I. PENGAMATAN BUDIDAYA TANAMAN
SEMUSIM
A.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Tanaman semusim merupakan tanaman yang
akan mengalami kemunduran secara fisiologis setelah terjadi perkembangan
generatif. Komoditas tanaman semusim merupakan salah satu komoditas penting
yang memiliki prospek sukup signifikan dibandingkan komoditas lainnya.
Komoditas tanaman semusim memiliki peran dalm menyediakan kebutuhan pangan
maupun kebutuhan terhadap tanaman-tanaman hortikultura yang masuk kedalam
kategori tanaman semusim.
Kebutuhan akan kacang tanah (Arachis hypogaea) sebagi salah satu
produk pertanian tanaman pangan setahun, diduga masih perlu ditingkatkan
sejalan sengan kenaikan pendapatan dan jumlah penduduk. Kemungkinan terjadinya
peningkatan permintaan dicerminkan dari adanya peningkatan kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi langsung dan untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan
baku industri hilirnya, antara lain untuk industri kacang kering, industri
produk olahan lain yang siap dikonsumsi baik dalam bentuk asal olahan kacang, dalam
campuran makanan dan dalam bentuk pasta. Unsur strategis yang unik dari mata
dagangan kacang tanah dapat diikuti dari semakin meningkatnya permintaan
turunannya sejalan dengan impor ini, dapat ditempatkan sebagai kesempatan yang
sangat luas bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi dalam negeri sekaligus
sebagai upaya untuk memperkecil pembelanjaan devisa untuk impor mata dagangan
kacang tanah.
Kebutuhan jagung saat ini mengalami
peningkatan dapat dilihat dari segi produksi yang dimana permintaan pasar
domestic ataupun internasional yang sangat besar untuk kebutuhan pangan dan
pakan. Hal ini memicu para peneliti untuk menghasilkan varietas-varietas jagung
yang lebih unggul guna lebih meningkatkan produktifitas serta kualitas agar
persaingan di pasaran dapat lebih meningkat. Selain untuk pangan dan pakan,
jagung juga banyak digunakan industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi.
Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek
sebagai pangan dan bahan baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku
industri akan memberi nilai tambah bagi usahatani komoditas tersebut. Jagung merupakan
bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa
daerah di Indonesia. Jagung dalam bentuk biji utuh dapat diolah misalnya
menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan (pop corn dan jagung
marning). Jagung dapat pula diproses menjadi minyak goreng, margarin, dan
formula makanan. Perkembangan ini juga membuat penelitian mengenai
karakteristik (fisik dan kimiawi) semakin dinamis. Hal tersebut membuat
penelitian yang terkait karakteristik terus dikembangkan, seperti halnya
perilaku kadar air dan tingkat kekerasan biji jagung.
Tanaman padi merupakan salah satu
tanaman semusim yang banyak dan sering dibudidayakan oleh masyarakat luas. Padi
dimanfaatkan bulirnya sebagai salah satu makanan pokok yang dikonsumsi banyak
orang di seluruh dunia, selain itu sekam padi dapat dimanfaatkan sebagai media
tanam, bekatul dari proses pengolahan biji padi dapat digunakan sebagai pakan
ternak dan masih banyak lagi. Tanaman padi dari segi pembudidayaan termasuk
jenis tanaman yang mudah dibudidayakan asalkan memenuhi syarat tumbuh padi agar
hasilnya pun dapat optimal. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa
pengamatan tanaman semusim penting. Hal tersebut ditujukan agar mahasiswa mampu mengerti cara
budidaya tanaman semusinm dengan baik dan mengerti permasalahan yang ada pada petani sehingga
mengerti cara pemecahan masalah yang tepat guna dan berkelanjutan.
2.
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara Teknologi Budidaya Tanaman Semusim ke
lahan petani adalah sebagai
berikut :
a.
Mahasiswa dapat terampil memadukan teori yang
diperoleh dengan praktek
nyata yang dilakukan petani dalam pembudidayaan tanaman semusim.
b.
Mengenal dan mempelajari beberapa kondisi pengelolaan lahan oleh
petani.
c.
Mampu memberikan alternatif perbaikan pengelolaan lahan yang lebih
baik.
d.
Mengetahhui cara-cara petani mendapat kan bahan tanam.
e.
Mengetahui macam-macam cara penanaman tanaman pertanian.
f.
Membandingkan masing-masing cara penanaman yang dilakukan petani dan
mamapu memberikan kesimpulan perbaikan cara yang dilakukan petani.
g.
Mengevaluasi cara yang telah dilakukan petani dan dapat memberikan
kesimpulan dan cara perbaikannya.
h.
Mengenal serta mempelajari cara monitoring budidaya tanaman.
i.
Merlakukan tindakan memelihara dan memanipulasi lingkungan dan tanaman
sesuai kebutuhan.
j.
Mengenal serta mempelajari cara panen dan cara pemasaran produknya.
k.
Mampu memberikan perbaikan yang mungkin diperlukan dalam panen dan
pemasaran produk petani pada komoditas yang ada.
B.
Tinjauan Pustaka
1.
Komoditas Padi (Oryza sativa)
Padi yang ada sekarang ini merupakan
persilangan antara Oryza officinalis
dan Oryza sativa f spontania. Di
Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakandidaerah tanah kering dengan
sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara
mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh
dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah
sub tropika (Anugerah et al 2008).
Terdapat empat kunci penerapan
metode SRI
dari persiapan bahan tanam hingga proses pemeliharaan tanaman padi yang perlu
diperhatikan, yaitu : (Berkelaar 2005).
a. Bibit dipindah lapang (transplantasi) lebih awal.
b.
Bibit ditanam satu-satu daripada
secara berumpun.
c.
Jarak tanam yang lebar.
d.
Kondisi tanah tetap lembab tapi
tidak tergenang air.
Pengolahan tanah untuk Tanam padi
metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan tanah untuk tanam padi cara
konvensional atau cara lama pada umumnya yaitu dilakukan untuk tujuan
mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman. Pengolahan dilakukan
dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan cangkul tangan atau cangkul kerbau
atau traktor tangan sampai terbentuk struktur lumpur. Permukaan tanah diratakan
untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air. Dan 3-7 hari sebelum tanam
sebaiknya tanah disemprot terlebih dahulu dengan menggunakan Pupuk Organik
Powder 135 dengan dosis yang telah ditentukan (Deptan 2010).
Secara umum padi dikatakan sudah siap
panen bila butir gabah yang menguning sudah mencapai sekitar 80 % dan tangkainya
sudah menunduk. Tangkai padi merunduk karena sarat dengan butir gabah bernas. Untuk
lebih memastikan padi sudah siap panen adalah dengan cara menekan butir gabah.
Bila butirannya sudah keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen
(Andoko 2007).
Pengurangan air pada persemaian hingga
keadaan air menjadi macak macak ini, dimaksudkan agar benih yang disebar dapat
merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah. Benih
tidak busuk akibat genagan air, memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen
langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat, benih mendapat
sinar matahari secara langsung. Cara agar benih dalam bedengan tidak hanyut,
maka air harus diatur sesuai dengan keadaan, misalnya : bila akan terjadi hujan
maka bedengan perlu digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air
dilakukan lagi pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan
pertanaman, untuk memudahkan pencabutan (Saptana et al 2007).
Cara perontokan yang dipakai para
petani dengan cara dihempaskan. Setahap demi setahap batang padi yang telah
dipotong dihempas pada kayu atau kotak gebug agar gabah terlepas dari malai dan
terkumpul di alas. Hempasan diulang 2–3 kali sehingga tidak ada gabah yang
tertinggal di malai. Jerami kemudian ditumpuk di tempat yang lain (William 2005).
2.
Komoditas Jagung (Zea
mays)
Penyiangan pertama dilakukan segera
setelah rumput / gulma mulai tumbuh dengan cara pengerjaan tanah secara dangkal
pada tanaman berumur 2 minggu. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman
berumur 3-4 minggu sekaligus dilakukan pembumbunan pada barisan tanaman jagung.
Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul
kecil, garpu, dan lain-lain. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran
tanaman (Gregory 2009).
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak
baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah.
Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai
akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk
mengganti benih yang tidak tumbuh/ mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam
(hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan
sewaktu penanaman (Prabowo 2007).
Cara penyiapan lahan sangat bergantung
pada fisik tanah seperti tekstur tanah. Tanah bertekstur berat perlu pengolahan
yang intensif. Tanah bertekstur ringan sampai sedang dapat disiapkan dengan
teknik olah tanah konservasi seperti olah tanah minimum (OTM) atau tanpa olah
tanah (TOT). Keuntungan penyiapan lahan dengan teknik olah tanah konservasi adalah
dapat memajukan waktu tanam, menghemat tenaga kerja, mengurangi pemakaian bahan
bakar untuk mengolah tanah dengan traktor, mengurangi erosi, dan meningkatkan
kandungan air tanah (FAO 2010).
Stomata pada daun berfungsi untuk
mengatur penguapan air dari tanaman sehingga aliran air dari akar dapat sampai
ke daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman
tidak akan mengalami kekeringan. Jika udara tidak terlalu panas, stomata akan
membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk ke jaringan daun.
Unsur hara yang disemprotkan dengan sendirinya ke permukaan daun juga masuk ke
jaringan daun (Novizan 2005).
Cara tanam jagung agar tanaman dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal yaitu dengan mempertimbangkan beberapa hal
di antaranya kedalaman penempatan benih, populasi tanaman, cara tanam, dan
lebar alur/jarak tanam. Kedalaman penempatan benih bervariasi antara 2,5-5 cm,
bergantung pada kondisi tanah. Pada tanah yang kering, penempatan benih lebih
dalam. Populasi tanaman umumnya bervariasi antara 20.000-200.000 tanaman/ha
(Subandi et al 2004).
3.
Komoditas Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Kebutuhan akan air atau kelembaban
untuk kacang tanah ialah sejak bulan pertama setelah tanam sampai kira-kira 14
hari sebelum panen. Pengairan sebaiknya dilakukan pagi-pagi betul agar pada jam
07.00– 08.00 air telah dapat dikeluarkan lagi dari petakan. Tanaman kacang
tanah tidak tahan dengan genangan air
(Kartasapoetra 2008).
Pembukaan lahan pada intinya merupakan
pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar
pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran
tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang
mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi,
atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit
dijangkau oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami
(Rasyid 2005).
Kacang Tanah biasanya ditanam di lahan
kering pada awal atau akhir musim kemarau, dengan cara tanam tunggal atau
tumpang sari dengan Jagung atau ubi kayu. Budidaya kacang tanah umumnya
menggunakan teknologi sederhana (rendah pupuk dan pestisida). Kondisi daerah
tropika yang lembap dapat memacu tumbuh dan berkembangnya berbagai hama dan
penyakit, termasuk Aspergillus flavus, kapang penghasil mikotoksin yang dikenal
dengan aflatoksin. Aflatoksin, terutama B1 diketahui sangat toksik dan bersifat
karsinogenik, hepatotoksik dan mutagenik bagi manusia, mamalia, dan unggas
(Kasno 2004).
