya. Hasil
pengamatan diperoleh pH H2O sebesar 6,65 dan pH KCl 4,77.
B.
Lokasi Kampus Fakultas Pertanian UNS
a. Bentang
Lahan
Cuaca pada saat praktikum berawan sebagian.
Vegetasi yang menutupi lahan meliputi rumput (30%) dan tanaman tahunan (70%). Profil
yang di amati dengan posisi 7o 33′ 6,46″ LS dan 110o 51′
50,2″ BT, serta ketinggian tempat 108 m dpl dengan menghadap ke arah utara. Tanah
di Fakultas Pertanian UNS merupakan jenis tanah Entisol yang memiliki
kemiringan 9 % sehingga termasuk kategori sangat miring. Dengan tingkat
kemiringan 9 % maka daerah ini memiliki resiko erosi yang cukup tinggi,
b. Deskripsi
Porfil
Tanah entisol merupakan tanah yang belum
berkembang dan banyak bahan induk yang sangat beragam, baik dari jenis, sifat
maupun asalnya. Dalam pengamatan, di dapat jeluk sedalam 45 cm, yang di ukur
menggunakan meteran dari kertas. Dari profil yang dibuat pada tanah didapatkan
4 horizon. Horizon 1 dengan kedalaman 0 - 11 cm, horizon 2 dengan kedalaman 11
-26 cm, horizon 3 dengan kedalaman 26 - 38 cm, dan horizon ke 4 dengan
kedalaman 38 - 45. Karena
merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman,
sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produktivitasnya dengan jalan
pemupukan.
Dapat diketahui juga perakaran yang memiliki
jumlah dan ukuran. Pada horizon 1 jumlah akarnya sedikit dengan ukuran sangat halus,
pada horizon 2 jumlah akarnya sedikit dengan ukuran halus, pada horizon 3
jumlah akarnya sedikit dengan ukuran kasar, dan horizon ke 4 jumlah akarnya
sedikit dengan ukuran sangat kasar.
c. Sifat
Fisika Tanah
Dari pengamatan didapatkan pada horizon 1
bertekstur geluh lempungan, pada horizon 2, 3, dan 4 bertekstur geluh lempung
pasiran. Tekstur tanah berhubungan langsung dengan perakaran karena jika
teksturnya mengandung lempung akar sulit untuk menembus horizon tanah tersebut.
Oleh karena itu, jumlah akar di FP ini berjumlah sedikit
Dari pengamatan didapatkan pada horizon 1 dan 2
dengan tipe gumpal menyudut, ukurannya sangat halus dan derajat kekerasan pada
lapisan 1 sedang dan pada horizon 2 kuat. Pada horizon 3 didapatkan tipe
struktur tanah gumpal membulat, dengan ukuran halus dan derajat kekerasan kuat.
Dapat diketahui juga dalam kondisi lembab dan pada
horizon 1, 2, dan 4 memiliki konsistensi kering keras, pada horizon 3 memiliki
konsistensi kering agak keras. Konsistensi pada keadaan lembab merupakan
struktur yang baik dan pengolahannya mudah. Setelah dilakukan pengamatan
didapatkan hasil yaitu pada horizon 1 5 Y, 7/1, light gray, pada horizon 2 , 2,5 Y, 5/6, light olive brown, pada
horizon 3 2,5 Y, 5/3, light olive
brown, dan pada horizon ke 4 2,5 Y, 7/3, polle yellow. Warna tanah
semakin ke dalam semakin terang ini di karenakan bahan organik semakin ke dalam
semakin berkurang.
d. Sifat Kimia Tanah
Dari hasil pengamatan pH H2O pada horizon
1,2,3 dan 4 adalah 5 – 6 dan pH KCl dari horizon 1,2,3, dan 4 adalah 5 -
6. Dari pengamatan diperoleh data bahwa pada horizon 1,2,3, dan 4 memiliki
kandungan bahan organik sedikit.
Selain kadar bahan organik tanah yang dapat
diindikasikan sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis
sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia
dalam tanah. Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan
agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang
berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. Penentuan kadar kapur secara
kualitatif yaitu dengan mengamati buih yang timbul setelah sampel tanah
ditetesi HCl 10 %. Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi pembuihan.
