|
EKSTRAKSI
BENIH
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Benih bermutu baik merupakan faktor
utama suksesnya produksi. Di negara berkembang, kurang tersedianya benih
bermutu antara lain disebabkan oleh kekurangan atau kelemahan dalam: (1)
penyediaan varietas unggul, (2) teknologi produksi benih, (3) penanganan benih
pasca panen, dan (4) pemasaran. Disamping itu minat petani terhadap varietas
baru masih kurang. Biasanya petani menggunakan benih yang dihasilkan sendiri. Karena
benih komersial tidak tersedia atau bukan varietas yang tepat sesuai kebutuhan
mereka. Di Amerika Utara beberapa faktor berikut menunjang perkembangan
industri benih: (1) meningkatnya jumlah varietas baru yang tersedia, (2)
perkembangan sertifikasi benih dan program perundangan perbenihan, (3)
perkembangan teknologi penanganan benih pasca panen, (4) pengetahuan yang lebih
baik tentang mutu benih, (5) adanya produsen benih) (Ilyas 2009).
Buah tomat saat ini merupakan salah
satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan
penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas
buahnya. Apabila dilihat dari rata-rata produksinya, ternyata tomat di
Indonesia masih rendah, yaitu 6,3 ton/ha jika dibandingkan dengan negara-negara
Taiwan, Saudi Arabia dan India yang berturut-turut 21 ton/ha, 13,4 ton/ha dan
9,5 ton/ha (Kartapradja dan Djuariah 1992 dalam
Warianto 2011). Rendahnya produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan
varietas yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau
pemberantasan hama/penyakit yang kurang efisien.
1
|
Kemampuan tomat untuk dapat
menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman
dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang menyebabkan produksi tomat rendah
adalah penggunaan pupuk yang belum optimal sertta pola tanam yang belum tepat.
Upaya untuk menanggulangi kendala tersebut adalah dengan perbaikan teknik
budidaya. Salah satu teknik budidaya tanaman yang diharapkan dapat meningkatkan
hasil dan kualitas tomat adalah pemilihan benih tomat (Warianto 2011).
Ekstraksi benih merupakan prosedur
pelepasan dan pemisahan benih secara fisik dari struktur buah yang menutupinya
(ekstraksi dilakukan untuk mengeluarkan biji dari buah/polongnya). Tujuan
ekstraksi benih adalah : (1) Mengurangi campuran, benih biasanya merupakan 1-5%
dari total volume buah sehingga pengurangan campuran dapat membantu mengurangi
biaya penyimpanan dan pengangkutan. (2) Mudah penanganannya, benih umumnya
diuji, diberi perlakuan pendahuluan dan ditanam secara individual sehingga
perlu pemisahan benih dari buahnya. (3) Meningkatkan kemampuan penyimpanan.
2. Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum ekstraksi
benih ini adalah sebagai berikut :
a.
Melakukan kegiatan ekstraksi dengan benar.
b.
Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai
perbedaan kecepatan kecambah dan daya kecambah pada benih yang telah dieskraksi
dengan yang tidak.
B.
Tinjauan Pustaka
Masalah
utama dari kegiatan budidaya tanaman adalah ketersediaan bibit. Bibit yang
diperlukan dapat dibedakan atas bibit hasil perbanyakan vegetatif dan bibit
dari persemaian benih. Bibit hasil perbanyakan vegetatif memiliki pertumbuhan
yang cepat dan sifat yang sama dengan induknya namun tanamannya mudah rebah
karena perakarannya tidak kuat dibandingkan dengan bibit yang berasal dari
persemaian benih (Tadjoedin dan Iswanto 2002 dalam Arsyad 2003). Benih merupakan faktor penting dalam sistem
produksi tanaman, dimana mutu benih akan mempengaruhi penampilan dan hasil
tanaman (Sukarman dan Rusmin 2000 dalam
Arsyad 2003). Tingginya mutu benih dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam
mekanisme produksi, mulai dari proses perkembangan dan pemasakan benih,
pemanenan dan perontokan, pengeringan, pembersihan, peyimpanan sampai proses di
persemaian dan pembibitan. Semua proses tersebut sangat berpengaruh kepada mutu
fisiologi dan fisik benih (Sadjad 1980 dalam
Arsyad 203).
Pemisahan
benih dari daging buahnya bertujuan untuk mendapatkan benih bermutu baik serta
mengendalikan serangan hama dan penyakit. Daging buah yang menyelimuti benih
merupakan media yang baik bagi perkembangbiakan mikroorganisme sehingga
mempercepat kerusakan serta kemunduran benih. Benih yang sudah mengalami
kemunduran tidak dapat disimpan lebih lama dan daya simpan benih menurun
(Arsyad 2003). Supianti (2002 dalam
Arsyad 2003) mengatakan, semakin lama benih disimpan, nilai daya berkecambahnya
semakin menurun. Agen-agen kemunduran benih selama penyimpanan adalah cendawan
dan serangga dimana perkembangannya dipengaruhi oleh kadar air benih dan suhu
penyimpanan. Kemunduran benih selama penyimpanan akan tetap berlangsung
meskipun jika cendawan dan serangga tidak berkembang karena lingkungan
penyimpanan yang tidak sesuai, missal RH rendah atau suhu rendah. Kemunduran
benih terjadi karena faktor umum dan faktor fisiologi sehingga benih kehilangan
viabilitasnya. Kemunduran karena umur berakibat nyata pada penyimpanan jangka
panjang namun tidak nyata pada penyimpanan jangka pendek (Desai et al., 1997 dalam Arsyad 2003). Penyimpanan benih bertujuan untuk
mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan sepanjang mungkin,
sehingga benih dapat ditanam pada musim yang sama dilain tahun atau musim yang
berlainan dalam tahun yang sama (Sutopo 1998 dalam Arsyad 2003).
Pengaruh
ekstraksi terhadap viabilitas benih umur panen menurut Justice dan Bass (1990
dalam Arsyad 2003) dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan dan perlakuan yang diberikan oleh manusia. Sedangkan daya
simpan individu benih dipengaruhi oleh genetik, kondisi sebelum panen, pengaruh
struktur dan komposisi benih, benih keras, kemasakan benih, ukuran benih,
dormansi benih, kadar air benih, kerusakan mekanik dan vigor benih. Sukarman
dan Rusmin (2002 dalam Arsyad 2003)
mengemukakan bahwa ekstraksi dilakukan segera setelah buah dipanen supaya benih
tidak terinfeksi cendawan maupun terserang serangga.
Buah
tomat terkadang harus diistirahatkan sehari semalam sebelum diproses menjadi
benih. Selama diistirahatkan, proses kimia dan fisika tomat terus berlanjut.
Buah tomat adalah buah basah, apabila telah masak fisiologis, daging buahnya
masih cukup mengandung air. Ekstraksi biji tomat adalah kegiatan untuk memisahkan
biji tomat dari daging buah segar dan bahan lainnya yang tidak diperlukan
(Pitojo 2005).
C.
Alat dan Bahan
1. Alat
a.
Petridish
b.
Kertas buram
c.
Sprayer
d.
Saringan kawat
e.
Pinset
f.
Nampan
g.
Pulpen
h.
Label
2. Bahan
a.
Benih Melon (Cucumis
melo)
b.
Benih Tomat (Lycopersicum
esculentum)
c.
Air
D.
Cara Kerja
1. Benih
tanpa ekstraksi
a.
Menaruh kertas buram pada petridish dan membasahinya
dengan air hingga merata.
b.
Menaruh benih tomat dari buahnya sebanyak 10 pada
petridish (diletakkan dengan jarak berjauhan pada masing-masing benih).
c.
Membasahi benih-benih tomat dengan air secukupnya.
d.
Menutup petridish dan memberi label sesuai kelompok
masing-masing.
e.
Menghitung kecepatan kecambah benih pada hari ke-4
dengan rumus :
Kecepatan Kecambah =
f.
Menghitung daya kecambah benih pada hari ke-7 dengan
rumus :
Daya Kecambah =
g.
Melakukan cara kerja dari poin a-f untuk perlakuan
komoditi benih melon.
2. Benih
dengan ekstraksi
a.
Mengambil biji tomat dari buahnya sebanyak sepuluh.
b.
Menaruh biji tomat tersebut pada saringan kawat dan
mencucinya dengan air mengalir sampai lendir pada biji tomat tersebut hilang.
c.
Menaruh biji tomat tersebut pada nampan yang telah
disediakan untuk dijemur selama 2 hari.
d.
Menaruh biji-biji tomat tersebut pada petridish yang
telah diberi kertas buram dan sudah dibasahi air, biji-biji tomat tersebut
disiram secukupnya dengan air.
e.
Menutup petridish dan memberi label sesuai nama
kelompok.
f.
Menghitung kecepatan kecambah pada hari ke-4 dengan
rumus :
Kecepatan Kecambah =
g.
Menghitung daya kecambah pada hari ke-7 dengan rumus :
Daya Kecambah =
h.
Melakukan kegiatan dari poin a-g untuk perlakuan
komoditi benih melon.
E.
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
a.
Perlakuan tanpa diekstraksi
1)
Tomat
Kecepatan Kecambah
=
=
= 0%
Daya Kecambah
=
=
=
0%
2)
Melon
Kecepatan Kecambah =
=
= 20%
Daya Kecambah =
=
= 20%
b.
Perlakuan dengan ekstraksi
1)
Tomat
Kecepatan Kecambah
=
=
= 0%
Daya Kecambah
=
=
= 20%
2)
Melon
Kecepatan Kecambah
=
=
= 90%
Daya Kecambah
=
=
= 90%
Gambar 1.1 Benih
melon dan tomat tanpa ekstraksi pada hari ke-4
Gambar 1.2 Benih Melon
yang telah diekstraksi pada hari ke-4
Gambar 1.3 Benih
Tomat yang telah diekstraksi pada hari ke-4
Gambar 1.4 Benih
tomat dan melon yang telah diekstraksi pada hari ke-7
2.
Pembahasan
Benih tomat yang diberi perlakuan
tanpa diesktraksi dan yang diektraksi memiliki kecepatan kecambah dan daya
kecambah yang sama yaitu 0%, hal ini terjadi dimungkinkan karena sewaktu
memindahkan benih tomat tersebut kedalam petridish menggunakan pinset membuat
benih tomat menjadi tergores sehingga benih tomat mengalami kerusakan yang
menyebabkan benih tomat tersebut tidak mampu berkecambah.