Pemupukan dilakukan dengan dosis Urea
50 kg/ha, Sp-36 100 kg/ha, dan KCL 50 kg/ha. Pupuk diberikan pada umur 10 - 15
hari setelah tanam dengan cara disebarkan dalam larikan antara barisan. Semua
pupuk diberikan sekaligus. Pemupukan bisa juga dilakukan dengan cara disebar
merata keseluruh areal sebelum tanam, asalkan kondisi lahan dalam keadaan
lembab (macak-macak) (Kihara 2008).
Iklim yang cocok untuk kacang tanah yakni curah hujan
antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga
sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar
pertanaman kacang tanah. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah
100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil. Kelembaban udara
berkisar 65-75 %. Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun
dan perkembangan besarnya kacang (Yudi 2007).
C.
Metodologi Praktikum
1.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
acara Budidaya Tanaman Semusim (Jagung) ke Lahan Petani dilaksanakan pada 12
Oktober 2013 di Desa Gedhongan,
Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
2.
Alat dan Bahan
a.
Alat
1)
Alat tulis
2)
Kamera
3)
Logbook
b.
Bahan
Beberapa lokasi pengembangan pertanian dengan berbagai kondisi
3.
Cara kerja
a.
Bahan Tanam
Mahasiswa harus menanyakan bahan tanam
yang digunakan:
1)
Biji atau bibit?
2)
Diperoleh dari mana?
3)
Melakukan pengujian atau tidak sebelum ditanam?
4)
Ada tidak perlakuan yang diberikan untuk bahan tanam sebelum
ditanam/disebar?
5)
Cara menentukan saat penyemaian?
6)
Cara atau acuan menentukan saat pindah tanam?
7)
Cara pindah tanam?
8)
Perlakuan yang diberikan pada bibit saat pindah tanam?
9)
Cara transportasi dari tempat pembibitan sampai lapang?
b.
Pengolahan Tanah
1)
Mengamati cara-cara pengolahan tanah yang dilakukan petani melihat
kondisi topografinya, arah pengolahan tanah, melihat areal secara keseluruhan
kemungkinan adanya perusakan lahan akibat cara pengolahan tanah yang dilakukan
petani.
2)
Melakukan wawancara dengan petani cara pengolahan tanah yang dilakukan
serta alasannya mengapa petani melakukan sistem pengolahan seperti yang
dilakukan, apakah hal itu dilakukan karena bimbingan petugas atau karena hanya
itu yang diketahuinya.
3)
Mengumpulkan data yang meliputi:
a)
Alat yang dipergunakan dalam pengolahan tanah
b)
Berapa kali dilakukan pengolahan tanah.
c)
Macamnya pengolahan tanah yang dilakukan.
d)
Saat mulai pengolahan lahan
e)
Kenapa dilakukan hal seperti itu
f)
Pengolahan tanah kering atau basah
g)
Apa cara-cara tersebut rutin atau ada variasi
h)
Apa alasannya
4)
Mengolah
data yang diperoleh dan membuat laporan dengan memberikan alternatif kemungkinan
perbaikan pengelolaan lahan yang perlu dilakukan dengan alasan-alasannya.
c.
Penanaman
1)
Melakukan pengamatan dilokasi pertanaman yang dikunjungi.
2)
Melakukan interview dengan petani tentang asal-usul bahan tanam/bibit,
cermati bahan tersebut bagai mana baik atau belum.
3)
Membuat laporan, kesimpulan dan usaha perbaikan yang perlu dilakukan.
4)
Mengamati semua pertanaman yang ada, yang diusahakan oleh petani baik
dalam satu hamparan atau dalam satu petakan.
5)
Menanyakan pada petani masalah-masalah yang terkait dengan penggunaan
bahan tanam, baik varietas untuk masing-masing jenis tanaman :
a)
Asal-usul bahan tanamnya (membeli di toko, panenan sendiri, meminta
tetangga, dsb),
b)
Jenis apa,
c)
Mengapa memilih jenis tersebut,
d)
Kelebihan dari jenis yang biasa ditanam maupun jenis lain yang dikenal
petani,
e)
Jumlah/banyaknya bahan tanaman yang dibutuhkan untuk setiap areal,
melakukan uji kualitas bahan tanam atau tidak, dst.
6)
Mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang pola pertanaman yang
dilakukan baik jenis tanaman yang ditanam, alasan memilih pola tanam tersebut,
saat masing-masing tanaman yang ditanam (bersama atau tidak). Pola tanam untuk
setiap musim sama atau beda, dst.
7)
Membuat laporan dari data yang diperoleh, serta perbaikan yang dapat
diberikan untuk memperbaiki cara-cara yang mungkin kurang tepat yang telah
dilakukan oleh petani. Data tersebut meliputi :
a)
Cara tanam (sebar benih langsung, transplanting)
b)
Saat pindah tanam umur berapa
c)
Saat tanam (bulan atau waktu kapan)
d)
Monokultur atau multiple
cropping
e)
Apa saja macam tanaman yang ditaman bersama
f)
Bentuk tanam beberapa tanaman
g)
Jarak tanam
d.
Pemeliharaan
1)
Melakukan pengamatan kondisi pertanaman yang ada pada beberapa lokasi
pertanaman petani.
2)
Melakukan wawancara dengan petani masalah pemeliharaan tanaman yang
dilakukan sejak tanaman mulai ditanam di lapang sampai petani akan melakukan
panen, seperti penyiangan, pemupukan, pengendalian hama penyakit, pemberian
ajir, dst. Yang perlu ditanyakan :
a)
Apa saja yang dilakukan oleh petani dalam melakukan pemeliharaan kebun
dan tanaman
b)
Kapan dilakukan
c)
Cara melakukan
d)
Kriteria yang dipergunakan dalam melakukan tindakan
e)
Alat yang dipergunakan
f)
Bahan yang dipergunakan
g)
Alasan memilih alat dan bahan tersebut
3)
Dari data yang diperoleh buat laporan serta perbaikan kultur teknik
yang mungkin dapat diberikan untuk memperbaiki kultur teknik yang mungkin
kurang tepat yang telah dilakukan oleh petani.
e.
Pemanenan
1)
Melakukan wawancara dengan petani serta kalau tepat panen mengamati
kriteria panen yang dilakukan petani, pengelolaan pasca panen yang dilakukan
petani untuk mempertahankan kualitas produk hasil panen agar produk sampai
dikonsumen kualitasnya masih tetap baik seperti saat panen.
2)
Menanyakan berapa kali pemanenan, cara panen, kriteria yang digunakan,
alasan menggunakan kriteria tersebut, alat yang digunakan dan pengumpulan
sementara hasil panen.
3)
Menanyakan usaha-usaha yang dilakukan dalam memasarkan produknya,
serta kemungkinan menjalin kemitraan, sehingga fruktuasi harga yang diterima
tidak besar baik pada saat panen raya maupun panen sedikit, produknya tetap
mempunyai nilai tinggi dan tidak berfruktuasi.
4)
Mencari data sebanyak mungkin terkait dengan pemasarannya baik harga,
keuntungan, kendala-kendala yang ada, cara-cara petani mengatasi masalah yang
ada terkait dengan pemasaran produknya.
5)
Membuat laporan dan kemungkinan perbaikan sistem yang telah dilakukan
petani.
f.
Pengelolaan Pasca Panen
1)
Mengamati dan menanyakan kepada petani kegiatan apa saja yang
dilakukan dalam pengolahan pasca panen, meliputi:
a)
Penanganan pasca panen yang dilakukan apa saja
b)
Kapan dilakukan
c)
Cara penangan
d)
Alat yang dipergunakan
e)
Penyimpanan
DAFTAR PUSTAKA
Andoko A 2007. Budidaya Padi Secara Organik
Cetakan-I. Jakarta: Penebar Swadaya.
Anugrah IS, Sumedi dan I Putu Wardana 2008. Gagasan dan Implementasi
System of Rice Intensification (SRI) Dalam Kegiatan Budidaya Padi Ekologis
(BPE). Jurnal Analisis Kebijakan
Pertanian, Volume 6 No.1, Maret 2009 : 75-99.
Berkelaar D 2008. Sistem
Intensifikasi Padi (The System of Rice Intensificasion): Sedikit dapat Memberi Lebih
Banyak. http://elsppat.or.id/download/file/SRI-echo%20note.htm. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2013.
Departemen Pertanian 2010. Pedoman
Bercocok Tanam Padi Palawija Sayur-sayuran. Jakarta: Departemen Pertanian Satuan Pengendali BIMAS.
FAO 2010. Conservation Agriculture. http:/www.fao.org Diakses pada tanggal 23 Oktober 2013.
Gregory 2009. Horticulture of Arahis hipogeae. International
Crop Improvement Assosiation.
Betsville.
Kartosapoetra 2008. Cara-Cara Pemeliharaan Tanaman Kacang Tanah. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol XII
(36): 13-18.
Kasno A 2004. Pencegahan
Infeksi Aspergillus flavus Dan
Kontaminasi Aflatoksin Pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea). Jurnal Litbang Pertanian, 23(3).
Kihara 2008. Horticulture
and Fertilizer of Soil. New York: Bookhaven
Symponia in Biologi.
Novizan 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Prabowo 2007. Lembar
Informasi Teknologi Budidaya Pertanian Di Indonesia. Jurnal Penelitian dan
Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram. Vol 1 (9): 42-45.
Rasyid HA 2005. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Saptana dan Ashari 2007.
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha. Jurnal Litbang Pertanian: Vol.26 No 4 :
123-130.
Subandi,
S. Saenong, Bahtiar, I.U. Firmansyah, dan Zubachtirodin 2004. Peranan Penelitian Jagung Dalam Upaya
Mencapai Swasembada Jagung Nasional. Universitas Pertanian Universitas
Andalas. Padang. p. 78-86.
William 2005. Aplication of Green Manure in Horticulture. Journal
of The Science of Food and Agriculture. London: Prentice Hall International Inc.
Yosika 2009. Kacang Tanah
(Arachis hypogeae L.) http://migroplus.com. Diakses pada
tanggal 23 Oktober 2013.
Yudi A 2007. Budidaya
Tanaman Kacang. http://teknis-budidaya.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2013.
II.
PENGAMATAN
BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN
A. Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Perkebunan
merupakan salah satu andalan komoditi ekspor Indonesia, dalam beberapa tahun
kedepan, diperkirakan subsektor industri perkebunan, akan menggeser peran ekonomi makro dari minyak
bumi, yang selama ini menjadi andalan pendapatan negara. Sektor perkebunan
sangat banyak melibatkan masyarakat sebagai pelaku usahatani (agro industri)
dan juga turut serta meningkatkan ekonomi kerakyatan (Suriah 2013).
Perkebunan
ini sering berisi tanaman tahunan. Tanaman tahunan yang sering
dibudidayakan antara lain tanaman kelapa sawit, karet dan kakao. Masing-masing
tanaman tersebut dapat dimanfaatkan hasil dari tanaman tersebut seperti pada
kelapa sawit dpat dimanfaatkan buahnya untuk minyakn kelapa sawit, pada karet
dapat dimanfaatkan getahnya sebagai bahan dasar ban dan kakao dapat
dimanfaatkan bijinya sebagai bahan baku coklat beserta olahan lainnya.