Dari pengamatan diperoleh data bahwa pada lapisan-lapisan tanah ini tidak
terdapat kandungan kapurnya. Hal ini di karenakan tanah ini berasal dari batuan
alluvium tua.
Di dalam tanah biasanya ditemukan adanya
sekumpulan bahan tanah baik yang berbentuk tertentu maupun yang tidak
beraturan. Biasanya bahan tanah tersebut mempunyai warna yang kontras dengan
warna tanah sekitarnya. Bahan ini merupakan akumulasi bahan-bahan tertentu baik
yang baru terbentuk maupun yang sudah lama terbentuk dan mengeras. Dari
pengamatan, tanah di Fakultas Pertanian UNS tidak terdapat konsentrasi karena
tanah tersebut merupakan tanah yang belum mengalami pelapukan batuan yang
sempurna dan merupakan tanah yang baru saja terbentuk.
e. Analisis Lengas Tanah
Tanah
Entisol adalah tanah endapan sungai atau rawa-rawa pantai. Tanah Entisol yang
berasal dari bahan alluvium umumnya merupakan tanah yang subur. Perbaikan
deainase di daerah rawa-rawa menyebabkan munculnya cat clay yang sangat masam akibat oksidasi sulfida dan sulfat.
Dari
percobaan lengas tanah kering angin tanah entisol, didapat kadar lengas
rata-rata sebesar 3,426% pada sampel tanah ukuran 0,5mm, pada sampel tanah
ukuran 2mm didapat rata-rata lengas tanah kering angin sebesar 5,6755% dan pada
sampel bongkah sebesar 6,937%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung
pada tanah entisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas
yang terkandung 38,87% dan 39,1% pada sampel tanah ukuran 2mm, ini menunjukan
kadar lengas yang terkandung banyak, sedangkan pada lengas maksimum terkandung
kadar lengas sebesar 73,6% dan pada batas berubah warna kurang lebih
32,6695%.
f. Analisis pH Tanah
Pada
tanah entisol kering angin diperoleh pH H2O sebesar yaitu 5,413 dan pH KCl
6,1025.
C. Lokasi Jatikuwung
a. Pencandraan
Bentang Lahan
Cuaca pada saat praktikum berawan sebagian.
Fisiografi lahan di daerah ini adalah vulkanik. Vegetasi yang menutupi lahan
meliputi Rumput ( 40 % ) dan tanaman tahunan (60%). Posisi profil 7o 31′
5,1′ ” LS dan 110o 50′ 43,1″ BT, serta ketinggian tempat 173 m dpl
dengan menghadap ke arah selatan. Tanah di Jatikuwung merupakan jenis tanah
Vertisol yang memiliki kemiringan 25 %. Dengan tingkat kemiringan 25 % maka
erosi mudah terjadi. Tanah jenis Vertisol ini bila pada kondisi kering akan
timbul retak-retak cukup dalam.
b. Deskripsi Profil
Dalam pengamatan, di dapat jeluk sedalam 45 cm.
Dari pedon yang dibuat pada tanah didapatkan 3 Horizon. Horizon A
dengan kedalaman 0 -14 cm, pada Horizon Bw dengan kedalaman 15 -30 cm, pada
Horizon C dengan kedalaman 30 - 45 cm. Lapisan dapat dibedakan dengan
cara melihat perbedaan warna pada tiap lapisan tanah. Selain itu dapat juga
dilakukan dengan menusuk-nusuk lapisan tanah menggunakan belati, jika kekerasan
pada lapisan tanah sudah berbeda berarti horison tanah juga sudah berbeda. Tanah
ini memiliki geologi Qvm yaitu, batuan gunung api Merapi sehingga secara
potensial termasuk tanah yang subur karena berkembang dari abu vulkanis.
c. Sifat Fisika Tanah
Sifat fisika tanah yang diamati adalah tekstur
tanah, struktur tanah, konsistensi, aerasi drainase, dan warna. Tekstur tanah
adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan
lempung (clay). Penentuan kelas tekstur di lakukan secara kualitatif (di
lapangan), yaitu: dengan merasakan tingkat kasar, licin dan lengket. Jika
terasa kasar dan tajam tanah tersebut bertekstur pasir, jika terasa licin tanah
tersebut bertekstur debu, dan jika terasa liat dan lengket tanah tersebur
bertekstur lempung. Dari pengamatan didapatkan pada Horizon A, Bw, dan C bertekstur
geluh pasiran. Tekstur tanah menentukan tata air tanah berupa kecepatan
ifiltrasi, penetrasi, dan kemampuan mengikat air. Tanah terbaik untuk pertanian
adalah tekstur sedang ( tekstur geluh ).