Benih melon yang diberi perlakuan
tanpa diekstraksi memiliki kecepatan kecambah dan daya kecambah sebesar 20%,
sedangkan yang diberi perlakuan dengan ekstraksi, memiliki kecepatan dan daya
kecambah sebesar 90%. Benih yang telah diekstraksi dengan yang tidak
diekstraksi memiliki kecepatan kecambah dan daya kecambah yang tinggi karena
benih yang telah diekstraksi terlebih dahulu dibersihkan dari benda-benda padat
yang menghambat proses perkecambahan.
Pada praktikum ini, dapat dibuktikan
bahwa perlakuan ekstraksi benih memiliki keunggulan seperti yang telah termuat
sebelumnya, namun hal ini terbukti pada benih melon dengan adanya peningkatan
terhadap kecepatan kecambah dan daya kecambah, sedangkan pada buat tomat, tidak
mengalami peningkatan karena kecepatan kecambah dan daya kecambah sama-sama
nol.
F.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum acara ekstraksi benih ini adalah sebagai berikut :
a.
Pada benih tomat yang tidak diekstraksi memiliki
kecepatan dan daya kecambah yang sama dengan yang telah diekstraksi, yaitu
sama-sama nol.
b.
Pada benih melon yang tidak diekstraksi memiliki
kecepatan kecambah dan daya kecambah 20%, sedang yang telah diekstraksi
memiliki kecepatan kecambah dan daya kecambah sebesar 90%.
c.
Benih yang telah diekstraksi akan memiliki nilai
kecepatan kecambah dan daya kecambah yang lebih besar dibanding dengan yang
tidak diekstraksi.
2. Saran
a.
Pada praktikum kali ini diadakan pengujian terhadap
mikroorganisme yang berkembang biak pada benih yang tidak diekstraksi dengan
yang diekstraksi.
b.
Praktikum seharusnya juga mempelajari macam-macam benih
sesuai cara ekstraksinya ataupun benih yang cocok tanpa diekstraksi.
c.
Penempatan petridish didalam lab EMPT yang biasanya
juga digunakan sebagai ruang kuliah menyebabkan praktikan tidak leluasa
mengamati perkecambahan benih yang diamati.
d.
Praktikum diharapkan didampingi oleh Dosen.
|
Arsyad, Asyrah. 2003 . Pengaruh Cara Ekstraksi, Kondisi Simpan dan
Lama Penyimpanan Terhadap
Viabilitas Benih Mengkudu (Morinda citrlfolia L.). Bogor : IPB: PRESS. (online), (http//: repository.ipb.ac.id
diakses pada 10 November 2013).
Ilyas, Satriyas. Prof., Dr. Ir. 2009. Teknologi Produksi Benih Sayuran. Bogor:
IPB PRESS. http://vegetable2009.files.wordpress.com
diakses pada 10 November 2013.
Pitojo, Setijo. 2009. Benih Tomat. Yogyakarta: KANSIUS. (online), (http:// books.google.co.id diakses pada 10
November 2013).
Warianto, Chaidar. 2011. Teknik Penyiapan Benih Tomat (Solanum
lycopersicum). http//:
chaidarwarianto.guru-indonesia.net diakses pada 10 November 2013.
|
PENYEMAIAN
BENIH SAYURAN
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Untuk memperoleh bibit berkualitas
tinggi dalam jumlah memadai dan tata waktu yang tepat diperlukan suatu kajian
kegiatan persemaian. Kajian persemaian yang menyangkut produksi bibit sangat
diperlukan dalam rangka pembinaan terhadap persemaian. Di samping itu, hal lain
yang harus diperhatikan adalah mengenai aspek mutu benih. Hal tersebut juga
akan menentukan kualitas bibit yang dihasilkan. Dalam bidang persemaian
mernerlukan tahapan-tahapan yang harus dikejakan secara benar, karena bibit
dari persemaian nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas pertumbuhan tegakan
di lapangan. Syarat suatu lokasi yang digunakan untuk persemaian adalah tempat
yang relatif datar dandekat dengan sumber air (Sarjono 1999).
2. Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum penyemaian
benih sayuran ini adalah agar mahasiswa mengetahui cara-cara melakukan
penyemaian yang baik.
B.
Tinjauan Pustaka
12
|
Proses
penyemaian memerlukan tempat dan perlakuan khusus yang berbeda dengan kondisi
lapangan. Untuk itu diperlukan tempat persemaian yang terpisah dengan areal
tanam. Tempat persemaian bisa dibuat permanen ataupun sementara. Media
persemaian bisa berupa tray, tercetak, pollybag
atau bedengan biasa. Berikut ini tahapan-tahapan mempersiapkan media
persemaian. Media persemaian yang alami terdiri dari campuran tanah dan
bahan-bahan organik yang memiliki kandungan hara tinggi. Selain itu
ketersediaan air dalam media persemaian harus mencukupi atau tingkat kelembaban
yang relatif lebih tinggi dari areal tanam biasa. Tanah yang baik untuk media
persemaian diambil dari bagian atas (top soil). Sebaiknya ambil tanah
dengan kedalaman tidak lebih dari 5 cm. Tanah yang baik merupakan tanah hutan,
atau tanah yang terdapat di bawah tanaman bambu. Tanah tersebut memiliki karakteristik
yang baik, terdiri dari campuran lempung dan pasir. Lempung benrmanfaat sebagai
perekat media tanam sedangkan pasir bermanfaat untuk memberikan porositas yang
baik. Untuk memperkaya kandungan hara bisa ditambahkan dengan pupuk organik.
Bisa berupa pupuk kandang yang telah matang atau pupuk kompos. Hal yang penting
adalah haluskan pupuk tersebut dengan cara diayak. Struktur yang kasar tidak
baik untuk pertumbuhan benih/biji yang baru berkecambah karena perakarannya
masih terlalu lembut (Anonim 2013).
Bibit
tomat dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 30-45 hari di persemaian. Pada
saat dilakukan penanaman ke kebun, sebaiknya dilakukan lagi terhadap
bibit-bibit yang telah berumur 30-45 hari agar diperoleh tanaman yang baik
pertumbuhannya dan memiliki daya produktivitas tinggi dalam menghasilkan buah.
Untuk itu, bibit yang dipilih sebaiknya yang berpenampilan menarik dan baik.,
yaitu penampakannya segar dan daun-daunnya tidak rusak. Pilihlah bibit yang
kuat, yaitu tegak pertumbuhannya dan pilihlah bibit yang sehat, artinya bibit
tidak terserang hama dan penyakit. Waktu yang baik untuk menanam bibit tomat di
kebun adalah pagi atau sore hari. Pada saat itu keadaan cuaca belum panas
sehingga mencegah kelayuan pada tanaman.
Ketika memindah bibit di kebun, hendaknya memperhatikan cara-cara yang baik dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati (Ropik 2011).
Ketika memindah bibit di kebun, hendaknya memperhatikan cara-cara yang baik dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati (Ropik 2011).
Ada
beberapa cara pemindahan bibit dari persemaian yaitu :
1.
Sistem cabut, yakni bibit yang telah tumbuh di
persemaian dan cukup umur dicabut dengan hati-hati. Namun, sebelum dilakukan
pencabutan bedeng persemaian harus dibasahi dengan air untuk memudahkan
pencabutan dan tidak merusak akar.
2.
Sistem putaran, yaitu bibit diambil beserta tanahnya.
Namun, sebelum bibit diambil tanah dibasahi dengan air telebih dahulu.
Kedua cara tersebut terutama
ditujukan untuk pembibitan yang secara langsung dilakukan pada bedeng tanah
persemaian sedangkan untuk bibit yang disemaikan dalam bumbung atau pollybag cara pemindahannya adalah
basahi bumbung terlebih dahulu, kemudian keluarkan bibit dari bumbung beserta
tanahnya dengan menyobek kantong polybag (Ropik 2011).
Beberapa
manfaat penyemaian benih dan pembibitan antara lain sebagai berikut :
1.
Memudahkan penanaman, pengairan, dan perawatan benih.
2.
Memberikan perlindungan terhadap benih dan bibit dari
sinar matahari, hujan deras, angin kencang, serta gangguan binatang.
3.
Membantu bibit tanaman tumbuh lebih sehar karena
tersedianya tanah yang sehat dan unsur hara yang cukup (Supriati dan Herlina
2010).
C.
Alat dan Bahan
1. Alat
a.
Gembor
b. Polybag
c.
cethok
2. Bahan
a.
Biji tomat (Lycopersicum
esculentum)
b.
Air
c.
Tanah
d.
Pupuk kandang
D.
Cara Kerja
1.
Mencampurkan tanah dengan pupuk kandang sampai merata.
2.
Menyiapkan plastik pollybag
sebanyak 25 buah.
3.
Membalikkan plastik pollybag
kemudian diisi dengan tanah sampai 2/3 dari plastik pollybag.
4.
Memberi air pada tanah sampai lembab kemudian diisi
dengan benih tomat.
5.
Menaruh pollybag-pollybag
tersebut di tempat yang ternaungi dan diberi papan sesuai nama kelompok
masing-masing.
6.
Melakukan penyiraman setiap hari.
7.
Menghitung kecepatan kecambah dan daya kecambah.