Komoditas-komoditas tersebut memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga
dapat dibudidayakan secara luas.
Kelapa sawit memiliki prospek jangka
panjang yang baik terhadap kemajuan ekonomi khususnya di Indonesia. Kelapa
sawit merupakan salah satu tanaman tahunan yang memiliki banyak fungsi. Sabut
pada tanaman kelapa sawit dapat digunakan sebagai minyak goreng, biji kelapa
sawit dapat diolah menjadi CPO, daun dan pelepah daun dapat diolah menjadi
pakan ternak dan masih banyak lagi.
Tanaman tahunan lainnya adalah Kakao. Prospek tanaman
kakao tidak kalah dengan tanaman tahunan yang lainnya. Biji kakao merupakan
bahan utama dari coklat yang nantinya dapat diolah menjadi berbagai hasil
produksi lainnya. Apalagi olahan dari biji coklat ini sangat diminati oleh
segala segmen pasar, sehingga prospek ke depannya cukup menjanjikan. Kondisi
agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat,
perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif
walaupun lambat yaitu 1,58% per tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan
swasta sama-sama menurun 0,15% per tahun, maka tumpuan pengembangan karet akan
lebih banyak pada perkebunan rakyat.
Luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak
produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan.
Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan.
Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan
peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan dengan
adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditas karet ini di masa depan.
Hal ini perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau
pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman
secara intensif. Berdasarkan
uraian tersebut, perlu diupayakannya pembangunan dalam perkebunan Indonesia
agar diperoleh kemandirian lokal bangsa. Pembelajaran dalam kegiatan praktikum
teknik budidaya tanaman tahunan
(perkebunan) ini, diharapkan mahasiswa-mahasiswa pertanian mampu berperan
sebagai calon penerus bangsa yang kompeten dalam bidangnya.
2. Tujuan
Praktikum
a. Identifikasi
Morfologi Kelapa Sawit
Tujuan dari praktikum identifikasi morfologi kelapa sawit ini
adalah untuk mengetahui bagian-bagian dari tanaman kelapa sawit terutama bagian
atas yang meliputi : batang, daun, bunga, dan buah kelapa sawit.
b. Identifikasi
Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit
Tujuan dari identifikasi defisiensi unsur hara tanaman kelapa
sawit adalah agar mahasiswa terampil melakukan identifikasi keharaan, sehingga
dapat melakukan tindakan secara tepat untuk mengatasi kekurangan hara pada
pertanaman kelapa sawit.
c. Perawatan
Tanaman Kelapa Sawit, Kakao dan Karet
Tujuan dari praktikum perawatan tanaman kelapa sawit, kakao dan
karet ini adalah agar mahasiswa terampil melakukan perawatan kebun tanaman
kakao, karet dan kelapa sawit seperti pengendalian gulma, teknik pemupukan dan
pemangkasan, dll.
B. Tinjauan
Pustaka
1. Kelapa
Sawit
Tanaman kelapa sawit sebagai tanaman tahunan telah
menjadi penting di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan tanaman kelapa sawitmempunyai
banyak manfaat. Pertama sebagai sumber utama untuk makanan manusia, kedua
sebagai pakan ternak dan ketiga untuk pembuatan berbagai produk dalam negeri
seperti kosmetik, sabun dan detergen. Sabut pada tanaman kelapa sawit
dapat digunakan sebagai minyak goreng, biji kelapa sawit dapat diolah menjadi
CPO
(Glastra et al. 2002 dalam Syahrinudin 2005).
Tanaman kelapa sawit tumbuh optimal pada tanah ber pH
4-6, ketinggian 1-400 m dpl, membutuhkan sinar matahari langsung dengan lama
penyinaran 5-7 jam/hari, dengan suhu optimal 28-34˚C, curah hujan optimum
berkisar 2000-3000 mm. Akar kelapa sawit berasal dari pangkal batang dan
terdiri dari 4 jenis akar. Akar primer memiliki diameter 8-10 mm dengan panjang
bisa mencapai 18 m. Akar sekunder memiliki diameter 2-4 mm, dimana berfungsi
sama seperti akar primer sebagai penyerap air. Akar kwartier memiliki diameter
0,7-1,5 mm dengan panjang 5 cm untuk menyerap nutrisi. Akar tersier memiliki
diameter 0,1-0,5 mm dengan panjang sekitar 1-4 mm. Sistem perakaran membentuk
sudut sudut seperti siku-siku terhadap jenis akar berikutnya (Setyamidjaja 2006).
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara
generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah
menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Pada
umumnya bunga jantan dan bunga betina tanaman kelapa sawit terdapat pada satu
pohon akan tetapi pada kasus tertentu didapati yang terpisah. Bunga jantan dan
bunga betina tidak terbentuk secara bersamaan dalam satu pohon dan setiap bunga
berasal dari ketiak daun. Bertambahnya umur tanaman maka jumlah bunga jantan
lebih banyak dibanding dengan bunga betina. Buah kelapa sawit berasal dari
bunga betina (Pendi 2008).
Pemupukan kelapa sawit dilakukan dengan membuat piringan 20 cm dimulai
dari lingkaran luar kanopi masuk ke dalam menuju titik pusat lingkaran batang.
Hal ini dilakukan sebab penyerapan unsur hara yang optimal dilakukan oleh
jaringan akar meristematik yang terletak bi bagian luar lingkaran kanopi. Strategi pemupukan kelapa sawit yang
baik harus mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi yang maksimum.
Pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan 5 komponen, diantaranya adalah jenis
pupuk yang digunakan, dosis pupuk yang
digunakan, penentuan waktu
aplikasi, cara pengaplikasian, kualitas
pupuk
(Pahan 2011 dalam Suriah 2013).
Kelapa
sawit merupakan tanaman C-4 dimana dapat melakukan fotosintesis lebih efisien
pada intensitas cahaya tinggi. Sinar matahari mendorong pertumbuhan vegetatif,
pembentukan bunga dan buah. Pengunaan jarak tanam yang terlalu rapat
menyebabkan terjadinya persaingan dalam memperoleh sinar matahari. Kelapa sawit
yang hidup ditempat terlindung dan kurang cukup mendapat cahaya matahari
pertumbuhanya akan meninggi, tidak normal, jumlah daun sedikit, mengurangi
produksi karbohidrat, bunga dan buah (Wahyu 2011 dalam Suriah 2013).
Produksi
kelapa sawit yang rendah bisa disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi,
maka luapan air akan menggenangi lahan. Tergenangnya bagian perakaran tanaman
dengan sering, memicu tanaman mengalami stres karena tidak mampu bekerja secara
optimal. Proses respirasi akar akan terhambat yang akan mengakibatkan proses
penyerapan hara juga terhambat
(Suriah 2013).
2. Kakao
Kakao (Theobroma
cacao) atau lazim pula disebut tanaman cokelat, adalah penghasil bahan
penyedap (penyegar), seperti halnya kopi dan teh. Kakao merupakan salah satu
tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomi cukup penting sebagai komoditi
ekspor. Namun demikian dalam budidayanya terdapat permasalahan yaitu
produktivitas dan kualitas biji yang masih rendah(Winarsih et al 2003).
Tercatat pada periode 1997-2002 laju
pertumbuhan ekspor kakao Indonesia mencapai 12%, sementara pertumbuhan ekspor
dunia hanya 3,51%. Pada tahun 2002 hingga tahun 2005 ekspor kakao Indonesia
masih berkembang dengan 12,6 %, sementara rata-rata ekspor dunia mencapai 5,6
%. Pertumbuhan permintaan dunia akan kakao antara lain akibat tingginya tingkat
konsumsi dunia akan kakao dan produk olahanya seperti yang terjadi di
negara-negara maju Eropa dan Amerika Serikat serta perkembangan IPTEK dibidang
farmasi/kosmetik yang menyangkut dengan upaya peningkatan derajat kesehatan
konsumen kakao (Barani 2007).
Tanaman
kakao menghendaki keadaan yang terlindung, suhu tidak terlalu tinggi,
kelembaban cukup, dan tidak ada tiupan angin yang kencang. Intensitas sinar
matahari optimal untuk kakao yang sudah berproduksi ialah 50-57% sinar matahari
penuh dan kisaran suhu 23-32˚C. Digunakannya tanaman penaung dalam perkebunan
kakao berfungsi untuk mengatur intensitas penyinaran matahari suhu, kelembaban
udara dalam kebun dan penahan angin. Sedangkan seresahnya dapat menambah
kandungan bahan organik pada tanah, sehingga memperbaiki struktur tanah dan
menekan pertumbuhan gulma (Zakiyyah 2010).
Tanaman
penaung juga dapat mengatur suhu didalam kebun sehingga di lahan yang terbuka
suhu pada siang hari tidak akan terlalu tinggi dan di malam hari juga tidak
terlalu rendah. Pada siang hari tanaman penaung akan menahan sinar matahari
sehingga suhu kebun tidak terlalu tinggi dan di malam hari tanaman penaung akan
menghambat radiasi panas dari bumi ke atmosfer sehingga suhu tidak terlalu
dingin (Susanto 2011). Buah
tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya
dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan
memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu
muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya
berwarna kuning (Anonim 2008).
3. Karet
Tanaman
karet (Hevea brasiliensis [Muell.]
Arg.) di Indonesia merupakan komoditas penting penghasil devisa utama dari
subsektor perkebunan. Keberadaan gulma pada tanaman karet menyebabkan
produktivitas tanaman turun. Apabila gulma pada tanaman karet tidak
dikendalikan maka produksi karet di Indonesia akan turun. Pemberian herbisida
triasulfuron (Logran 75 WG), paraquat (Gramoxone 276 AS), dan kombinasinya
bersifat antagonis terhadap gulma tanaman pakis dan nonpakis pada tanaman karet
menghasilkan dan tidak menimbulkan keracunan tanaman (Pramudya et al. 2005).
Tanaman
karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup
penting. Salah satunya sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga
memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktifitas usahatani karet
terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Hartono 2008).
Persiapan
batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang
mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Diperlukan pembangunan
pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan
tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta
usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan untuk mencapai kondisi tersebut. Bahan
tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata
okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun
produksi atau entres dari kebun entres (Anwar 2006).
Pemungutan
hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan merupakan salah satu
kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini
adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir.
Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit
berkurang (Anonim 2010).
Produksi
lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan
pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen
penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan
tanaman karet pada umur 5 ‐ 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap
antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan
tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah
memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen (Lestari
2001).