Sturktur tanah merupakan susunan ikatan
partikel tanah satu sama lain. Pengamatan struktur tanah di lapang meliputi :
tipe struktur, kelas struktur, dan derajat struktur. Dari pengamatan didapatkan
pada Horison A, Bw, C dengan tipe kersai, ukurannya sangat kasar, dan derajat
kekerasannya kuat. Struktur tanah yang dikehendaki tanaman adalah struktur
remah karena perbandingan bahan padat dan ruang pori kurang lebih seimbang.
Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah
terhadap perubahan bentuk atau perpecahan. Penentuan konsistensi tanah dapat
dilakukan dengan cara meremas atau memijit tanah dalam berbagai keadaan
kandungan air. Tekanan yang dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan atau
memirit tanah dalam keadaan yang sebenarnya di lapangan. Dari pengamatan dapat
diketahui lahan dalam kondisi lembab dan pada keempat horison memiliki
konsistensi kering, sangat keras. Konsistensi Pada keadaan kering merupakan
struktur yang kurang baik dan pengolahannya sukar.
Tanah vertisol di Jatikuwung ini cenderung
berwarna merah, penetapan warna tanah dengan Munsell Soil Color Charts (MSCC).
Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil yaitu pada horison A 3/2 dusky red 10 R, pada horison Bw dan
lapisan C 2,5/1 reddish block 10 R.
Warna tanah semakin ke dalam semakin terang ini di karenakan bahan organik
semakin ke dalam semakin berkurang.
d. Sifat
Kimia Tanah
pH tanah merupakan indikator reaksi yang
terjadi di dalam tanah. Nilai pH merupakan pembacaan lagaritma ion H+ atau
OH- yang ditangkap oleh alat pengukur dari hasil pelepasan
fraksi-fraksi tanah ketika diberikan larutan tertentu. Dalam pengamatan ini
menggunakan dua larutan yaitu larutan air bebas ino atau aquades (H2O)
dan larutan KCl 1 N. Dalam hai ini digunakan metode kaorimerti yaitu
menggunakan kertas pH atau pH stick yang di celupkan pada larutan tanah.
Terlebih dahulu contoh tanah dicampurkan dengan larutan H2O dengan
perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. Kemudian digojog hingga homogen
dan didiamkan beberapa saat (sekitar 5 menit). pH stick dimasukkan ke
dalam larutan tetapi jangan sampai terkena endapan dari tanah (hanya dibasahi
dengan airnya). Hal yang sama juga dilakukan pada larutan KCl 1 N. Dari hasil
pengamatan pH H2O pada horisonA, Bw mengandung 5 - 6 , pada horizon C
mengandung 5, dan pH KCl dari horisonA adalah 6 - 7, sedangkan pada horizon Bw
dan C adalah 5 - 6.
Bahan organik merupakan salah satu komponen
pokok dalam tanah karena bahan organic merupakan sumber sekaligus sebagai
peyangga dari kesuburan tanah. Penentuan jumlah bahan organik secara kualitatif
yaitu dengan mengamati banyaknya buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi
H2O2 10 %. Dari pengamatan diperoleh data bahwa pada hr 0
memiliki kandungan bahan organic yang banyak, horizon A, Bw, dan C memiliki
kandungan bahan organik sangat banyak.
Selain kadar bahan organik tanah yang dapat
diindikasikan sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga
dianalisis sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi
reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses
pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain
yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah. Penentuan kadar kapur
secara kualitatif yaitu dengan mengamati buih yang timbul setelah sampel tanah
ditetesi HCl 10 %. Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi pembuihan.