E.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Tabel 2.1 Data Rekapan Persemaian Pada Berbagai
Komoditas dengan Perlakuan Tempat Terbuka dan Naungan
Kelompok
|
Komoditas
|
Perlakuan
|
KK(%)
|
DK(%)
|
1
|
Tomat
(Cucumis
sativus)
|
Naungan
|
0
|
20
|
2
|
20
|
28
|
||
3
|
0
|
8
|
||
4
|
0
|
36
|
||
5
|
0
|
0
|
||
6
|
Terbuka
|
66
|
83
|
|
7
|
16
|
36
|
||
8
|
32
|
48
|
||
9
|
0
|
8
|
||
10
|
0
|
12
|
||
|
|
|
|
|
11
|
Terong
(Solanum
melongena)
|
Naungan
|
4
|
8
|
12
|
12
|
28
|
||
13
|
4
|
4
|
||
14
|
4
|
12
|
||
15
|
0
|
4
|
||
16
|
Terbuka
|
0
|
48
|
|
17
|
0
|
24
|
||
18
|
0
|
68
|
||
19
|
4
|
12
|
||
20
|
0
|
0
|
||
|
|
|
|
|
21
|
Cabai
(Capsicum
annum)
|
Naungan
|
0
|
0
|
22
|
0
|
0
|
||
23
|
0
|
0
|
||
24
|
0
|
0
|
||
25
|
0
|
0
|
||
26
|
Terbuka
|
0
|
0
|
|
27
|
0
|
0
|
||
28
|
0
|
0
|
||
29
|
0
|
0
|
||
30
|
0
|
0
|
||
31
|
0
|
0
|
Sumber: Data Rekapan
1. Hasil
pengamatan
Kecepatan
Kecambah =
=
= 0%
Daya Kecambah =
=
= 36%
2. Pembahasan
Pada pengamatan yang dilakukan,
benih tomat mulai berkecambah pada hari ke-5 sebanyak 9 benih dan tidak
mengalami peningkatan sampai hari ke-7. Hal ini disebabkan karena
ketidakteraturan penyiraman yang dilakukan oleh praktikan sehingga faktor
lingkungan yang kurang mendukung menyebabkan kemampuan berkecambah benih tomat
menjadi berkurang.
F.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat
setelah praktikum penyemaian benih ini adalah sebagai berikut :
a.
Kecepatan kecambah benih tomat sebesar 0% dan daya
kecambahnya sebesar 36%.
b.
Penyemaian memudahkan pengawasan terhadap tanaman,
mudah dalam pemeliharaannya dan dapat menyeleksi benih yang bagus untuk dapat
ditanam di lahan.
2.
Saran
a.
Sebaiknya kegiatan praktikum dilaksanakan secara
berkesinambungan, dimulai dari kegiatan ekstraksi benih, persemaian, dan
pemeliharaan.
b.
Praktikan lebih rajin lagi dalam melakukan pemeliharaan
tanaman.
|
Anonim. 2013. Membuat media persemaian untuk tanaman hortikultura. http://alamtani.com
diakses pada 10 November 2013.
Ropik, Nikma. 2011. Budidaya Tomat. http://epetani.deptan.go.id
diakses pada 10 November 2013
Sarjono, Wawan Mufti. 1999. Proses Produksi Bibit Pinus merkusii Jungh
et de Vriese di Persemaian Kitren, KPH
Surakarta, Perum Perhutani Unit I Jawa. Bogor:
IPB PRESS. (online), (http//:repository.ipb.ac.id diakses pada 10 November 2013).
Supriati, Yati dan Ersi Herliana. 2010. Bertanam 15 Sayuran Organik dalam Pot. Jakarta : Penebar Swadaya. (online),
(http://books.google.co.id).
|
PERBANYAKAN
TANAMAN DENGAN CARA CANGKOK
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Jumlah penduduk yang meningkat tentu
dibarengi juga dengan peningkatan jumlah pangan yang dibutuhkan, khususnya
pangan buah-buahan, sehingga untuk menopang kebutuhan penduduk yang kian
meningkat ini diperlukanya peningkatan hasil panen buah. Dimana peningkatan
hasil dapat ditempuh melalui teknik perbanyakan tanaman, dengan asumsi, semakin
banyak pohon, diharapkan juga hasil panen yang dihasilkan meningkat sejalan
dengan jumlah pohon yang tambahkan. Tidak hanya sekedar kuantitas, tapi dari
segi kualitas pun perlu diperbaiki dan ditingkatkan mutu baiknya, sehingga
perbanyakan tanaman secara mencangkok dapat dijadikan salah satu alternatif
yang tepat dan efisien, tepat karena dapat dihasilkan dalam kualitas baik yang
kita inginkan, efisien karena menghemat waktu, perbanyakan tanaman secara
cangkok dapat mempercepat jarak ke hasil panen. Demikian gambaran pentingnya
pengetahuan secara mencangkok, agar mahasiswa terampil dalam
mengaplikasikannya.
2. Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum perbanyakan
tanaman dengan cara cangkok ini adalah sebagai berikut :
a.
Mahasiswa mampu memilih bahan yang baik untuk di
cangkok.
b.
Mengenal serta mempelajari perbanyakan tanaman dengan
cara menyangkok.
20
|
B.
Tinjauan Pustaka
Teknik
Perbanyakan vegetative dengan cara pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus
media tanam untuk merangsang terbentuknya akar, dikenal sebagai Cangkok.
Pertama-tama kita pilih cabang yang
sudah sehat dan kuat atau sudah berkayu.
1.
Ukuran diameternya sekitar 0,5-2 cm, tidak lebih kecil
dari ukuran pensil.
2.
Sebaiknya warna kulit cabang coklat muda atau hijau
kecoklatan tergantung jenis tanaman buah-buahannya.
3.
Cabang kemudian disayat dengan pisau secara melingkar
dan dibuat memanjang ke bawah sepanjang 3-5 cm atau dua kali diameter cabang.
4.
Kemudian kulitnya dikelupas sehingga bagian kambium
yang seperti lendir tampak jelas.Kambium ini dihilangkan dengan cara dikerik
dengan mata pisau sehingga bersih atau kering.
5.
Setelah dikerik pada keratan bagian atas diolesi
ataupun tanpa diolesi dengan hormone umbuh. Sebagai hormon pertumbuhan atau
vitamin, contoh Liquinox Start Vitamin B-1 yang banyak dijual di toko pertanian
dengan dosis 2 cc untuk 1 liter air. Kalau kesulitan mencari hormon tumbuh
dapat menggunakan pupuk Urea yang dicairkan dengan kadar 1 % atau 1 gr/1 lt air
atau hormon tersebut ditambahkan pada media cangkok.
6.
Siapkan dan atur lembaran plastik (kantong plastik yang
sudah dibuka/dibelah) atau sabut kelapa melingkar menyelubungi batang di bagian
bawah keratan (1-2 cm). Posisi lembaran plastik menghadap ke arah bawah,
kemudian diikat dengan tali plastik atau rafia. Balikposisi kantong plastik ke
arah berlawanan/keatas, sehingga akan diperoleh ikatan tali plastik di dalam
kantong plastik (ikatan bagian bawah tidak kelihatan dari luar/lebih rapi).
7.
Selanjutnya bekas sayatan ditutup dengan media cangkok,
media diatur penempatannya agar rata menutupi luka keratan sampai melewati luka
keratan bagian atas (1-2 cm).
8.
Lakukan pengikatan bagian atas dan bagian tengah
plastik(kalau dibutuhkan).
9.
Cangkokan dirawat dengan cara disiram secara rutin agar
tidak kering atau diposisi atas cangkokan diberi kantong plastik berisi air
dengan satu lubang sekecil jarum untuk irigasi tetes.Atau irigasi tetes dengan
menggunakan potongan batang bambu "bumbung" berdiameter 5 cm diisi
dengan air,tanpa dilubangi hanya dikerik/dikupas sedikit bagian kulit bawah
yang nantinya dilekatkan diatas media cangkokan. Posisi bumbung digantung
diatas cangkokan dengan posisi bawah bumbung merapat dengan posisi tengah
cangkokan atau ditalika melekat dicangkokan. Bumbung ini dapat bertahan selama
3 hari. Biasanya setelah 2-3 bulan pada cangkokan yang berhasil akan tumbuh
akar (Praswoto 2006).
Pada cangkok akar keluar karena
aliran zat makanan (karbohidrat) dan auksin (hormon tumbuh yang mendorong
keluarnya akar) mengalir ke bawah melalui kulit kayu (phloem) dan tertahan di
bagian keratan sebelah atas, sehingga pada keratan bagian atas ini penimbunan
karbohidrat dan hormon jadi meningkat dan berbentuk kalus yang berubah menjadi
akar tanaman. Apabila akar sudah memenuhi media, hasil cangkokan dianggap
berhasil. Daun pada cabang terlihat segar. Cangkokan sudah bisa dipotong atau
disapih dari induknya. Pemotongan cangkokan yang sudah tumbuh ini dilakukan
dengan menggunakan gunting stek atau gergaji di bawah ikatan cangkok. Setelah
dipotong dari induknya sebagian daun dikurangi untuk menghindari penguapan yang
berlebihan. Potong 1/2 - 1/3 helai daun dari seluruh daun yang ada dengan
guntingstek. Plastik pembungkus media dilepaskan. Setelah itu cangkok
disemaikan dalam polybag.
Sebagai media cangkok di polybag bisa
digunakan campuran pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1: 2.
Selanjutnya polybag ini ditempatkan di tempat yang terlindung sampai cangkokan
menjadi segar kembali (biasanya 3-4 bulan). Setelah cukup besar cangkokan bisa
dipindah ke kebun (Prastowo 2006).
Perbanyakan
tanaman secara cangkok memiliki kerkurangan dalam hal, tidak tahan terhadap
kemarau panjang, tanaman mudah roboh jika ada angin kencang karena perakaran
serabut yang tidak kuat, pohon induk tajuknya menjadi rusak karena cabang
batang pohon di potong, sehingga perbanyakan tanaman secara banyak tidak dapat
dilakukan dengan cara ini.
C.
Alat dan Bahan
1. Alat
a.
Gembor
b.
Pisau
c.
Plastik
d.
Tali raffia
e.
Papan kelompok
2. Bahan
a.
Tanah
b.
Pupuk kandang
c.
Air
d.
Pohon mangga
e.
Pohon rambutan
D.
Cara Kerja
1. Memilih
pohon induk sesuai dengan sifat-sifat yang dikehendaki.
2. Memilih
cabang pada pohon induk yang terpilih dengan ciri yang tidak terlalu tua dan
sesuai bentuknya untuk dicangkok.
3. Mengupas
kulit cabang pada salah satu buku selebar kira-kira 4 cm.
4. Membersihkan
kambium yang terdapat pada cabang yang telah dikupas, dan mengeringkannya.
5. Membuat
media cangkok dari campuran tanah, pupuk
kandang dan air secukupnya yang dibungkus di dalam plastik kemudian
menempelkannya pada cabang batang tersebut.
6. Melubangi
palstik tersebut agar aerasi air baik sehingga cabang tidak busuk.
7. Melakuan
penyiraman secukupnya.
E.