C. Metodologi
Praktikum
1. Identifikasi
Morfologi Kelapa Sawit
a. Waktu
dan Tempat Praktikum
1) Hari,
tanggal : Sabtu, 26 Oktober 2013
2) Waktu : 07.30-selesai
3)
Tempat :
Lahan FP UNS Jumantono
b. Alat
dan Bahan
1) Alat
a) Sabit
b) Meteran
c) Alat
tulis
d) Tali
raffia
e) Oven
f) Timbangan
g) Gunting
h) Kertas
buram
2) Bahan
a) Tanaman
kelapa sawit dewasa
b) Pelepah
daun kelapa sawit
c) Bunga
jantan kelapa sawit
d) Bunga
betina kelapa sawit
e) Buah
kelapa sawit
c. Cara
Kerja
1) Identifikasi
batang kelapa sawit
a) Menghitung
jumlah daun kelapa sawit yang ada dari ujung sampai pangkal terbawah.
b) Menentukan
pola filotaksis / pola duduk daun dalam batang tanaman kelapa sawit.
c) Mengukur
panjang satu pelepah daun.
d) Mengukur
diameter batang bagian bawah.
e) Mengukur
tinggi tanaman kelapa sawit secara sumulasi dengan menggunakan prinsip
trigonometri yaitu :
Tan a =
Tinggi batang = y + r
dengan
keterangan : a = sudut dibentuk antara pengamat dan ujung batang sawit.
y
= tinggi batang dari mata pengamat sampai ujung batang sawit.
r
= tinggi batang dari pangkal batang sampai mata pengamat.
x
= jarak antara pengamat dan batang.
2) Identifikasi
daun kelapa sawit
a) Mengambil
satu pelepah daun yang utuh.
b) Mengidentifikasi
bagian-bagian daun kelapa sawit dan menulisnya.
c) Mengukur
panjang pelepah daun (dari ujung pelepah sampai dengan petiole).
d) Mengukur
panjang pelepah total.
e) Menghitung
jumlah daun dalam satu pelepah kemudian mengukur luas daun dan helaian daun
kelapa sawit dengan metode Gravimetri.
Rumus Gravimetri
LD =
keterangan : wr = berat
kertas replika daun
wt = berat kertas total
Lk = luas kertas total
f) Pelepah
daun dibagi menjadi tiga bagian, selanjutnya tiap bagian diambil empat daun
yang berasal dari dua kanan dan dua lainnya dari bagian kiri.
g) Luas
daun yang diambil dihitung dan di rata-rata untuk setiap bagiannya.
h) Mengalikan
rataan luas daun tersebut dengan jumlah helaian pada setiap bagian.
i)
Hasil penghitungan luas daun
masing-masing bagian kemudian dijumlahkan.
j)
Mengukur panjang helaian daun yang
terpanjang.
k) Menggambar
dan member keterangan daun kelapa sawit dan helaian daun beserta tulang
daunnya.
3) Identifikasi
alat reproduksi kelapa sawit
a) Menggambar
bunga jantan dan bunga betina.
b) Menggambar
masing-masing bunga tersebut secara lengkap dengan nama bagian-bagiannya.
c) Menentukan
kemungkinan macam penyerbukan yang mungkin terjadi pada tanaman kelapa sawit.
4) Identifikasi
buah kelapa sawit
a) Mengambil
buah dari tandan buah kelapa sawit yang ada.
b) Mengamati
warna bentuk dan ukuran buah mentah dan matang.
c) Menggambar
buah utuh, penampang yang melintang buah kelapa sawit dan member keterangan
lengkap bagian-bagiannya.
2. Identifikasi
Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit
a. Waktu
dan Tempat Praktikum
1) Hari,
tanggal :
2) Waktu :
3) Tempat :
b. Alat
dan Bahan
1) Alat
a) Pisau
b) Penggaris
c) Alat
tulis
2) Bahan
a) Tanaman
kelapa sawit
c. Cara
Kerja
Identifikasi defisiensi unsur hara pada tanaman secara umum ada
dua (2) cara yaitu :
1) Secara
fisiologis / visual
Identifikasi ini dilakukan dengan pengamatan langsung,
dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut :
a) Perbandingan
warna hijau daun dengan warna hijau yang baku (hijau gelap). Warna daun yang
hijau-gelap merupakan ciri keadaan hara tanaman yang baik. Sementara apabila
warnanya menjadi hijau pucat atau kekuning-kuningan, maka dapat dipastikan
bahwa tanaman tersebut mengalami defisiensi dan atau pengaruh faktor lingkungan
seperti temperatur yang ekstrim, penyebab penyakit, atau kesalahan
penyemprotan.
b) Adanya
tanda dan gejala defisiensi hara
Cara yang paling mudah untuk mendapatkan gambaran adanya gejala
atau tanda defisiensi hara adalah dengan membandingkan daun dengan foto tanaman
yang mengalami defisiensi. Selain itu, dengan melihat tanda atau gejalanya, sebagai
berikut :
i.
Tanda atau gejala deifisiensi muncul
dari daun yang tertua.
ii.
Tanda atau gejala defisiensi muncul dari
daun yang termuda.
iii.
Membandingkan pertumbuhan tanaman dengan
plot tanaman yang tidak mendapat pemupukan (teknik window).
2) Diagnosa
secara kimia
a) Analisis
tanah
b) Analisis
jaringan (daun)
Dilakukan dengan LSU (Leaf Sampling Unit), adapun cara kegiatan
LSU yang biasa dilakukan di perkebunan kelapa sawit sebagai berikut :
i.
Pengambilan sampel daun dilakukan mulai
dari pukul 07.00 – 12.00.
ii.
Pengambilan sampel dimulai dari ujung
sebelah utara – barat blok, dan dimulai dari 10 baris kea rah selatan, kemudian
masuk barisan tersebut, sebagai pokok
sampel 1 dan diberi nomor dengan car berwarna biru (ditulis angka 1) pada pokok
sawit.
iii.
Pokok sampel ke-2 adalah selang 10 pokok
berikutnya dalam satu baris. Apabila pokok yang akan ditetapkan sebagai sampel
ternyata pokok yang tidak normal, maka dapat dilakukan penggantian sampel.
Penggantian sampel dilakukan dengan cara maju atau mundur 3 pokok dari pokok
yang harus diganti.
iv.
Mengambil pelepah daun sebagai sampel
dipilih pelepah ke-17 dari pelepah yang paling muda yang telah membuka
sempurna.
v.
Daun dari pelepah tersebut diambil pada
bagian daun yang terletak pada pertemuan antara bagian runcing dan tumpul dari
pelepah, biasanya terletak agak diujung pelepah. Diambil sebanyak 4 lembar
daun, yang berada di sisi kanan dan sisi kiri 2 daun.
vi.
Daun terpilih tersebut kemudian dipotong
pada bagian tengahnya kira-kira 25cm.
vii.
Untuk sampel ganjil diukur tinggi
tanaman (cm), panjang pelepah (cm), lebar petiole (mm), dan tebal petiole (mm).
Sedangkan untuk sampel genap yang diukur hanya petiole (mm) dan tebal petiole
(mm).
viii.
Sampel daun yang diambil waktu pagi
sebelum jam 12.00 siang, dxan sebelum dikirim ke lab terlebih dahulu dicuci
dengan aquadest dengan cara mengusapnya dengan bantuan kapas. Setelah dicuci
sampel daun segera harus dikirim ke lab pada hari itu juga.
Hal-hal yang tidak
diperbolehkan sewaktu mengambil LSU adalah sebagai berikut :
·
Sampel daun jangan sampai menyentuh tanah.
·
Orang yang mengambil maupun yang
terlibat tidak boleh merokok.
·
Daun sampel jangan sampai
menyentuh/terkena pupuk atau sisa pupuk.
3. Perawatan
Tanaman Kelapa Sawit, Kakao dan Karet
a. Waktu
dan Tempat Praktikum
1) Hari,
tanggal : Sabtu, 26 Oktober 2013
2) Waktu : 07.30-selesai
3) Tempat : Lahan FP UNS Jumantono
b. Alat
dan Bahan
1) Alat
a) Cangkul
b) Sabit
c) Botol
aqua 1,5 L
d) Alas
untuk mencampur pupuk
e) Wadah
2) Bahan
a) Tanaman
Kelapa Sawit
b) Tanaman
Kakao
c) Tanaman
Karet
d) Pupuk
urea
e) Pupuk
SP-36
f) KCL
c. Cara
Kerja
1) Tanaman
Kelapa Sawit
a) Membersihkan
gulma disekitar tanaman.
b) Membuat
piringan, dengan lebar piringan pertama berjari-jari 50 cm dan lebar piringan
kedua sebesar 75 cm.
c) Menggali
tanah pada jarak 50 cm dan 75 cm kemudian di beri pupuk sesuai perlakuan,
kemudian menutup pupuk dengan tanah kembali kemudia menyirami tanaman dengan
air secukupnya.
Tabel
2.1 Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Dosis yang Diberikan
Jenis Pupuk
|
|
Dosis (g/pohon)
|
|
|
Rendah
|
Anjuran
|
Tinggi
|
N (ZA)
|
250
|
350
|
350
|
P (SP-36)
|
150
|
200
|
250
|
K (KCL)
|
150
|
200
|
250
|
sumber : Buku Praktikum
2) Tanaman
Karet
a) Membersihkan
gulma disekitar tanaman.
b) Membuat
piringan, dengan lebar piringan pertama berjari-jari 50 cm dan lebar piringan
kedua sebesar 75 cm.
c) Menggali
tanah pada jarak 50 cm dan 75 cm kemudian di beri pupuk sesuai perlakuan,
kemudian menutup pupuk dengan tanah kembali kemudia menyirami tanaman dengan
air secukupnya.
Tabel
Dosis Pemupukan Tanaman Karet Berdasarkan Dosis yang Diberikan
Jenis Pupuk
|
|
Dosis (g/pohon)
|
|
|
Rendah
|
Anjuran
|
Tinggi
|
N (Urea0
|
150
|
200
|
250
|
P (SP-36)
|
100
|
150
|
200
|
K (KCL)
|
50
|
75
|
100
|
sumber : Buku Praktikum
3) Tanaman
Kakao
a) Membersihkan
gulma disekitar tanaman.
b) Membuat
piringan, dengan lebar piringan pertama berjari-jari 50 cm dan lebar piringan
kedua sebesar 75 cm.
c) Menggali
tanah pada jarak 50 cm dan 75 cm kemudian di beri pupuk sesuai perlakuan,
kemudian menutup pupuk dengan tanah kembali kemudia menyirami tanaman dengan
air secukupnya.