Dari pengamatan diperoleh data bahwa pada horizon-horizon tanah ini tidak
terdapat kandungan kapurnya. Hal ini di karenakan tanah ini berasal dari batuan
alluvium tua.
e. Analisis Lengas Tanah
Tanah Vertisol memiliki sifat khusus yakni
mempunyai sifat vertik, hal ini disebabkan terdapat mineral liat tipe 2:1 yang
relatif. Karena itu dapat mengkerut (Shrinking) jika kering dan
mengembang (Swelling) jika jenuh air. Vertisol memiliki potensi cukup
baik, akan tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengolahan tanahnya
yang relatif cukup sulit, bersifat sangat lekat bila basah dan sangat keras
bila dalam keadaan kering.
Dari percobaan lengas tanah kering angin
didapat kadar lengas rata-rata sebesar 4,4245% pada sampel tanah ukuran 0,5mm,
pada sampel tanah ukuran 2mm didapat rata-rata lengas tanah kering angin
sebesar 5,086% dan pada sampel bongkah sebesar 8,6525%, hal ini menunjukan
bahwa kadar lengas yang terkandung pada tanah vertisol kering angin sedikit.
Pada kapasitas lapangan kadar lengas yang terkandung 26,8% dan 28,5% pada
sampel tanah ukuran 2mm, ini menunjukan kadar lengas yang terkandung banyak,
sedangkan pada lengas maksimum terkandung kadar lengas sebesar 2,556% dan pada
batas berubah warna kurang lebih 13,36% dan 12,393%.
f. Analisis pH Tanah
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH
yaitu pH H2O (pH aktual) dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan
cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur
dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks
pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi
kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun atau rendah. Pada tanah
vertisol kering angin diperoleh pH H2O sebesar 6,809 dan pH KCl 6,1485.
BAB VI
KOMPHERENSIF
Tanah
di Jatikuwung termasuk dalam kategori tanah vertisol yang umumnya mempunyai
tekstur lempung. Pada vertisol variasi kandungan lempung dengan kedalaman tanah
berasal dari bahan induk. Tanah
di wilayah kampus fakultas pertanian UNS termasuk dalam kategori tanah entisol
yang proses pembentukan tanahnya berupa proses pelapukan bahan organik dan
bahan mineral di permukaan tanah, dan pembentukan struktur tanahnya karena pengaruh
bahan organik tersebut (sebagai perekat).
Dari
perbedaan jenis tanah tersebut dapat diketahui bahwa sifat-sifat fisika dan
kimiannya pun berbeda-beda. Dari ketiga lokasi itu, Jatikuwung adalah lokasi
yang memiliki kemiringan lereng tertinggi. Sedangkan untuk lokasi tersubur
adalah tanah di wilayah Jumantono, karena merupakan tanah alfisols yang
berbahan induk dari batuan gunung api Lawu. Selain itu tanah di wilayah
tersebut telah mengalami campur tangan pengolahan manusia karena digunakan
untuk lahan percobaan sehingga berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisikanya.
Seperti teksturnya yang geluh (remah) pada semua horison, sangat subur untuk
pertumbauhan tanaman. Berbeda halnya dengan tanah kampus dan Jatikuwung yang
rata-rata bertektur lempung.
Tingkat
kesuburan kimia pada tanah ini juga baik, yang ditandai dengan pH yang cukup
asam sehingga memungkinkan adanya mikrobia yang dapat bertahan hidup untuk
melakukan proses kimia yang akan menghasilkan senyawa – senyawa yang dibutuhkan
oleh tumbuhan. Hasil pengamatan menunjukkan pH tanah yang diperoleh baik
menggunakan indikator H2O maupun KCl di Jumantono adalah 5 dan di FP adalah antara
5 sampai 6. Ini menandakan bahwa tanah tersebut bersifat masan yang mendekati
netral sehingga vegetasi dapat tumbuh dengan subur, tapi lebih subur tanah yang
didaerah Jumantono.
Pada
kedalaman tertentu, bercak ini merugikan tanaman, misalnya jika bercak banyak
terdapat pada lapisan yang banyak mengandung BO tinggi dimana banyak perakaran
pada daerah itu, maka tanaman lama kelamaan tidak daat bertahan karena kondisi
basa pada bercak tersebut tidak memungkinkan adanya kegiatan mikrobia yang
menghasilkan senyawa senyawa penting bagi tanaman. Untuk tanah di wilayah Jatikuwung dapat mengalami
pecah-pecah pada saat kering dan mengembang di saat basah, sifat ini tidak
terlihat pada tanah di lokasi yang lain, baik kampus maupun Jumantono. Hal itu
tidak lepas dari pengaruh batuan pembentuk tanah tersebut.