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Cangkok Rambutan
(Nepheleum leppaceum) dan Mangga (Mangifera indica) dengan Tanpa Perlakuan
Komoditas
|
Foto Pencangkokan
|
Keterangan Hasil
|
Deskripsi
|
|
Setelah Cangkok
|
Hasil Cangkok
|
|||
Rambutan (Nepheleum
leppaceum)
|
|
|
Berhasil
|
Ada 10 akar, tetapi memiliki ukuran panjang < 2
mm
|
Mangga (Mangifera
indica)
|
|
|
Berhasil
|
Ada 24 akar dengan yang panjang akar terpanjang
sekitar 14 cm
|
Sumber:
Laporan Sementara
Tabel
3.2 Hasil Pengamatan Cangkok Rambutan (Nepheleum
leppaceum) dan Mangga (Mangifera
indica) dengan Berbagai Perlakuan
Kelompok
|
Perlakuan
|
Rambutan (Nepheleum leppaceum)
|
Mangga (Mangifera indica)
|
||
Hasil Cangkok
|
Jumlah Akar
|
Hasil Cangkok
|
Jumlah Akar
|
||
1
|
Kontrol
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Berhasil
|
5
|
2
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Berhasil
|
3
|
|
3
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Tidak Berhasil
|
0
|
|
4
|
Berhasil
|
10
|
Berhasil
|
24
|
|
5
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Berhasil
|
1
|
|
6
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Tidak Berhasil
|
0
|
|
7
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Berhasil
|
3
|
|
8
|
Berhasil
|
|
Tidak Berhasil
|
0
|
|
9
|
Berhasil
|
|
Tidak Berhasil
|
0
|
|
10
|
Berhasil
|
5
|
Berhasil
|
6
|
|
11
|
Bawang Merah
|
Berhasil
|
|
Tidak Berhasil
|
0
|
12
|
Berhasil
|
2
|
Berhasil
|
5
|
|
13
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Berhasil
|
|
|
14
|
Berhasil
|
1
|
Berhasil
|
15
|
|
15
|
Berhasil
|
2
|
Berhasil
|
11
|
|
16
|
Berhasil
|
|
Berhasil
|
|
|
17
|
Berhasil
|
|
Berhasil
|
|
|
18
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Berhasil
|
|
|
19
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Tidak Berhasil
|
0
|
|
20
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Berhasil
|
19
|
|
21
|
Lidah Buaya
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Tidak Berhasil
|
0
|
22
|
|
|
|
|
|
23
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Berhasil
|
7
|
|
24
|
Berhasil
|
|
Tidak Berhasil
|
0
|
|
25
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Tidak Berhasil
|
0
|
|
26
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Tidak Berhasil
|
0
|
|
27
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Berhasil
|
|
|
28
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Tidak Berhasil
|
0
|
|
29
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Tidak Berhasil
|
0
|
|
30
|
Berhasil
|
12
|
Berhasil
|
8
|
|
31
|
Tidak Berhasil
|
0
|
Tidak Berhasil
|
14
|
Sumber: Data Rekapan
2. Pembahasan
Mencangkok merupakan suatu teknik
perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara merangsang timbulnya perakaran
pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang
timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas atau mengerat kulit luar cabang
suatu pohon induk sampai terlihat kambiumnya (batang tidak licin berlendir).
Selanjutnya cabang yang dikerat diberi media tanah, perbanyakan secara
mencangkok akan menghasilkan tanaman baru yang hampir sama dengan induknya.
Tanaman yang akan dicangkok harus memiliki sifat yang baik seperti, tanaman
tumbuh baik dan sehat, berbuah lebat dan rasnaya enak, tahan hama dan pathogen
penyebab penyakit. Hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok adalah sebagai
berikut:
a.
Cabang yang baik untuk cangkok adalah yang tegak atau
condong ke kiri 45˚.
b.
Besarnya cabang sebesar ibu jari smapai pergelangan
tangan orang dewasa.
c.
Jangan mencangkok cabang yang terlalu muda (karena akan
mudah patah dan lama berbuah) maupun yang terlalu tua (karena akan sukar keluar
akarnya).
d.
Panjang dari ujung cabangnya sampai tempat cangkokan
sepanjang 50-100 cm, tergantung besar cabang yang dicangkok.
e.
Waktu yang baik
mencangkok pada saat musim hujan agar media selalu basah.
f.
Cabang bukan termasuk tunas air.
Pada praktikum kali ini, mencangkok
dilakukan dengan mengerat kulit cabang pohon sampai terasa keset tidak licin,
dan ditempelkan media tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang, kemudian
di bungkus dengan plastik dan diikat dengan tali raffia. Plastik dilubangi
secukupnya agar terjadi aerasi air maupun udara yang baik. Pada percobaan ini,
kelompok 4 berhasil mencangkok tanaman mangga dan rambutan ditandai dengan
munculnya akar pada cabang pohon yang dicangkokan. Hal yang mempegaruhi
keberhasilan cangkok adalah tidak terjadinya kontaminasi sewaktu
pengeratan, media selalu basah tidak
kering, karakteristik pohon yang baik pertumbuhannya, pelubangan plastik
sehingga cabang tidak jadi busuk karena terlalu lembab.
Hasil pencangkokan yang paling
tinggi jatuh pada kelompok 4 dengan perlakuan tanpa perlakuan, sedang yang
menggunakan zpt bawang merah dan lidah buaya cenderung rendah. Semestinya hal
demikian terbalik mengingat lidah buaya dan bawang merah memiliki kadar auksin
dan giberelin untuk memacu timbulnya akar, hal demikian bisa terjadi
dimungkinkan pemilihan bahan cangkok yang tidak baik, tempat pencangkokan yang
kurang mendapat pencahayaan matahari maupun berlebih, pengeratan cabang yang
tidak sampai kambium, lubang plastik pembungkus kurang sehingga air tidak dapat
keluar sehingga menyebabkan gejala busuk.
F.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum perbanyakan tanaman secara cangkok ini adalah sebagai berikut:
a.
Mencangkok merupakan suatu teknik perbanyakan tanaman
secara vegetatif dengan cara merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon
sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru.
b.
Tanaman yang akan dicangkok harus memiliki sifat yang
baik seperti, tanaman tumbuh baik dan sehat, berbuah lebat dan rasnaya enak,
tahan hama dan pathogen penyebab penyakit.
c.
Jangan mencangkok cabang yang terlalu muda (karena akan
mudah patah dan lama berbuah) maupun yang terlalu tua (karena akan sukar keluar
akarnya).
d.
Hasil pencangkokan yang paling tinggi jatuh pada
kelompok 4 dengan perlakuan tanpa perlakuan.
2.
Saran
a.
Praktikan sebaiknya menerapkan sterilisasi dalam
pencangkokan agar tidak kontam.
|
Prastowo, Nugroho H. 2006. Tehnik
Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah.
World Agroforesty Centre (JCRAF) & Winrock International. http://worldagroforestry.org
diakses pada 4 Desemeber 2013.
|
PERBANYAKAN
TANAMAN DENGAN CARA MENYAMBUNG
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Tanaman kelengkeng (Dimocarpus longan (Lour) Steud.),
berdasar bunganya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu berkelamin tunggal, berbunga
jantan dan betina (berumah satu/hermafrodit). Pada pohon berumah satu dan
hermafrodit, proses penyerbukan dan pembuahan mudah terjadi sehingga tidak
perlu ditanam berpasangan. Pohon kelengkeng yang tidak pernah berbuah masih
banyak terdapat di Indoneseia, di antara pohon-pohon yang pernah berbuah, juga
terdapat pohon-pohon yang berbuahnya sedikit dengan kualitas buah yang kurang
disukai konsumen (Yulianto et al.,
2008 dalam Yulianto et al., 2010).
Mengantisipasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan usaha penanaman pohon-pohon
kelengkeng baru yang kuantitas dan kualitas produksinya tinggi. Perbanyakan
bibit secara vegetatif diperlukan untuk mengganti pohon-pohon kelengkeng yang
telah tua dan tidak produktif dan mengganti pohon yang kualitas buahnya rendah.
Teknik perbanyakan tanaman umumnya dapat dilakukan secara generativf dengan
biji dan secara vegetatif.
30
|
2. Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum perbanyakan
tanaman dengan cara menyambung ini
adalah sebagai berikut:
a.
Dapat memilih bahan yang baik untuk disambung.
b.
Mengenal serta mempelajari perbanyakan tanaman dengan
cara menyambung.
B.
Tinjauan Pustaka
Grafting
(Menyambung) adalah
salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan batang bawah dan batang
atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan,
kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Thouin dalam Wudianto
(2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Dari sekian banyak grafting
ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu :
1.
Bud-grafting atau budding, yang kita
kenal dengan istilah okulasi.
2.
Scion grafting, lebih populer dengan grafting
saja, yaitu sambung pucuk atau enten.
3.
Grafting by approach atau inarching,
yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih
berhubungan dengan akarnya masing-masing (Suwandi 2009).
Penyambungan
disini berarti penyatuan antara batang atas dengan batang bawah yang sehingga
gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang baru. Batang bawah sering
juga disebut stock atau root. Ciri dari batang ini adalah batang
masih dilengkapi dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering
disebut entris atau scion. Batang atas dapat berupa potongan batang atau
bisa juga cabang pohon induk. Agar batang atas dan batang bawah bisa terus
merupakan perpaduan yang kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas dan batang
bawah yang masih mempunyai hubungan keluarga dekat. Hal demikian tidak
selamanya benar, klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat-sifat
reproduksinya, sedangkan penyambungan justru yang dipertimbangkan adanya
persamaan sifat-sifat vegetatif tanaman. Selama ini yang digunakan sebagai
patokan untuk melakukan penyambungan adalah berdasarkan sifat botaninya, maka
tidak jarang suatu penyambungan mengalami kegagalan.
Berdasarkan
hasil penelitian, penggunaan daya konsentrasi 0,05% hormon IAA atau IBA bisa
meningkatkan keberhasilan penyambungan, caranya dengan mencelupkan atau
mengolesi kedua ujung yang akan dilekatkan, atau menyemprotkan batang atas
sebelum disambung (Wudianto 2002).
Keuntungan dari perbanyakan tanaman secara menyambung adalah sebagai
berikut:
1.
Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan
pada pembiakan vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya.
2.
Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang
bawahnya tahan terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang
rendah, atau gangguan lain yang terdapat di dalam tanah.
3.
Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh,
sehingga jenis yang tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki.
4.
Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman
buah-buahan) dan mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika
tanaman kehutanan).
Kerugian dari perbanyakan tanaman secara menyambung adalah sebagai
berikut:
1.
Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah
besar gampang patah jika ditiup angin kencang.
2.
Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara scion
dan rootstock
Hal-hal
yang perlu diperhatikan sebelum kegiatan grafting adalah sebagai berikut:
1.
Batang bawah (rootstock) harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a.
Mempunyai daya adaptasi seluas mungkin, artinya tanaman
itu kompatibel dengan berbagai varietas. Bahkan bila perlu juga kompatibel
dengan berbagai jenis dalam satu genus, yang dimaksud kompatibel disini adalah
kemampuan dua tanaman untuk membentuk sambungan (buding atau grafting)
dengan baik dan sambungan dua tanaman ini mampu tumbuh dengan baik.
b.
Mempunyai perakaran yang kuat dan tahan terhadap
serangan hama dan penyakit yang ada didalam tanah.
c.
Kecepatan tumbuhnya sesuai dengan batang atas yang
digunakan, dengan demikian diharapkan batang bawah ini mampu hidup bersama
dengan batang atas.
d.
Tidak mempunyai pengaruh pada batang atas, baik dalam
kualitas maupun
kuantitas buah (tanaman buah-buahan)
atau kayu (tanaman kehutanan) pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil
sambungan.
e.
Mempunyai batang yang kuat dan kokoh.
2.
Batang atas (Scion) mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
a.
Cabang dari pohon yang kuat, pertumbuhannya normal dan
bebas dari serangan hama dan penyakit.
b.
Bentuk cabang lurus, diameternya disesuaikan dengan
batang bawah, yaitu sama atau lebih kecil dari diameter batang bawah. Diameter
paling besar ± 1cm.
c.
Cabang dari pohon induk yang sifatnya benar-benar
seperti yang dikehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi (untuk
tanaman buah-buahan) berbatang lurus, batang bulat, pertumbuhan diameter cepat
(jika jenis tanaman kehutanan).
d.
Bisa menyesuaikan diri dengan batang bawah sehingga
sambungan kompatibel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan,
antara lain:
1.
Scion yang dijadikan bahan sambungan tersebut
tidak cacat dan masih dalam keadaan segar, tidak terlalu tua dan tidak terlalu
muda dan berbatang bulat.
2.
Grafting tidak
terkena secara langsung terik matahari maupun air hujan.
3.
Bagian sambungan kambium harus menempel seerat mungkin,
paling tidak salah satu dari bagiannya.
4.
Pisau dan gunting yang digunakan untuk kegiatan
sambungan ini yang tajam dan tidak berkarat agar sambungan tidak terinfeksi
oleh penyakit.
5.
Dikerjakan
dengan secepat mungkin, dengan kerusakan minimum pada kambium, dan diusahakan
penyayatan pada scion jangan sampai berulang ulang.
6.
Usahakan untuk menjaga bagian yang terluka, baik pada scion
maupun pada rootstock agar tetap dalam keadaan lembab.
7.
Bagian sambungan harus dijaga dari kekeringan sampai
beberapa minggu setelah penyambungan.
C.
Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Pisau tajam dan bersih
b.
Tali plastik pengikat sambungan
c.
Kantong plastik es atau plastik tipis untuk menutup
d.
Gunting pangkas
2.
Bahan
a.
Batang atas dan batang bawah tanaman kelengkeng
D.
Cara Kerja
1.
Memilih tanaman untuk batang atas dengan sifat yang
dikehendaki dan batang bawah. Batang bawah dan batang atas mempunyai ukuran
yang sama.
2.
Memotong pucuk untuk batang atas dari pohon induk yang
telah terpilih dan buang daunnya sehingga tersisa sepasang daun.
3.
Meruncingkan bagian bawah batang atas.
4.
Memotong batang bawah pada ketinggian 25 cm di atas
permukaan tanah, kemudian belah di bagian atasnya selebar 2-3 cm.
5.
Memasukkan batang atas ke dalam belahan batang bawah,
kemudian ikat sambungan pada bagian atas dan bungkus dengan sungkup plastik.
6.
Memeriksa sambungan selama 2-3 minggu, bila batang atas
masih segar berarti sambungan berhasil dan pembungkus beserta tali dapat
dibuka.
E.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil
Penyambungan Pada Kelengkeng (Dimocarpus longan)
Ulangan
|
Foto Penyambungan
|
Keterangan
|
Deskripsi Hasil
|
|
Saat Penyambungan
|
Setelah Penyambungan
|
|||
1
|
|
|
berhasil
|
Daunnya
rontok semua. Tumbuh tunas di sepanjang batang atas yang disambung.
Daun yang
rontok layu dan kering.
Batang
tetap segar dan hijau.
|
2
|
|
|
berhasil
|
Daunnya
rontok semua. Tumbuh tunas di sepanjang batang atas yang disambung.
Daun yang
rontok layu dan kering.
Batang
tetap segar dan hijau.
|
Sumber: Laporan Sementara
2. Pembahasan
Penyambungan atau enten (grafting) adalah penggabungan dua bagian
tanaman yang berlaianan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tumbuh sebgaai satu tanaman
setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan (Prastowo et al., 2006)
Tipe Sambungan
ditinjau dari bagian stock yang
disambung, dibagi menjadi :
a.
Sambung Pucuk (Top
Grafting)
Merupakan
cara penyambungan scion pada bagian
atas atau pucuk dari stock. Bagian pucuk dari stock dipotong, bagian bawahnya
dibelah dengan ukuruan panjang tertentu. Kemudian, scion yang sudah dikerat
sesuai dengan panjang belahan tadi diselipkan dan bagian yang disambungkan
tersebut diikat dengan tali secara hati-hati.
b.
Sambungan Samping (Side Grafting)
Merupakan
cara penyambungan scion pada bagian
samping stock. Bagian batang atau cabang dibuat belahan secara membujur dengan
panjang tertentu kemudian scion yang
sudah dikerat miring sesuai dengan panjang belahan tadi disisipkan secara
hati-hati dan diikat dengan baik. Pemotongan bagian stock diatas sambungan dilakukan setelah scion dapat tumbuh dengan baik. Pemotongan perlu dilakukan supaya
tidak terjadi kompetisi kebutuhan zat makanan yang diperlukan untuk lanjutan
dari scion.
Syarat-syarat batang atas yang akan
disambung adalah sebagai berikut:
a.
Cabang berasal dari pohon yang kuat
b.
Perkembangannya normal
c.
Bebas dari hama dan penyakit
d.
Bentuk cabang lurus dan diameter sesuai dengan batang
bawah (BPTP 2012).
Syarat-sayarat
batang bawah yang akan disambung adalah sebagai berikut:
a.
Sehat yang dapat dibuktikan dengan kulit batang muda di
buka atau warna kambiumnya putih bersih.
Cara
kerja dalam penyambungan adalah sebagai berikut:
1.
Buatlah sayatan
berbentuk huruf V pada batang bawah dengan ukuran 2-3 cm.
2.
Buat potongan huruf V
terbalik untuk entrees atau batang atas, kemudian potong bagian atasnya
sehingga entress berukuran panjang 2-3 cm, dan terdapat beberapa ruas (Pastikan
penggunaan alat selama proses penyambungan steril untuk mencegah serangan hama
dan penyakit yang akan menghambat pertumbuhan tanaman.
3.
Rekatkan batang atas
pada batang bawah mengikuti alur huruf V. Pastikan bahwa kedua potongan huruf V
sebidang sehingga ketika direkatkan, tidak ada rongga.
4.
Ikat bidang sambungan
dengan plastik pengikat, dan ditutup dengan plastik penutup. Sebaiknya
plastik transparan, Tujuan diadakannya sungkup dengan plastik
berwarna putih dalam proses penyambungan ini adalah untuk mengurangi penguapan
pada tanaman (Sukarmin et al., 2010)
dan menjaga kelembaban udara di sekitar tanaman.
5.
Dua minggu setelah
penyambungan, buka plastik penutup. Sedangkan plastik pengikat masih dibiarkan
menempel. Plastik pengikat dapat dibuka setelah 3-4 bulan. Keberhasilan
ditandai dengan munculnya tunas dari ruas batang atas, sekitar 2-3 milimeter
saat penyambungan telah 2 minggu. Selanjutnya tanaman yang sehat, akan berbunga
setelah 2-3 bulan dari saat penyambungan. Bila sambungan tidak berhasil biasanya ditandai
dengan adanya kering batang (Wahyuni 2013).
Mekanisme terjadinya proses pertautan
antara batang atas dan batang bawah dimulai dari lapisan kambium
masing-masing sel tanaman, baik batang atas dan batang bawah membentuk
jaringan kalus berupa sel-sel parenkim, sel-sel parenkim dari batang bawah dan
batang atas masing-masing saling kontak, menyatu dan selanjutnya membaur,
sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi membentuk kambiun sebagai
lanjutan dari lapisan kambium batang atas dan batang bawah yang lama,
selanjutnya dari lapisan kambium akan terbentuk jaringan pembuluh
sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan
sebaliknya untuk hasil fotosintesis dapat berlangsung kembali (Hartmann, et
al.,1997 dalam Budiyati et al.,
2010). Dalam pengeratan cabang (ranting) media okulasi dapat
mengakibatkan berakumulasinya bahan bahan organik (Hartmann dan Kester 1983
dalam Budiyati et al., 2010) yang
berguna dalam pembentukan kalus (Hellriegel 1982 dalam Budiyati et al., 2010) sebagai bahan perekat dan
penyembuhan luka pasca daerah pertautan antara batang atas dengan batang bawah.
Pembentukan kalus sangat dipengaruhi oleh umur tanaman. Batang bawah yang lebih
muda akan menghasilkan persentase sambungan yang tumbuh lebih besar dibandingkan
dengan tanaman yang lebih tua (Supriyanto dan Kristianto 1995 dalam Mosip
2010).