Tabel
Dosis Pemupukan Tanaman Kakao Berdasarkan Dosis yang Diberikan
Jenis Pupuk
|
|
Dosis (g/pohon)
|
|
|
Rendah
|
Anjuran
|
Tinggi
|
N (Urea)
|
100
|
125
|
150
|
P (SP-36)
|
75
|
100
|
125
|
K (KCL)
|
50
|
75
|
100
|
sumber : Buku Praktikum
D. Hasil
Pengamatan dan Pembahasan
1. Identifikasi
Morfologi Kelapa Sawit
a. Hasil
Pengamatan
a. Identifikasi
Batang Kelapa Sawit
Tabel 2.1.1 Identifikasi Batang Kelapa Sawit
No.
|
Keterangan
|
Hasil
|
1.
|
Jumlah Daun
|
115 helai
|
2.
|
Panjang Pelepah
|
359 cm
|
3.
|
Diameter Batang Bawah
|
51,59 cm
|
4.
|
Tinggi Tanaman
|
510 cm
|
|
|
Gambar 2.1.1 Filotaksis Daun Kelapa Sawit a. Diagram
Lingkaran, b. Diagram Batang
b. Identifikasi
Daun Kelapa Sawit
Tabel 2.1.2 Identifikasi Daun Kelapa Sawit
No.
|
Keterangan
|
Hasil
|
1.
|
Panjang pelepah daun
tanpa petiole
|
300 cm
|
2.
|
Panjang pelepah daun
dengan petiole
|
359 cm
|
3.
|
Luas daun
|
129.45 cm
|
4.
|
Panjang helaian daun
terpanjang
|
71.4 cm
|
Sumber: Logbook
Penghitungan Luas daun dengan menggunakan metode
gravimetri :
Diketahui : Tabel
2.1.2 Hasil Pengukuran Berat Replika Daun
Berat
Bagian
|
Daun
A
|
Daun
B
|
Daun
C
|
Kanan
ke-1
|
0.37
gr
|
1.09
gr
|
0.48
gr
|
Kanan
ke-2
|
0.40
gr
|
1.04
gr
|
0.51
gr
|
Kiri
ke-1
|
0.40
gr
|
0.86
gr
|
0.51
gr
|
Kiri
ke-2
|
0.49
gr
|
0.78
gr
|
0.58
gr
|
Sumber: Logbook
Keterangan : Berat total kertas : 3.43 gr
Luas Kertas Total : 709.5 cm2
Jawaban : Luas Daun (LD) =
Keterangan : Wr : berat replika daun
Wt : berat total kertas
LK : luas total kertas
LDA kanan ke-1 = cm2
LDA kanan ke-2 = cm2
LDB kanan ke-1 = cm2
LDB kanan ke-2 = cm2
LDC kanan ke-1 = cm2
LDC kanan ke-1 = cm2
LDA kiri ke-1 = cm2
LDA kiri ke-2 = cm2
LDB kiri ke-1 = cm2
LDB kiri ke-2 = cm2
LDC kiri ke-1 = cm2
LDC kiri ke-2 = cm2
LD rata-rata A = cm2
LD rata-rata B = cm2
LD rata-rata C = cm2
LD Total = cm2
Gambar 2.1.1 Bagian-bagian daun kelapa sawit
Keterangan :
(1) : Irisan melintang rachis
(2) : Irisan melintang petiole
(3) : Irisan melintang pada daun yang
memperlihatkan leaf let
(4) Diagram daun kelapa sawit
(5) Bagian tengah rachis dari bawah
(6) Titik tumbuh daun
AB : Permukaan adaksial sebelah bawah
AD : Permukaan adaksial sebelah atas
LF : Permukaan samping
SP : Duri tipe pertama
RA : rachis
PE : Petiole
VL : Leaflet vestigial (duri tip eke-2)
TL : Sepasang kaplet bagian ujung
LB : Bagian dasar daun
FL : Daun hijau yang sebenarnya
SH : Seludang daun yang sydah membungkus
titik tumbuh daun
BS : Basal
swelling (bagian bawah rachis yang melengkung)
LR : Leaflet yang menyudut ke bawah
c. Identifikasi
Alat Reproduksi Kelapa Sawit
Gambar 2.1.2 Identifikasi bunga kelapa
sawit
d. Identifkasi
Buah Kelapa Sawit
Gambar 2.1.3 Identifikasi buah kelapa
sawit
Keterangan : 1.
Pelindung : Kulit buah berwarna kemerahan dan
licin
2. Mesokarp :
Serabut buah (mengandung banyak minyak)
3. Embrio : Akal bakal individu sawit baru
4. Endokarp : Cangkang pelindung inti
2) Pembahasan
Kingdom:
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi:
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas:
Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub
Kelas: Arecidae
Ordo:
Arecales
Famili:
Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus:
Elaeis
Spesies:
Elaeis guineensis Jacq.
Daun
kelapa sawit tersusun majemuk menyirip genap dan bertulang sejajar. Pertumbuhan daun dibentuk di dekat titik
tumbuh dan membentuk sudut 135˚, pelepah yang diamati memiliki panjang 359 cm,
jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 115 helai. Jumlah pelepah,
panjang pelepah dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Semakin tua
jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Daun muda yang masih kuncup berwarna
kuning pucat, sedangkan daun tua berwarna hijau tua dan segar. Tanaman kelapa
sawit tua membentuk 2-3 pelepah daun setiap bulannya, sedangkan tanaman muda
menghasilkan 4-5 daun setiap bulannya. Produksi daun per-bulan dipengaruhi oleh
faktor umur, lingkungan genetik, dan iklim. Daun berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesis dan alat respirasi. Semakin lama proses
fotosintesis berlangsung semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga
produksi akan meningkat. Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat
produktivitas tanaman.
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, batang tidak memiliki
kambium dan umumnya tidak bercabang, batang tegak lurus dan tidak bercabang
dengan diameter batang 51.59 cm. Pada umur 25 tahun tinggi batang dapat
mencapai 13-18 m, tetapi dalam pengamatan tinggi batang sebesar 5.10. Tinggi
maksimum batang yang ditanam di perkebunan sekitar 15-18 m sedangkan pohon yang
ada di alam mencapai 30 m. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta
menyimpan dan mengangkut bahan makanan
Luas permukaan daun sangat berpengaruh terhadap produktivitas
hasil tanaman. Semakin luas permukaan daun maka produktivitas hasil tanaman
akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena proses fotosintesis akan berjalan
dengan baik pada jumlah daun yang banyak, namun luas permukaan daun yang
melebihi titik optimal justru dapat menyebabkan laju transpirasi tanaman
tinggi, pemborosan fotosintat untuk pertumbuhan vegetatif daun, dan penurunan
produktivitas hasil tanaman (Anonim 2013).
Bunga kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga betina
yang berada pada satu pohon. Bunga keluar dari ketiak pelepah bagi pangkal yang
bersatu dengan batang. Bunga akan mulai keluar pada umur lebih kurang 14-18
bulan setelah tanam. Pada mulanya yang keluar adalah bunga jantan yang kemudian
disusul dengan bunga betina, namun terkadang ditemui bunga banci yaitu bunga
jantan dan bunga betina yang berada pada satu rangkaian. Pada pengamatan bunga
yang terdapat pada kelapa sawit adalah, bunga betina berjumlah 2 dan bunga
jantan berjumlah 5.
Pada umunya jenis yang ditanam diindonesia adalah jenis
varietas nigrerces dengan warna buah ungu kehitaman saat mentah/buah muda. Buah
akan matang 5-6 bulan setelah penyerbukan dengan warna kuliat buah berubah
menjadi orange kemerahan. Buah tersusun atas biji-biji yang disebut sebagai
brondolan yang melekat pada janjangan yang dalam istilah perkebunannya sering
disebut dengan Tandan Buah Segar atau disingkat TBS. Dalam 1 tandan ada
600-2000 biji/brondolan,dengan berat perbiji 13-30 gram.
Gambar 2.1.4 Bunga
jantan kelapa sawit
Gambar 2.1.5 Buah
kelapa sawit
Gambar 2.1.6 Bunga
betina kelapa sawit
Gambar 2.1.7 Tanaman
kelapa sawit
2. Identifikasi
Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit
a. Hasil
Pengamatan
Tabel 2.2.1
Identifikasi Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit
No.
|
Tanggal
|
Defisiensi
|
Ciri-ciri
|
1.
|
28-09-2013
|
K
N
|
Klorosis pada bagian
samping daun
Klorosis pada daun
tua, dan akhirnya berwarna kecoklatan.
|
2.
|
21-10-2013
|
-
|
Tidak ada defisiensi
unsur hara (tanaman tampak sehat)
|
3.
|
09-11-2013
|
-
|
Tidak ada defisiensi unsur
hara (tanaman tampak sehat)
|
4.
|
30-11-2013
|
K
|
Ujung daun mengering
|
Sumber: Logbook
b. Pembahasan
Gejala
kekurangan unsur hara pada kelapa sawit umumnya adalah unsur hara: nitrogen,
kalium, magnesium, phosfat dan boron. Kelima unsur hara ini merupakan unsur
hara yang paling dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit. Kekurangan
unsur hara nitrogen yang biasanya nitrogen terdapat dalam pupuk urea atau Za, gejala
kekurangan unsur hara nitrogen dapat di lihat pada daun muda dengan gejala daun
yang pucat dan kalau siang hari seperti transparan.
Kalium terdapat dalam pupuk MOP dan KCL. gejala kekurangan unsur hara kalium
adalah daun tua yang kelihatan bintik - bintik merah seperti orang panuan dan
kalau gejala sudah berat maka bercak tersebut akan membesar dan merata pada
daun kelapa sawit.
Gambar 2.1.8 Tanaman
kelapa sawit kekurangan unsur hara nitrogen
Gambar 2.1.9 Tanaman
kelapa sawit kekurangan unsur Kalium
3. Perawatan
Tanaman Kelapa Sawit, Kakao dan Karet
a. Hasil
Pengamatan
Tabel 2.3.1 Hasil Pengamatan Perawatan Tanaman Kelapa
Sawit dengan Berbagai Dosis Pemupukan
Kel.
Besar
|
Dosis
Pupuk
|
Pengamatan
|
Hasil
Pengamatan
|
|
Keliling
(cm)
|
Keterangan
|
|||
1
|
Rendah
|
Awal Pengamatan
|
-
|
-
|
I
|
225
|
Terdapat bunga jantan 2, dengan bunga betina
baru 1
|
||
II
|
230
|
Bunga jantan 3, dan tidak ada penyakit
|
||
III
|
235
|
Bunga jantan dua, tidak ada penyakit dan ham
|
||
2
|
Awal Pengamatan
|
190
|
Tidak ditemukan adnya tunas baru pada
tanaman, daunnya berwarna hijau tua, hijau kekuningan dan terdapat pula daun
yang bercak kuning. Tidak ditemukan hama dan penyakit lainnnya.
|
|
I
|
190
|
Terdapat tunas baru yang tumbuh, daun
berwarna hijau gelap dan terdapat daun yang berlubang atau sobek serta bercak
kuning karena serangan hama dan penyakit.
|
||
II
|
221
|
Bunga jantan dan bunga betina tetap.
|
||
III
|
225
|
Tidak tumbuh tunas atau daun baru, terdapat
daun sobek karena seranagn kumbang badak. Bunga jantan dan bunga betina
tetap.