Secara
tidak langsung aerasi dan drainase tanah dipengaruhi oleh tekstur dan struktur
tanah. Jika tanah padat maka aerasi dan drainasenya juga buruk. Begitu pula
sebaliknya. aerasi dan drainase menentukan kadar pH dalam tanah. Jika aerasi
dan drainse baik, tanah cenderung asam. Pada ketiga tanah tersebut relatif ber-Ph asam sehingga aerasi dan drainase nya
baik.
BAB VII
KESIMPULAN
1. Lokasi I : Jumantono
a. Tanah di tempat praktikum Jumantono mempunyai jenis tanah alfisol
yang memiliki kemiringan 4% dan fisiografinya berupa vulkanik serta geologinya
Qvl (batuan gunung Lawu)
b. Tutupan lahanya tandus dengan tanaman dominan berupa rumput
(mencapai 60%)
c. Tekstur tanah pada horizon A1 geluh lempung pasiran ,
horizon A2 lempungan pasiran, horiszon A3 geluh
lempungan, horizon B lempung debuan, dan horizon B2 lempung.
d. Konsistensi tanah pada horizon A1,
A2, dan A3 lunak, horiszon A2 agak keras,
horison A3 agak keras, horizon B sangat keras dan horiszon B2 sangat
keras sekali
e. pH H2O, Pada horiszon A1, A2, dan A3
pH tanah 5, pada horizon B dan B2
mempunyai pH yang sama yaitu 5
f. pH KCl, Pada semua horizon memiliki pH KCl yang sama yaitu 6.
2. Lokasi II : Kampus FP
a. Tanah di tempat praktikum Kampus FP mempunyai jenis tanah
entisol dengan relief hampir datar.
b. Vegetasi yang mendominan adalah rumput (60%)
c. pH H2O dan pH KCL dalam tiap horizon adalah sama yaitu
kisaran antara 5-6
d. pH KCl, Pada horizon 1 pH tanah 6, pada horizon 2 pH tanah 5,
pada horizon 3 pH tanah 5.
3. Lokasi III : Jatikuwung
a. Tanah di tempat praktikum
Jatikuwung mempunyai jenis tanah vertisol dengan relief sangat curam (25%).
b. Kandungan bahan organik dalam profil tanah di Jatikuwung
jumlahnya sangat banyak. Dan pH rata-rata yang dimiliki adalah 5-6, sedang
kandungan kapur tidak ada.
c. Bentuk batas horizon berjumlah smooth (rata) dan ukuran
perakaran medium
BAB VIII
Daftar pustaka
Agustinus. 2007. Pengertian tanah. Jurnal Ilmu Kesubura Tanah. (Online),2010. (http://www.wikipedia.org,
diakses pada hari Minggu, tanggal 28 Oktober 2012).
Anonim. 2010. Profil Tanah , (Online), (http://wahyuaskari.wordpress.com, diakses pada hari Senin, tanggal 30 Oktober 2012).
Anonim, 2010. Sifat-sifat Fisika Tanah, (Online),
(http://abuumarfauzy.wordpress.com, diakses pada hari Senin, tanggal 30 Oktober 2012).
Anonim. 2010. Struktur
Kimia Tanah, (Online), (http://www.wikipedia.org,
diakses pada hari Minggu, tanggal 28 Oktober 2012 pukul 15.00 WIB).
Askari,
W, 2010. (Online) (http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tanah-alfisol-2/, diakses pada tanggal
30 Oktober 2012).
Hanafiah,
Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Pt. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Hardjowigeno, S, 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis, CV. Akademika Pressindo,
Jakarta.
Lopulisa,
C. 2004., Tanah-Tanah Utama Dunia. Lephas. Makassar
Nuryani
dkk. 2003, Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal
Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 63-69.
Wahyu
Nugroho, B. 2008. Struktur Tanah, (Online),
(www.google.com, diakses tanggal 30 Oktober 2012).
_______. 2005. Kimia Tanah. (Online)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_tanah, diakses tanggal 29 November 2012).
_______. 2006. Fisika Tanah.
(Online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika_tanah,diakses tanggal 29 November 2012).
_______. 2007. Tentang pH Tanah. (Online)
Komentar
Posting Komentar