Tanaman di buang daunya dalam kegiatan
penyambungan tumbuh daun baru lebih baik dan subur hal ini di sebabkan oleh
hematnya dalam pemanfaatan energi karena energi yang didapat langsung digunakan
untuk pertumbuhan dan proses penyambungan dengan secara kimiawi dan biologis
yaitu pembentukan protein dan karbonhidrat untuk menutup luka yang ada di
antara sambungan bawah dan atas. Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam
penyambungan ini adalah bagian daun tanaman, karena pada daun tanaman terjadi
banyak proses penguapan akibat cahaya matahari dan akibat proses fotosintesis,
oleh karena itu untuk mencegah terjadinya pemborosan energi dan air maka daun
tanaman atas perlu dipangkas dan menyisahkan sedikit saja, jadi tujuan dari
pemangkasan daun ini adalah untuk menghemat energi dan air pada tanaman hasil
okulasi (Mosip 2010).
Faktor-faktor penyebab kegagalan dalam
menyambung adalah sebagai berikut:
1.
Pengikat sambungan kurang kuat
Bila
pengikattan tidak kuat akan menyebabkan beberapa masalah seperti. Pertama
batang atas akan mudak terlepas atu berubah posisi ketika tersenggol. Batang
atas tidak menempel dengan sempurna dengan batang bawah jadi permukaan batang
yang maenempel dengan permukaan bidang bawah menjadi tidak merata sehingga
menghalangi penyatuan jaringan antara batang dan transmisi supply dari
batang bawah menjadi tidak lancar bahkan tidak berhasil sama sekali. Akibatnya
batang akan menjadi kering (Sardijanto 2006).
2.
Pengikat sambungan terlalu kuat
Jika
penngikat terlalu kuat dapat menyebabkan sebagian jaringan kapiler tertekan.
Dengan demikian, akan menyebabkan persoalan seperti: menghambat penyaluran supply
ke batang atas. Menyebabkan getah atu cairan pada batang atas terperas
terutama bila batang atas terlalu muda (Sardijanto, 2006).
3.
Terjadi penguapan yang berlebih
Bila
penguapan terjadi secara berlebih, maka biasanya uap air banyak yang menempel
peda dinding plastik bagian dalam dan kemudian turun menyatu mengenai bagian
batang penyambungan, yang akan menyebabkan pembusukan pada bagian yang terkena
air. Penguapan berlebih juga bisa menyebabkan tumbuhnya jamur pada batang atas
terutama bila peralatan yang digunakan tidak steril ditambah faktor kelembapan
yang tinggi.
4.
Batang bawah terlalu muda
Penggunaan
batang bawah yeng terlalu muda akan membawa resiko kegagalan. Jadi sebaiknya
menggunakan batang bawah yang sudah siap digunakan dalam penyambungan.
5.
Batang atas terlalu muda
Penggunaan
batang atas yang terlalu muda juga akan membawa resiko kegagalan. Jadi
sebaiknya menggunakan batang bawah yang sudah siap digunakan dalam
penyambungan.
6.
Batang atas terlalu pendek
Penggunan
batang atas sebaiknya menggunakan batang dengan panjang 5-8 cm yang berisi
calon mata tunas 4-6 buah, bila menggunakan batang yang terlalu pendek maka
tingkat keberhasilanya akan kecil.
7.
Terlalu cepat terkena sinar matahari langsung
Hal
ini kan menyebabkan penguapan yang berlebih, dan nantinya akan menyebabkan
persoalan sama seperti dalam permasalahan terjadinya penguapan yang berlebih
yaiti tanaman membusuk atau berjamur.
8.
Terlalu cepat terkena air
Bila
tanaman terlalu cepat terkenair kemungkinan bagian sambungan akana ikut terkena
dan akan mengakibatkan batang membusuk atau berjamur.
9.
Suhu setempat terlalu tinggi
Untuk
mendukung keberhasilan penyambungan suhu haruslah sesuai, bila suhu terlalu
panas atau dingin ini nantinya tidak akan baik.
10. Kelembapan
relatif terlalu tinggi
Kelembapan
setempat akan berpengaruh tumbuhnya jamur pada daerah sekitar penyambungan, dan
apabila peralatan yang digunakan sebelumnya tidak steril.
11. Peralatan
yang di gunakan tidak steril
Apabila
peralatan yang digunakan tidak steril nantinya akan menyebabkan tumbuhnya
bakteri atau jamur yang akan menghambat penyatuan jaringan antara batang atas
dan batang bawah.
12. Keterampilan
Keterampilan disini adalah cara kita memotong sudah benar dan
baikkah, karena bila pemotongan salah bisa-bisa akan merusak jaringan pada
batang yang akan kita sambung (Nabasya 2013)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dalam menyambung adalah sebagai berikut:
1. Faktor Lingkungan
a. Waktu penyambungan, pada umumnya penyambungan dilakukan pada waktu
cuaca yang cerah, tidak hujan, dan tidak di bawah terik matahari.
b. Temperatur dan kelembaban, temperatur dan kelembaban yang optimal akan
mempertinggi pembentukan jaringan kalus, yang sangat diperlukan untuk
berhasilnya suatu sambungan. Temperatur yang diperlukan dalam penyambungan
berkisar antara 7,20C-320C, bila temperatur kurang dari
7,20C pembentukan kalus akan lambat, dan bila lebih dari 320C
pembentukan kalus menjadi lambat dan dapat mematikan sel-sel pada sambungan. Temperatur
optimum pada penyambungan adalah 250C-300C. Penyambungan memerlukan kelembaban yang
tinggi, bila kelembabannnya rendah akan mengalami kekeringan, dan
menghambat/menghalangi pembentuk an kalus pada sambungan karena banyak sel-sel
pada sambungan mati.
c. Cahaya matahari, berpengaruh pada waktu pelaksanaan
penyambungan berlangsung, oleh karena itu penyambungan sebaiknya dilakukan pada
waktu pagi atau sore. Cahaya
yang terlalu panas akan mengurangi daya tahan batang atas terhadap kekeringan,
dan dapat merusak kambium pada daerah sambungan.
2. Faktor tanaman
a. Kompatibilitas
dan inkompatibilitas, pada umumnya batang atas dan batang bawah
dari varietas yang sama akan menghasilkan sambungan yang kompatibel, dan
biasanya gabungan tanaman/hasil sambungan akan hidup lama, produktif dan kuat. Gejala-gejala
inkompatibilitas antara dua tanaman yang disambung antara lain :
1) Gabungan antara species, varietas atau
klon-klon yang tidak pernah membentuk sambungan.
2) Gabungan antara dua tanaman dimana jumlah
dari keberhasilan sambungan sangat kecil.
3) Setelah sambungan tumbuh, tetapi tanaman
tiba-tiba mati.
4) Adanya perbedaan antara batang atas dan
batang bawah dalam pertumbuhan vegetatif pada permulaan atau akhir musim.
5) Adanya pertumbuhan yang berlebihan di atas
atau di bawah sambungan.
6) Terjadi penghambatan tumbuh pada tanaman
hasil sambungan (tanaman menjadi kerdil).
b. Keadaan
fisiologi tanaman, beberapa tanaman mengalami kesukaran untuk
disambungkan ke tanaman lain, karena jenis tanaman tersebut sulit membentuk
kalus.
c. Penyatuan kambium, agar persentuhan kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak terjadi,
maka diperlukan ukuran batang bawah dan batang atas dipilih yang hampir sama.
3. Faktor Pelaksana
a. Keahlian, kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi
penyakit dan kerusakan pada kambium
b. Kesempurnaan
alat, dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan
kebersihan alat, tali pengikat yang tipis dan lentur.
c. Keserasian
bentuk potongan, keserasian bentuk potongan antara batang
atas dan batang bawah perlu diperhatikan untuk mendapatkan kesesuaian letak
penyatuan kambium batang atas dan batang bawah yang serasi.
F.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
dari perbanyakan tanaman secara menyambung ini adalah sebagai berikut:
a.
Grafitng
adalah menghubungkan batang bawah dan
batang atas dari tanaman yang berbeda, sehingga membentuk persenyawaan
2. Saran
a.
Dijelaskan terlebih dahulu mengenai karakteristik
tanaman kelengkeng yang akan disambung.
|
BPTP Sulawesi Selatan. 2012. Teknologi
Sambung Samping Kakao. http://sulsel.litbang.deptan.go.id
diakses pada 4 Desember 2013.
Budiyati, Emi, Hardiyanto, Suhariyono,
Hasim Ashari. 2010. Potensi Pembenihan Jeruk
Lokal Komersial Varietas Keprok SoE pada Tiga Varietas Batang Bawah (JC, RI dan Volkameriana).
http://balitjestro.litbang.deptan.go.id diakses
pada 5 Desember 2013.
Mosip, Ernus, S.P. 2010. Tehnik Okulasi
Grafting pada Tanaman. http://erinusmosipinginlepas.blogspot.com
diakses pada 5 Desember 2103.
Nabasya. 2013. Penyambungan Tanaman.
http://nabsya.wordpres.com diakses pada 5 Desember
2013.
Pandi. 2010. Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Penyambungan. http://p4ndhit.files.wordpress.com
diakses pada 5 Desember 2013.
Prastowo, Nugroho H. 2006. Tehnik
Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah.
World Agroforesty Centre (JCRAF) & Winrock International. http://worldagroforestry.org
diakses pada 4 Desemeber 2013.
Sukarmin,Eni Angriani, Endriyanto. 2010.
Teknik Penyambungan Mannga Arumanis 143
dengan Batang Bawah Manggu Madu dan Saigon. Jurnal Buletin Teknik Pertanian, Vol.15 No.1:17 (online), (http://digilib.litbang.deptan.go.id
diakses pada 4 Desember 2103).
Suwandi. 2009. Petunjuk Teknis Perbanyakan Tanaman Dengan Cara Sambungan (Grafting). http://forda-mof.org diakses pada 4 Desember
2013.
Wahyuni, Rimha. 2013. Laporan Praktikum
Tenik Sambung dan Okulasi. http://rimha-follow.blogspot.com
diakses pada 5 Desember 2013.
Yulianto, Joko Susilo, Endang Iriani.