|
||
3
|
Awal Pengamatan
|
124
|
Daun kekuningan sobek mengering
|
|
I
|
125
|
Daun hijau kekuningan ada yang patah
|
||
II
|
125
|
Daun hijau kecokelatan ada yang patah
|
||
III
|
131
|
Daun hijau kekuningan
|
||
4
|
Awal Pengamatan
|
220
|
Tidak ada hama, bunga jantan 11 bunga betina 4, daun tidak
berlubang dan tidak ada gejala defisiensi
|
|
I
|
224
|
Tumbuh tunas baru, tunas muda berwarna
hijau, daunya hijau, bunga betina bertambah menjadi 5
|
||
II
|
250
|
Tidak ada tunas baru, muncul bercak merah
pada daun, bagian pangkal daun sobek, bunga jantan 5 , bunga betina 6
|
||
III
|
274
|
Ada tunas baru 1, terjadi karat daun, ada
bekas gigitan belalang, jumlah pelepah daun 20
|
||
5
|
Awal Pengamatan
|
225
|
Daun berwarna hijau gelap, menandakan
tanaman baik, namun terdapat beberapa daun yang mengalami bercak kuning
pertanda mengalami defisiensi k dan pada daun muda menjadi hijau
kekuning-kuningan pertanda defisiensi S
|
|
I
|
225
|
Sama dengan pengamatan pertama
|
||
II
|
225
|
Volume buah bertanbah besar, daun berwarna
hijau namaun banyak daun yang berlubang karena dimakan belalang dan terdapat
bercak kuning seperti karat.
|
||
III
|
256
|
Daun pada umumnya baik namun pada daun
terdapat bercak kuning seperti karat. Pada tulang daun ada beberapa bercak
kuning. Buah makin tumbuh besar. Mengalami
|
||
6
|
Tinggi
|
Awal Pengamatan
|
208
|
Alat reproduksi jantan terkena jamur putih,
dalam 1 pohon hanya terdapat alat reproduksi jantan saja, daun hijau,
dan tidak ada alat reproduksi betina
|
I
|
221
|
Alat reproduksi hanya berupa bunga jantan
saja, terdapat 1 daun yang mekar, tinggi pohon kelapa sawit 3,5 m, terdapat
gejala kekurangan unsur Mg karena banyak tulang daun yang kering sementara
daunnya masih hijau
|
||
II
|
222
|
Kelapa sawit hanya memiliki bunga jantan
saja. Daun sawit yang baru mekar berjumlah 5. Daun berwarna hijau segar,
kebutuhan akan unsur hara terpenuhi, tinggi kelapa sawit saat pengamatan
yaitu 8,7 m
|
||
III
|
231,5
|
Terdaoat 2 batang yang patah karena
terjangan hujan. Daun yang mekar berjumlah 4. Tinggi kelapa sawit 4,2 m,
warna daun hijau segar
|
||
7
|
Awal Pengamatan
|
198
|
Ada tunas baru, terdapat pertumbuhan tunas
muda, daun berwarna hijau tua, dan bagian daun yang sudah tua mengalami
klorosis, terdapat defisiensi unsure hara N, tidak ada hama dan penyakit
|
|
I
|
199
|
daun berwarna kuning, ada pertumbuhan tunas
baru
|
||
II
|
204
|
Daun menghijau dana ada daun baru
|
||
III
|
220
|
Pada daun ada bercak warna merah
|
||
8
|
Awal Pengamatan
|
209
|
Chlorosis
|
|
I
|
210
|
Chlorosis
|
||
II
|
240
|
Buah busuk dan
Lepas dari tandan,
Bunga jantan busuk,
|
||
III
|
242
|
Buah busuk dan
Lepas dari tandan,
Bunga jantan busuk,
|
||
9
|
Awal Pengamatan
|
162
|
Daun ada yang jarang-jarang, daun hijau muda
|
|
I
|
165
|
Terdapat hama semut
|
||
II
|
165
|
Jumlha pelepah: 29
Pj pelepah: 397 cm
t = 5,31 m
|
||
III
|
175
|
Jumlah pelepah: 31
Pj pelepah: 399 cm
Jumlah bunga jantan: 5
Jumlah bunga betina: 2
Jumlah buah: 2
t = 5,3 m
|
||
10
|
Awal Pengamatan
|
242
|
Daun sobek berlubang
Warna daun tua agak terang
Terdapat gulma berupa rumput
Hama kumbang
Defisiensi unsur N karena nampak daun
klorosis
|
|
I
|
|
|
||
II
|
300
|
Buah berjumlah 9
Terdapat hama rayap, belalang, kutu
|
||
III
|
310
|
Warna daun hijau pekat
Terdapat hama belalang dan kutu putih
Bunga jantan 7 buah
Bunga betina 9 buah
|
||
11
|
Anjuran
|
Awal Pengamatan
|
|
|
I
|
220
|
Tumbuh tunas baru
|
||
II
|
235
|
Muncul bercak-bercak kuning
|
||
III
|
268
|
Terdapat bercak-bercak kuning, beberapa daun
robek di bagian pinggir dan terdapat lubang
|
||
12
|
Awal Pengamatan
|
216
|
Terdapat tunas daun yang masih tumbuh, daun
berwarna hijau tua, terdapat bunga jantan dan betina, dosis pemupukan tinggi.
|
|
I
|
218
|
Tunas daun masih terlihat ada yang tumbuh,
daun berwarna agak terang, terdapat bunga jantan dan betina.
|
||
II
|
220
|
Daun berwarna hijau dan ada beberapa
berwarna coklat, bunga jantan 3 dan bunga betina 9, daun baru muncul dan
keliling batang bertambah.
|
||
III
|
225
|
Daun dominan hijau tua, bunga betina 12 dan
jantan 2, terdapat buah yang yang berwarna merah, pada daun terdapat walang
sangit dengan jumlah yang banyak.
|
||
13
|
Awal Pengamatan
|
241
|
Ada tunas baru.
Pohon belum bebuah.
Hamanya yaitu belalang
|
|
I
|
257
|
Ada tunas baru.
Hama yang ada yaitu belalang.
Muncul daun-daun tua.
Belum muncul bunga.
Gejala defisiensi unsur Mg dan mulai hilang.
|
||
II
|
257
|
Ada pertumbuhan tunas baru
Dijumpai hama belalang
Banyak muncul daun tua
Defisiensi unsur hara K dan Mg mulai hilang
|
||
III
|
304
|
Ada tunas baru.
Terjadi defisiensi unsur hara K dan Mg.
Sudah muncul bunga jantan dan betina.
|
||
14
|
Awal Pengamatan
|
218
|
tidak ditemukan tunas baru, daun hijau
|
|
I
|
219
|
Bunga jantan dan betina terlihatjelas, belum
ada tunas baru, daun hijau dan
keliling batang bertambah.
|
||
II
|
219
|
Terdapat daun yang patah, tidak ada tunas
baru, terdapat gulma berupa rumput, tidakterdapat hama, bunga jantan dan
bunga betina mati
|
||
III
|
219
|
Daun berwarna hijau terdapat karat daun
(bintik kuning), terdapat pelepah daun yang patah dan mongering, terdapat
gulma berupa rumput-rumputan, tidak terdapat hama, sebagian besar bunga
jantan kering dan ada yang baru muncul, tidak terdapat tunas baru.
|
||
15
|
Awal Pengamatan
|
246
|
Tidak terdapat tunas baru
Terjadi defisiensi unsur hara dengan tanda
daun menguning
|
|
I
|
268
|
Terdapat tunas baru
Sudah mulai berbunga
Belum berbuah
Daun mulai rontok
Tanda serangan Hama berupa daun berlubang,
kecoklatan dan mongering
Terjadi defisiansi unsur hara dengan gejala
daun menguning
|
||
II
|
300
|
Tinggi tanaman bertambah
Terdapat tunas baru
Sebagian tepian daun berwarna kuning
Bunga jantan dan betina bertambah
Buah bertambah besar
|
||
III
|
315
|
Terdapat jamur pada bunga betina dan
sela-sela pelepah daun
Terjadi defisiensi unsur hara
Terjadi serangan hama berupa rayap pada
bunga betina
Terdapat tunas baru
|
Sumber: Data Rekapan
Tabel 2.3.2 Hasil
Pengamatan Perawatan Tanaman Kakao dengan Berbagai Dosis Pemupukan
Kel.
Besar
|
Dosis
Pupuk
|
Pengamatan
|
Hasil
Pengamatan
|
|
Keliling
(cm)
|
Keterangan
|
|||
1
|
Anjuran
|
Awal Pengamatan
|
|
|
I
|
50
|
Tinggi tanaman tiga meter
|
||
II
|
51,5
|
Tinggi tanaman 3,5 m dan ada hama belalang.
|
||
III
|
56
|
Tinggi 3,6 dengan hama belalang
|
||
2
|
Awal Pengamatan
|
41
|
terdapat bercak hitam pada buah. Hal
tersebut dikarenakan serangan hama lalat buah. Selain itu terdapat ulat yang
menyerang tanaman terutama pada bagian daun, sehingga banyak daun berlubang,
tanaman layu dan berguguran daunnya.
|
|
I
|
41
|
Tumbuh tunas baru pada tanaman, daun tertua
menguning karena defisiensi unsur hara yang diakibatkan pada pemupukan yang
tidak optimal.
|
||
II
|
41
|
Tumbuh tunas atau daun baru, terdapat 4 buah
kakao. Terdapat daun yang sobek karena serangan hama.
|
||
III
|
41
|
Tidak tumbuh tunas atau daun baru. Ada daun
sobek karena terserang hama. Ada daun kering karena nekrosis.
|
||
3
|
Awal Pengamatan
|
40
|
Daun kecoklatan berlubang kering
|
|
I
|
40
|
Daun kecoklatan berlubang kering
|
||
II
|
42
|
Daun hijau kecoklatan
|
||
III
|
43
|
Daun hijau kecoklatan
|
||
4
|
Awal Pengamatan
|
34
|
Ada hama laba laba, daun keriting dan sobek
|
|
I
|
34,6
|
Tidak ada tunas baru, daun mengalami
nekrosis, semut dibagian batang bawah
|
||
II
|
35
|
Muncul tunas baru, nekrosis, berbuah tetapi
terserang hama, berbunga, terdapat predator alami ( laba laba)
|
||
III
|
35
|
Terdapat 2 buah, tidak ada tunas baru, ada
daun yang terken nekrosis, terdapat semut di permukaan bawah batang
|
||
5
|
Awal Pengamatan
|
55
|
Pada buah terdapat bercak hitam yang banyak
akibat serangan lalat buah. Tunas lateral dan apical jarang ditemui. Banyak
daun berlubang dimakan ulat. Warna daun tidak bagus banyak yang layu,
warnanya hijau
|
|
I
|
55
|
Banyak daun yang gugur, kuncup tidak ada
|
||
II
|
52
|
Daun semakin sedikit, tetapi banyak daun
muda yang bermunculan. Banyak daun yang rusak dimakan ulat. Daun tua berwarna
hijau dan daun muda berwarna hijau muda kemerahan. Daun tua banyak yang gugur
dikarenakan hujan dan angin. Tunas lateral dan apical banyak yang tumbuh.
Buahnya hilang. Banyak ditemukan belalang disekitar tanaman. Terlihat tanda
klorosis karena warna daun pucat
|
||
III
|
53
|
Daun semakin banyak yang hijau, terdapat
banyak tunas baru. Banyak daun ang sobek dari tepi yang disebabkan oleh
belalang dan lubang dari tengah disebabkan oleh ulat. Banyak muncul calon
bunga di percabangan utama. Tanaman tampak baik
|
||
6
|
Rendah
|
Awal Pengamatan
|
33,3
|
Terdapat 4 buah kakao: 2 buah berwarna hijau
ada titik hitam, 1 buah berwarna hijau kekuningan, 1 buah berwarna kuning
besar, berbentuk lonjong, daunnya berwarna hijau dan kuning, tidak terdapat
bunga
|
I
|
67
|
Banyak daun yang berwarna kuning hingga
coklat dan ada juga yang kering/mati. Terdapat 1 buah kakao yang kecil
berwarna hijau jumlah daun berkurang dari pengamatan awal.
|
||
II
|
68
|
Daun banyak yang tumbuh berwarna hijau
segar, daun kakao berwarna hijau segar, terdapat 1 buah yang kecil dan
berkerut.
|
||
III
|
71
|
Terdapat 1 buah kakao berukuran kecil. Daun
semakin lebat dan berwarna hijau. Daun banyak yang berlubang. Banyak bunga
yang rontok
|
||
7
|
Awal Pengamatan
|
65
|
Ada tunas baru, terdapat pertumbuhan tunas
muda, daun berwarna hijau normal, tidak ada gejala defisiensi unsure hara.
Hama yang menyerang adalah belalang, ulat api, kutu, bekicot.
|
|
I
|
68
|
Daun berguguran
|
||
II
|
71
|
Daun berguguran dan tumbuh gulma
|
||
III
|
72
|
Muncul bunga dan buah
|
||
8
|
Awal Pengamatan
|
29
|
Chlorosis
Daun kekuningan dan gugur, ada buah
|
|
I
|
29
|
Chlorosis
Daun kekuningan dan gugur, ada buah
|
||
II
|
29
|
Chlorosis,
Terdapat Tunas baru
Daun kekuningan, muncul bunga, muncul tunas baru, buah menghilang,
terdapat daun yang gugur.
|
||
III
|
31
|
Chlorosis,
Daun kekuningan, muncul bunga, muncul tunas
baru, terdapat banyak daun yang gugur.
Terdapat Tunas baru
|
||
9
|
Awal Pengamatan
|
31
|
Daun sobek, berlubang, kering menguning. Ada
hama lalat buah
|
|
I
|
35
|
Daun sobek, menguning, hama semut
|
||
II
|
35
|
Jumlah buah: 3
Hama: ulat
t = 2,78 m
|
||
III
|
37
|
t = 2,8 m
Jumlahbuah: 3
|
||
10
|
Awal Pengamatan
|
|
|
|
I
|
20
|
Terdapat tunas
Belum ada pertumbuhan tunas muda
Bunga tumbuh pada sekitar batang
Buah terkena hama kutu putih
Banyak terdapat semut yang mengerubungi buah
|
||
II
|
50
|
Keliling 50 cm
Jumlah buah 6
Hama: kutu putih, benggerek buah kakao
Gejala klorosis
Bintik kecoklatan pada buah
Bakal bauh pada batang
|
||
III
|
50
|
Jumlah buah 3
Hama: kutu putih, penggerek buah kakao
Bakal bauh dipermukaan batang
|
||
11
|
Tinggi
|
Awal Pengamatan
|
|
|
I
|
|
daun banyak berkurang
terdapat tunas air
muncul bakal bunga
muncul tunas baru
|
||
II
|
24
|
muncul daun-daun muda
tinggi ± 3,2 m
|
||
III
|
26
|
banyak daun muda yang berlubang dan terdapat
robek pada bagian pinggir seperti digigit
bakal bunga tidak berkembang bahkan sebagian
hilang
tinggi ± 3,5 m
|
||
12
|
Awal Pengamatan
|
24
|
Terdapat tunas daun masih tumbuh, daun
berwarna hijau, ada yang berwarna kuning dan coklat, jumlah tajuk banyak,
cabang yang tidak produktif banyak, terdapat hama seperti ulat dan belalang.
|
|
I
|
24,1
|
Terdapat tunas daun yang masih tumbuh,
jumlah daun bertambah.
|
||
II
|
24,3
|
Daun berwarna hijau tua da nada beberapa
yang kuning kecoklatan, muncul daun baru, beberapa daun terlihat berlubang
akibat hama.
|
||
III
|
30
|
Banyak muncul daun baru, warna daun dominan
hijau muda, terdapat 1 buah, ada daun yang sobek dan berlubang.
|
||
13
|
Awal Pengamatan
|
27
|
Tidak ada pertumbuhan tunas.
Daun berlubang karena hama ulat.
Daun terlihat seperti terbakar karena
defisiensi unsur hara.
|
|
I
|
27,3
|
Daun banyak yang berguguran.
Ada tunas baru di dahan bagian atas.
Daun berlubang karena serangan hama.
|
||
II
|
39
|
Banyak muncul daun baru berwarna coklat.
Banyak daun berlubang karena hama ulat.
|
||
III
|
39
|
Daun banyak yang sobek dan berlubang karena
serangan hama belalang.
Hampir semua daun masih terlihat hijau.
Tidak terlihat adanya defisiensi unsur hara.
|
||
14
|
Awal Pengamatan
|
30
|
Pemupukan dilakukan dengan dosisi tinggi,
terdapat buah baru, namun ada hama berupa ‘putih-putih pada cambium batang’,
daunnnya banyak yang menguning, daun juga banyak yang berlubang dan
‘putih-putih’. Pada saat pencangkulan terdapat uret.
|
|
I
|
30,5
|
Buah menguning dan timbul bercak-bercak,
daun lebih seikit karena mengalami meranggas, bercak daun makin banyak,
terdapat gulma berupa rumput, keliling batang bertambah.
|
||
II
|
30,5
|
Mulai muncul tunas bunga yang cukup banyak,
daun
|
||
III
|
31
|
Buah busuk, daun terserang ulat: berlubang:
juga bekas gigitan pada tepi, daun nekrosisi Nampak menguning, muncul tunas
baru
|
||
15
|
Awal Pengamatan
|
18
|
Tidak terdapat tunas baru
Hama berupa belalang dan walang sangit
Terdapat gulma
Belum muncul bunga dan buah
Tidak terjadi defisiensi unsur hara
|
|
I
|
20
|
Terdapat tunas baru
Sudah mulai berbunga
Belum berbuah
Daun mulai rontok
Tanda serangan Hama berupa daun berlubang,
kecoklatan dan mongering
Terjadi defisiansi unsur hara dengan gejala
daun menguning
|
||
II
|
26
|
Terdapat tunas baru
Terjadi serangan hama dengan gejala daun
berlubang dan mongering
Bunga mulai berkembang
Belum berbuah
|
||
III
|
29
|
Belum berbuah
Bunga berupa kuncup
Tidak terjadi defisiensi unsur hara
Tanda serangan hama daun berlubang dan
mengering
|
Sumber: Data Rekapan
Tabel 2.3.3 Hasil
Pengamatan Perawatan Tanaman Karet dengan Berbagai Dosis Pemupukan
Kel.
Besar
|
Dosis
Pupuk
|
Pengamatan
|
Hasil
Pengamatan
|
|
Keliling
(cm)
|
Keterangan
|
|||
1
|
Tinggi
|
Awal Pengamatan
|
|
|
I
|
22,5
|
Tinngi 7 meter dengan jumlah batang 11
|
||
II
|
23
|
Tinggi 7,5 m, dengan jumlah batang 12
|
||
III
|
24
|
Tinggi 8,5 meter dengan jumlah batang 18
|
||
2
|
Awal Pengamatan
|
26
|
ada tunas baru, kuncup daun berwarna merah.
Daun sebagian menguning karena defisiensi unsur hara.
|
|
I
|
26
|
Tumbuh tunas atau daun baru, daun yang tua
menguning.
|
||
II
|
26
|
Muncul daun baru, daun yang tua
menguningkarena defisiensi unsur hara.
|
||
III
|
26
|
Tidak ada daun baru atau tidak muncul tunas,
ada daun sobek karena hama, ada daun berwarna kekuningan karena klorosis.
|
||
3
|
Awal Pengamatan
|
16
|
Bercak-bercak cokelat
|
|
I
|
16
|
Bercak-bercak cokelat
|
||
II
|
17,2
|
Hijau bercak-bercak cokelat
|
||
III
|
17,7
|
Hijau bercak-bercak cokelat
|
||
4
|
Awal Pengamatan
|
30
|
Tidak ada hama
|
|
I
|
30,5
|
Tidak ada tunas, daunya segar, tidak
terlihat hama
|
||
II
|
31
|
Tidak ada gejala defisiensi unsure hara,
daun berwarna hijau tua, ada bercak pada daun, berbuah
|
||
III
|
31
|
Terdapat buah, muncul tunas baru berwarna
coklat kemerahan, buahnya banyak dan berwarna hijau, jumlah percabangan 12
|
||
5
|
Awal Pengamatan
|
23
|
Kuncup daun sudah mekar.kebanyakan daunnya
sudah tua. Sekitar 10% daun merah. Pada daun tua sebagian menguning gejala
defisiensi N
|
|
I
|
29
|
Sekitar 60% daun berwarna hijau, 40%
berwarna kuning
|
||
II
|
29
|
Terdapat sedikit daun tua dikarenakan gugur,
banyak daun muda yang bermunculan. Tunas apical banyak yang tumbuh. Daun tua
berwarna hijau, banyak daun muda berwarna hijau muda kecoklatan. Bnyak hama
belalang. Tanaman terlihat baik
|
||
III
|
29
|
Daun semakin banyak yang hijau, semakin
lebat dan mulai tua. Tunas apical tumbuh dengan baik. Tanaman sehat, tidak
mengalami defisiensi hara.
|
||
6
|
Anjuran
|
Awal Pengamatan
|
29
|
Terdapat bunga yang berwarna kuning, daun
hijau semuanya
|
I
|
29
|
Tinggi pohon karet yang diamati adalah 8,5
m. daun pohon karet cukup lebat dan semuanya berwarna hijau tuan.
|
||
II
|
30
|
Tingggi karet yaitu 8,8 m, daun kakao
berwarna hijau segar dan jumlahnya semakin bertambah. Tidak ada gejala
kekurangan unsur hara
|
||
III
|
31
|
Tinggi karet 9,3 m. daun semakin banyak dan
berwarna hijau.