2010. Teknologi Perbibitan Kelengking Secara Vegetatif.
http://jateng.litabng.deptan.go.id diakses pada 4 Desember 2013.
|
BUDIDAYA
TANAMAN
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara
agraris yang memungkinkan dikembangkannya tanaman sayur-sayuran yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Sayuran sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan
pangan dan peningkatan gizi karena mengandung sumber vitamin, serat dan mineral
yang dibutuhkan manusia. Produksi sayuran di Indonesia pada tahun 2007 mencapai
9.94 juta ton yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu 9.53 juta
ton. Meskipun produksi mengalami peningkatan, namun tingkat konsumsi sayuran di
Indonesia masih di bawah standar. Standar konsumsi sayuran di Indonesia ialah
65.75 kg/kapita/tahun. Penduduk Indonesia hanya mengkonsumsi sayuran sebanyak
37.94 kg/kapita/tahun (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian 2008 dalam Yulianti
2009).
Aswaldi et al. (2005 dalam
Yulianti 2009) menyatakan bahwa konsumsi sayuran di Indonesia diprediksikan
akan mengalami peningkatan sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian dan
meningkatnya taraf pendidikan masyarakat. Peluang meningkatnya permintaan
tersebut perlu diantisipasi dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas produk
sayuran yang dihasilkan petani Indonesia. Untuk memenuhi permintaan sayuran
tersebut, diharapkan sayuran yang diproduksi petani bebas dari penggunaan
bahan-bahan sintetik yang dapat membahayakan tubuh manusia, menyebabkan
pencemaran dan kerusakan lingkungan sehingga sayuran tersebut aman dan sehat
jika dikonsumsi.
Menurut Harjadi (1989 dalam Yulianti
2009) pertanian organik merupakan salah satu sistem pertanian yang ramah
lingkungan dengan menggunakan bahan organik dan mengusahakan keseimbangan alami
antara tanah, hewan, dan mikroorganisme serta waktu tanam pun disesuaikan
dengan kondisi bulan. Menurut Blake (1994 dalam Yulianti 2009) produksi sayuran
yang dihasilkan oleh sistem budidaya secara organik relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan sistem budidaya secara konvensional. Hal ini disebabkan
karena dalam sistem pertanian organik tidak menggunakan pupuk sintetik yang
lebih tinggi kandungan haranya dan pestisida sintetik.
Tingkat kehilangan hasil pada pasca
panen yang terjadi pada buah-buahan dan sayur-sayuran segar dalam pertanian di
daerah tropika sangat tinggi (Pantastico 1986 dalam Yulianti 2009). Kerusakan
suatu komoditas mengakibatkan kehilangan (loss) sehingga produk tersebut
tidak layak untuk dikonsumsi. Kisaran kehilangan pasca panen buah dan sayuran
segar diperkirakan mencapai 5-25% pada negara maju dan 20-50% pada negara
sedang berkembang (Agribisnis Indonesia Online 2006 dalam Yulianti 2009). Pengusahaan sayuran organik memerlukan
pengetahuan dan keterampilan, baik dalam teknik budidaya di lapangan,
penanganan pasca panen, manajerial dan pemasaran. Di samping itu, untuk dapat
memasuki suatu pasar tertentu diberlakukan standardisasi dalam setiap tahapan
produksi. Untuk itulah diadakannya praktikum mengenai budidaya tanaman secara organik
ini kepada mahasiswa, supaya mahasiswa memiliki bekal dan terampil
mengaplikasikannya.
2. Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktium Teknik Budidya
Tanaman Hortikultura ini adalah untuk mengenal, mempelajari, dan memberikan
keterampilan kepada mahasiswa tentang teknik budidaya beberapa komoditas
hortikultura.
B.
Tinjauan Pustaka
Hal-hal yang harus diperhatikan waktu
menanam sayuran dipekarangan antara lain :
1.
Ragam Tanam Sayuran
Ragam tanam sayuran letaknya harus
diatur dari timur ke barat dengan jenis sayuran terendah, sedangkan sayuran
yang batangnya tinggi sehingga semua tanaman sayuran akan mendapat sinar
matahari yang merata.
2.
Waktu Penamam
Jumlah kebutuhan konsumsi harian
tiap jenis sayuran dalam keluarga hendaknya dihitung untuk memenuhui kebutuhan
tersebut, maka waktu penanaman harus diatur, misalnya tanaman kangkung darat
dibuat 5 bedengan artinya 5 bedengan ini ditanam selang waktu 1 minggu dan
seterusnya.
3.
Pengelolahan
Tanah
Pertama-tama tanah dibersikan dari
gulma. Di cangkul 2 kali digemburkan 1 kali. Buat bedengan dengan lebar 60 cm,
panjang secukupnya dan dalam 30 cm.
4.
Penyediaan
Benih Sayuran
Sebelum
benih ditanam, sebaiknya tes dulu daya tumbuhnya jika daya tumbuhnya baik barulah
benih ditanam. Dalam membeli benih yang harus diperhatikan yaitu lebelnya,
apakah benih itu kadarluwarsa atau tidak?
5.
Pengairan
Pengairan
dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore lebih-lebih jika cuaca kemarau. Penyiraman
biasanya menggunakan gembor.
6.
Pemupukan
Pupuk
dasar menggunakan pupuk kandang/kompos 1 kg per m2
ditambah SP36 (20 gr/m2).
Pupuk urea digunakan berupa pupuk cair (10 liter air dicampur dengan 2 sendok makan)
dengan cara disiramkan pada bedengan pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari (Anonim
2010).
Syarat
tumbuh dari masing-masing komoditi sayuran yang dijadikan bahan kegiatan
praktikum adalah sebagai berikut:
1. Kacang
Panjang
Tanaman tumbuh baik pada tanah
Latosol / lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan
drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 20-30˚C, iklimnya kering,
curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum kurang dari 800 m
dpl. Hal-hal yang dilakukan dalam budidaya
tanaman kacang panjang adalah sebagai berikut:
2. Pare
Pare
mempunyai daya adaptasi tumbuh yang cukup tinggi. Dapat menyesuaikan diri
terhadap iklim yang berlainan baik suhu dan curah hujan yang tinggi. Dapat
hijau sepanjang tahun dan tidak tergantung musim Pare membutuhkan drainase
tanah yang cukup baik, tanah yang gembur, banyak mengandung bahan organik, dan
memerlukan PH antara 5 – 6. Ketinggian ideal sekitar 1 meter hingga 1500 meter
dpl (Anonim 1996).
3.
Timun
Dalam mengusahakan budidaya tanaman
sayuran hendaknya diperhatikan aspek tanah, pengolahan tanah, penanaman biji
sayuran, dan pengendalian gulma (Syarif -).
C.
Alat dan Bahan
1. Alat
a.
Cangkul
b.
Cethok
c.
Sabit
d.
Ajir
e.
Ember
f.
Papan nama kelompok
g.
Tali raffia
h.
Pathok
2. Bahan
a.
Biji mentimun (Cucumis
sativus)
b.
Biji kacang panjang (Phaseolus vulgaris)
c.
Biji pare (Momordica
charantia)
d.
Pupuk kandang
e.
Pupuk NPK
D.
Cara Kerja
1.
Membersihkan lahan dari gulma dengan menggunakan sabit
atau di cabut secara manual (memakai tangan).
2.
Menggemburkan lahan dengan cangkul, jika tanah keras
untuk dicangkul dapat disiram air terlebih dahulu agar mudah dalam menyangkul.
3.
Menaburkan pupuk organik (Pupuk kandang) kemudian
dicampurkan sampai rata dan membuat guludan.
4.
Memasang ajir pada guludan, kemudian membuat lubang
tanam di masing-masing ajir.
5.
Memasukkan 2 benih tanaman ke dalam lubang tanam,
kemudian tutup dengan tanah.
6.
Menyirami lahan secukupnya.
7.
Melakukan perawatan rutin berupa penyiraman dan
melakukan tindak pengendalian terhadap hama, gulma dan pathogen penyebab
penyakit setiap hari.
E.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
Tabel
5.1 Hasil Budidaya Tanaman Pada Beberapa Komoditas
Komoditi
|
Pengolahan tanah
|
Perawatan
|
Panen
|
||||
OPT
|
Pemupukan
|
Pengairan
|
Periode panen
|
Hasil Panen
|
Hasil Penjualan
|
||
Kacang
Panjang
|
Tanah
digemburkan kemudian dicampur pupuk organik sehari sebelum tanam,
|
Ada ulat
yang memakan daun, ulat penggerek daun, jangkrik
|
Dipupuk
dengan 2 bungkus plastik pupuk organik pada sehari sebelum tanam dan pupuk
NPK pada saat tanam sekitar 40 gr.
|
Tiap hari
kecuali jika sebelumnya hujan, tidak perlu dilakukan penyiraman kembali
|
1. 2-12-2013
2. 9 -12-2013
|
1.
0.4 kg
2.
0.7 kg
|
1.
Rp 1.700
2.
Rp1.300
|
total
|
|
|
|
|
|
0.11 kg
|
Rp 3.000
|
Timun
|
Tanah
digemburkan kemudian dicampur pupuk organik sehari sebelum tanam,
|
Ada ulat
yang memakan daun, ulat penggerek daun, jangkrik
|
Dipupuk
dengan 2 bungkus plastik pupuk organik pada sehari sebelum tanam dan pupuk
NPK pada saat tanam sekitar 40 gr
|
Tiap hari
kecuali jika sebelumnya hujan, tidak perlu dilakukan penyiraman kembali
|
1. 21
Oktober 2013
2. 9
Desemeber 2013
|
1. 0.43 kg
2. 0.36 kg
|
1. 10.000
2. 9000
|
total
|
|
|
|
|
|
0.79 kg
|
RP 19.000
|
Pare
|
Tanah
digemburkan kemudian dicampur pupuk organik sehari sebelum tanam,
|
Ada ulat
yang memakan daun, ulat penggerek daun, jangkrik
|
Dipupuk
dengan 2 bungkus plastik pupuk organik pada sehari sebelum tanam dan pupuk
NPK pada saat tanam sekitar 40 gr
|
Tiap hari
kecuali jika sebelumnya hujan, tidak perlu dilakukan penyiraman kembali
|
1. 21
Oktober 2013
2. 9
Desember 2013
|
1. 1.02
2. 0.29
|
Rp 5000
2. Rp 4500
|
total
|
|
|
|
|
|
1.31 kg
|
Rp 9.500
|
Sumber: Laporan
Sementara
Gambar
5.1 Budidaya Tanaman Kacang Panjang
2. Pembahasan
Timun merupakan sayuran yang dimakan
dalam bentuk buah, dimana memiliki kandungan air yang cukup banyak dan
mengalami panen yang lebih cepat berbarengan dengan pare disbanding komoditi
kacang panjang. Pare jarang diminati konsumen karena memiliki rasa yang pahit
pada buahnya, sehingga pare lebih cocok dijadikan sayuran (dimasak terlebih
dahulu) daripada di jadikan lalapan seperti timun. Kacang panjang memiliki rasa
yang enak dan tekstur yang empuk, sehingga banyak diminati konsumen Indonesia,
dalam pembudidayaannya, ajir kacang panjang lebih tinggi dibanding tanaman
timun dan pare.