|
||
7
|
Awal Pengamatan
|
26
|
Ada tunas baru, terdapat pertumbuhan tunas
muda, daun berwarna hijau tua dan hijau muda
|
|
I
|
27
|
Daun memerah
|
||
II
|
27
|
Tumbuh daun baru dan tunas baru
|
||
III
|
28
|
Semua daun berwarna hijau
|
||
8
|
Awal Pengamatan
|
30
|
|
|
I
|
30
|
|
||
II
|
32
|
Terdapat tunas baru
|
||
III
|
36
|
Terdapat tunas baru lebih banyak
|
||
9
|
Awal Pengamatan
|
26
|
Daun mengembang, tidak menguning
|
|
I
|
30
|
Terdapat hama semut merah
|
||
II
|
30,5
|
t = 8,35 m
Hama: -
|
||
III
|
30,5
|
t = 8,5 m
Hama dan penyakit: -
|
||
10
|
Awal Pengamatan
|
49
|
terdapat tunas baru belum mekar
jumlah daun tua banyak
daun tua ada yang berwarna coklat sepeti
tebakar
terdapat hama kutu putih dan belalang
daun sobek dan berlubang
|
|
I
|
16,75
|
Terdapat tunas
Ada pertumbuhan tunas muda
Bunga belum tumbuh
Hama belalang
|
||
II
|
17
|
Keliling 17cm
Tinggi 5 m
Bintik putih pada daun
|
||
III
|
17
|
Tinggi 6,5 m
Gejala daun menguning
|
||
11
|
Rendah
|
Awal
Pengamatan
|
|
|
I
|
|
50 % daun gugur
muncul tunas baru
daun yang merah sudah mulai hijau
|
||
II
|
44
|
ada daun yang menguning
muncul daun muda
tumbuh gulma disekitar tanaman
|
||
III
|
44
|
banyak daun yang rontok
ranting di bagian bawah tidak ada daunnya
beberapa daun berlubang
|
||
12
|
Awal Pengamatan
|
20
|
Tunas daun masih muncul, daun tidak terlalu
banyak, daun berwarna hijau tua, beberapa daun berwarna kuning dan sobek
bagian tepi akibat serangan hama
|
|
I
|
21
|
Terdapat daun berwarna kecoklatan, masih
terlihat daun muda yang tumbuh pada ujung tangkai.
|
||
II
|
22
|
Daun muda tidak terlalu banyak, warna daun
hijau dan beberapa kuning kecoklatan, ada daun yang sobek dan berlubang, terdapat tangkai yang
tidak bercabang.
|
||
III
|
23
|
Masih muncul tunas daun baru, dominan daun
berwarna hijau tua,terdapat daun yang sobek dan berlubang.
|
||
13
|
Awal Pengamatan
|
33
|
Ada tunas baru.
Bunga belum tumbuh.
Daun berlubang karena hama belalang.
|
|
I
|
33,5
|
Banyak muncul daun baru.
Daun masih hijau dan segar
Ada hama rayap di sekitar batang.
Banyak ranting yang berguguran.
|
||
II
|
33,5
|
Banyak daun muda
Tidak terlihat defisiensi unsur hara.
Tidak ada pertambahan keliling.
|
||
III
|
34
|
Terdapat hama belalang.
Daun-daun muda berubah menjadi daun tua.
Tidak terlihat adanya defisiensi unsur hara.
|
||
14
|
Awal Pengamatan
|
30
|
Tidak terdapat tunas baru, daun kuning dan
meranggas.
|
|
I
|
30
|
Terdapat tunas baru, adanya daun baru dan
jumlah daun makin banyak, banyak daun tua yang meranggas.
|
||
II
|
30
|
Daun muda mulai tumbuh, daun tua menguning,
gulma berupa rumput merambat, hama tidakada.
|
||
III
|
30,5
|
Daun ada yang menguning, muncul bunga,
terdapat tunas baru, hama tidak ada.
|
||
15
|
Awal Pengamatan
|
31,5
|
Tidak terdapat tunas baru
Tunas muda berumur 1-2 minggu
Pertumbuhan baik
Warna daun hijau tua
Tidak terjadi defisiensi unsur hara
|
|
I
|
32
|
Terdapat tunas baru
Jumlah daun semakin banyak
|
||
II
|
32
|
Terdapat tunas baru
Tidak terjadi defisiensi unsur hara
Tidak ada daun rontok
|
||
III
|
33
|
Tunas muda mnjadi tua
Tidak terjadi serangan hama
Diameter batang bertambah besar
Belum memasuki masa generatif
|
Sumber: Data Rekapan
b. Pembahasan
Sekali pun sawit termasuk tanaman keras. Pohon sawit tetap
memerlukan perawatan dan pemupukan. Perawatan yang dilakukan selama pengamatan
adalah dengan cara pengairan dengan manual apabila kondisi lahan kering dan
hari sebelumnya tidak hujan, pemupukan dilakukan di awal pengamatan sehingga
tidak memerlukan penambahan pupuk lagi, pembersihan gulma di sekitar tanaman
kelapa sawit untuk mengurangi populasi hama akibat kelembaban yang tinggi, dan
pemangkasan batang.
Pemeliharaan Kakao, Kakao merupakan tumbuhan tahunan
(perennial) berbentuk pohon, dengan tajuk menyamping yang meluas. Bunga kakao,
sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang
(cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm),
tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu
titik tunas, perawatan yang dilakukan pada tanaman kakao sama dengan tanaman
kelapa sawit.
Perawatan tanaman karet dilakukan dengan pemberian pupuk sejak
awal pengamatan dan tidak diberi pupuk lagi, cukup dilakukan penyiraman. Pada
tanaman karet tidak terdapat gulma dan tanaman nampak terlihat sehat, tidak ada
daun yang berlubang akibat dimakan hama.
Gambar 2.3.1 Tanaman karet
E. Komprehensif
F. Kesimpulan
dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum teknik budidaya tanaman tahunan ini adalah sebagai berikut:
a. Tanaman
kelapa sawit memiliki tinggi 5,1 m dan diameter batang 51.59 cm.
b. Daun
kelapa sawit tersusun majemuk menyirip genap dan bertulang sejajar. Pertumbuhan daun dibentuk di dekat titik
tumbuh dan membentuk sudut 135˚, pelepah yang diamati memiliki panjang 359 cm,
jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 115 helai.
c. Kelapa
sawit merupakan tanaman monokotil, batang tidak memiliki kambium dan umumnya
tidak bercabang, batang tegak lurus dan tidak bercabang dengan diameter batang 51.59
cm.
d. Bunga
kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang berada pada satu
pohon. Bunga keluar dari ketiak pelepah bagi pangkal yang bersatu dengan batang.
e. Buah
tersusun atas biji-biji yang disebut sebagai brondolan yang melekat pada
janjangan.
f. Gejala kekurangan unsur hara nitrogen
pada tanaman kelapa sawit, dapat di lihat pada daun muda dengan gejala daun yang
pucat dan kalau siang hari seperti transparan.Ggejala
kekurangan unsur hara kalium adalah daun tua yang kelihatan bintik - bintik
merah seperti orang panuan dan kalau gejala sudah berat maka bercak tersebut
akan membesar dan merata pada daun kelapa sawit.
g. Perawatan
pada tanaman kelapa sawit dan tanaman kakao sama, sedang pada tanaman karet
memiliki perbedaan dalam pembersihan gulma karena tidak ada gulma dan tidak
dilakukan pemangkasan cabang pada tanaman karet.
2. Saran
Saran yang dapat
diberikan untuk praktikum acara Teknologi Budidaya Tanaman Tahunan di Lahan
Petani adalah sebagai berikut :
a.
Sebaiknya dalam praktikum perawatan
tanman tahunan ini, praktikan tidak hanya melakukan pengamatan saja tetapi juga
melakukan perawatan misalnya melakukan penyiangan, menghilangkan hama.
b.
Sebaiknya coass datang saat pengamatan
sehingga praktikan tidak mengalami kesulitan terkait dengan pengamatan yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008. Kakao.
http://id.wikipedia.org di iakses
pada tanggal 26
Oktober 2013.
Anwar C 2006. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat Penelitian
Karet.
Barani
Achmad Mangga 2007. Program revitalisasi perkebunan (kelapa
sawit, karet dan kakao).
Jakarta: Direktorat jenderal perkebunan departemen pertanian.
Budiyono 2001. Tehnik
Budidaya Tanaman Karet. Penebar Swadaya: Jakarta
Fauzi Y, Yustina
EW, Iman S dan Rudi, H 2008. Kelapa Sawit.
Ed. Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hakim M 2007.
Kelapa Sawit: Teknik Agronomis dan Manajemennya. Lembaga Pupuk Indonesia.
Jakarta. 296 hal.
Harno 2012.
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman. http://harno-blog.blogspot.com diakses pada 26
Oktober 2013.
Hartono RB 2008.
Budidaya Tanaman Karet. http://www.warintekjogja.com
diakses pada tanggal 26 Oktober 2013.
Susanto
2011. Tanaman Kakao, Budidaya dan
Pengolajhan Hasil, (online), (http://books.google.co.id diakses
pada 27 Oktober 2013).
Lay The Chong
2006. Integrated Pest Management of Leaf-Eating Caterpillars of Oil Palms
in Sabah. The Planter 7 (2) : 395 – 405.
Lestari D 2001. Perbaikan Daya Simpan Bibit
Karet Setum Mata Tidur dengan Campuran Media Simpan yang Berbeda. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian
Stiper Sriwigama, Palembang (tidak dipublikasikan).
Lubis 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) di
Indonesia. Edisi 2. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Lumbangaol
P 2008. Pedoman Pembuatan Dosis Pupuk Kelapa Sawit, Pedoman Agronomis. http://books.google.co.id
diakses pada 27 Oktober 2013.
Minifie BW 2000.
Chocolate, Cocoa and Confectionary:
Science and Technology. USA: The AVI Publishing, Connecticut.
Pramudya, Enggar, Sugiatno, dan Darmaisam Mawardi 2005. Efikasi
Herbisida Triasulfuron, Paraquat, dan Kombinasinya terhadap Gulma Pakis dan
Nonpakis pada Tanaman Karet (Hevea
brasiliensis) Menghasilkan. Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas
Lampung Vol. I, tahun 2007.
Riwandi 2002.
Rekomendasi Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Analisis Tanah dan Tanaman. Jurnal Akta Vol 5. No 1. Hal 27-34
Jan-Jun 2002.
Rizky A 2012.
Identifikasi Tanaman Perkebunan. http://adistirizkyartiipb08.files.wordpress.com diakses pada 26
Oktober 2013.
Sasrosayono S
2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Setyamidjaja, D 2006. Kelapa
Sawit, Teknik Budidaya, Panen,
Pengolahan. Yogyakarta: Kanisius.
Sulistyowati E 2000.
Prospek Pemanfaatan Tanaman Tahan Dalam Pengelolaan Hama Penggerek Buah Kakao. Warta Puslit Kopi dan Kakao, Vol. 13, No. 3, Hal. 204-212.
Suriah 2013.
“Tinjauan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Swadaya Masyarakat pada Lahan Gambut Kecamatan
Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir”.
Jurnal Agroteknologi 2013. Jili, (online). http://repository.unri.ac.id
diakses 27 Oktober 2013.
Syahrinudin
2005. Ecology and Development Series. http://books.google.co.id
diakses pada 27 Oktober 2013.
Winarsih S, J. Santoso, T. Wadiyarti 2003. Regenerasi Embrio Zigotik Dan Transformasi Genetik
Kakao Melalui Agrobacterium tumefaciens. Jurnal
Pelita Perkebunan, Vol. 20, No. 3, Hal. 104-109.
Zakiyyah, Itsnaini
2010. Budidaya Tanaman Cokelat. Jurnal
Budidaya Tanaman Cokelat. Vol. 01(5)
: 1-8.
Komentar
Posting Komentar