Tujuan dilakukannya pembudidayaan
pada tanaman adalah agar kita dapat memenuhi kebutuhan akan komoditi tanaman
yang kita perlukan, sehingga pembudidayaan bertujuan memaksimalkan hasil panen
dari tanaman tersebut. Pengolahan tanah yang dilakukan pada kegiatan praktikum
ini adalah tanah di cangkul sampai gembur kemudian dibuat bedengan, di beri
pupuk kandang sehari sebelum tanam, pada saat penanaman di beri pupuk NPK
secukupnya. Tanaman di tanam dalam bentuk biji, dimana dalam satu tiang ajir
diberi 2 biji untuk menghindari biji yang tidak tumbuh, sehingga tidak perlu
dilakukan penyulaman yang menyebabkan panen tidak serempak. Perawatan tanaman
meliputi pengairan tiap hari, kecuali jika sehari sebelumnya telah hujan, maka
tidak dilakukan penyiraman kembali. Pengendalian hama dilakukan dengan membuang
daun yang terkena ulat penggerek, dan secara mekanik membuang ulat atau
mengusir jangkrik yang berada di sekitar pertanaman.
Bedengan dalam pembudidayaan tanaman
ini berfungsi untuk memudahkan kita mengawasi tanaman yang dibudidayakan,
dengan bedengan kita lebih mudah melakukan pengairan dan pengendalian organisme
pengganggu tanaman. Panen tiba ditandai dengan kenampakan buah sayuran yang
telah masak secara fisiologis, yaitu buah sayur mulai membesar dan berwarna
hijau tua. Hasil panen dijual dengan menawarkan kepada mahasiswa yang memiliki
dapur pada kosnya atau yang berasal dari wilayah Solo, sehingga mereka dapat
memasak dari hasil panen ini. Pembudidayaan tanaman ini melibatkan semua aspek
baik komponen biotik dan abiotik, dimana abiotik yang berpengaruh adalah sinar
matahari, angin, hujan, kelembaban, dll.
F.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum budidaya tanaman ini adalah sebagai berikut:
1.
Tata letak dalam budidaya tanaman sayur diatur dari
timur ke barat dari jenis yang lebih rendah tingginya, agar perolehan sinar
matahari bisa menyeluruh.
2.
Penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan hasil
panen.
3.
Penggunaan ajir dan bedengan memudahkan pembudidaya
mengawasi tanamannya.
4.
Pengairan dilakukan secara rutin agar tanaman tidak
mengalami kekeringan.
|
Anonim. Modul Budidaya Kacang Panjang. http://sawitatch.or.id
diakses pada 17 Desember 2013.
Anonim. 1996. Usaha Tani Tanaman Pare.
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Tenologi
Pertanian. http://pustaka.litbang.deptan.go.id diakses pada 17 Desember 2013.
Anonim. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran.
Kegiatan Kursus Tani BPP Model di BPP
Lawe Sigalagala Kec Lawe Sigala-gala. http://cybex.deptan.go.id diakses pada 17 Desember 2013.
Syarif, Zulfadly. Teknologi Produksi
Tanaman Hortikultura II. http://faperta.unand.ac.id
diakses pada 17 Desember 2013.
|
PENGENALAN
SAYURAN DAN BUAH
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Sayuran dan buah merupakan tanaman
hortikultura yang bisa dikonsumsi makhluk hidup. Sayuran dapat diamakan secara
langsung maupun dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Bagian yang dapat
dikonsumsi antara satu sayuran dengan sayuran lain berbeda-beda, ada yang
diamakan bagian daun, batangn atau umbi batang, polong muda mauapaun tua,
kuncup bunga, umbi akar, dan lain-lain. Sayur dan buah memiliki kandungan
zat-zat yang penting bagi tubuh. Zat-zat gizi tersebut diantaranya karbohidarat,
vitamin, mineral, protein, lemak, kalsium, serat dan lain-lain. Zat-zat gizi
yang terkandung dalam sayur atau buah berbeda-beda. Sayuran dan buah yang
mengandung serat dapat memperlancar pencernaan, sehingga baik dikonsumsi setiap
hari.
Daerah tempat tumbuh sayur atau buah
juga berbeda-beda ada yang dapat tumbuh di dataran rendah, ada yang dapat
tumbuh di adataran tinggi ada pula yang dapat tumbuh di dataran rendah maupun
dataran tinggi. Selain daerah tumbuh yang berbeda cara tanamnya pun juga berbeda.
Nama sayur maupun buah di satu daerah dengan daerah lain berbeda-beda.
Mempelajari sayuran dan buah penting agar saat kita di daerah lain kita juga
tahu nama sayur dan buah di daerah tersebut. Pengenalan sayur dan buah dapat
menambah pengetahuan mengenai kandungan zat-zat penting di dalamnya, sehingga
kita dapat mengkonsumsi bahan pangan yang bergizi dan berguna bagi tubuh kita.
2. Tujuan
Praktikum
Tujuan dari diselenggarakannya
kegiatan praktikum Teknik Budidaya Tanaman Hortikultura ini adalah untuk
mengenal dan mempelajari bermacam-macam sayuran, cara bertanamnya, bagian yang
dimakan serta zat-zat terpenting yang terdapat pada sayuran.
B.
Tinjauan Pustaka
Salak
(Salacca edulis) merupakan sumber serat yang baik dan mengandung
karbohidrat. Rasa buahnya manis, dan memiliki bau dan rasa yang
unik. Salak mengandung zat bioaktif antioksidan seperti vitamin A dan vitamin
C, serta senyawa fenolik. Salak memiliki umur simpan kurang dari seminggu
karena proses pematangan buahnya cepat dan mengandung kadar air yang cukup
tinggi yakni sekitar 78% (Ong et al. 2009). Cabai termasuk komoditas unggulan
nasional dan sumber vitamin C. Daerah penanamannya luas karena dapat diusahakan
di dataran rendah maupun dataran tinggi. Banyak petani di Indonesia yang
menanam cabai merah karena mudah dibudidayakan (Rahmawati et al. 2009).
Kacang
panjang adalah tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia, baik sebagai sayuran maupun sebagai lalapan. Kacang panjang
merupakan anggota famili Fabaceae yang termasuk ke dalam golongan sayuran.
Selain rasanya enak, sayuran ini juga mengandung zat gizi cukup banyak. Kacang
panjang adalah sumber protein yang baik, vitamin A, thiamin, riboflavin, besi,
fosfor, kalium, vitamin C, folat, magnesium dan mangan (Haryanto 2009). Batang
tanaman sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan.
Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Tanaman sawi
umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di dataran tinggi maupun
di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia)
yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi
terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna
kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua
(Rukmana 2002).
Labu
siam (Sechium edule) termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Tanaman
ini banyak ditanam di Filipina, Malaysia, dan Indonesia. Meskipun bentuk buah
labu siam tidak menarik, manfaatnya banyak bagi kesehatan manusia. Buah labu
siam mengandung delapan antioksidan flavonoid yang kuat untuk mencegah penyakit
kanker. Komposisi nutrisi buah labu siam terdiri dari makronutrien yaitu
protein dan karbohidrat dalam bentuk serat yang tinggi dan lemak yang rendah
serta mikronutrien yaitu vitamin C yang tinggi dan vitamin-vitamin lainnya
serta mineral seperti kalium dan mineral lainnya (Modgil 2004).
C.
Alat dan Bahan
1. Alat
a.
Pisau
b.
Kertas HVS
c.
Alat tulis
d.
Kamera
2. Bahan
a.
Cabai
b.
Mentimun
c.
Wortel
d.
Kacang Panjang
e.
Jipan
f.
Terong
g.
Tomat
h.
Seledri
i.
Pare
j.
Sawi
k.
Jeruk
l.
Salak
m.
Apel
n.
Mangga
o.
Nanas
D.
Cara Kerja
1. Menggambar
bentuk bahan sayuran dan buah
2. Memberi
keterangan pada sayuran dan buah yang diamati dengan keterangan sebagai
berikut:
a.
Nama (dalam Indonesia, Daerah, Latin dan Inggris)
b.
Bagian yang dimakan
c.
Zat-zat yang terkandung
d.
Daerah tempat tumbuhnya (dataran tinggi/rendah)
e.
Cara bertanam
f.
Tipe buah
3. Mendokumentasikan
sayuran dan buah.
E.
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
Tabel 5.1 Pengenalan
Sayur-Sayuran dan Buah-buahan
No.
|
Foto
|
Keterangan
|
1.
|
|
·
Nama
Daerah : pelem
Indonesia :
mangga
Latin : Mangifera
indica
Inggris : mango
·
Bagian
yang dimakan : daging buah
·
Zat yang
terkandung : karbohidrat, gula, lemak, protein, vitamin A, beta-karoten,
thiamin, kalsium, magnesium, dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran rendah
·
Cara
bertanam : biji, cangkok, langsung
·
Tipe
buah : pohon
|
2.
|
|
·
Nama
Daerah : tomat
Indonesia :
tomat
Latin : Solanum
lycopersicum
Inggris : tomato
·
Bagian
yang dimakan : daging buah
·
Zat yang
terkandung : vitamin A:B1:B2: C, kalsium, magnesium, besi, Na, kalium,
antioksidan, dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran tinggi
·
Cara
bertanam : biji,, pembibitan
·
Tipe
buah : berbatang basah
|
3.
|
|
·
Nama
Daerah : jeruk
Indonesia :
jeruk
Latin : Cricus
sp
Inggris : orange
·
Bagian
yang dimakan : buah
·
Zat yang
terkandung : vitamin C: B6: B1: B2: B5: B3: asam folat, magnesium, karbohidrat, kalsium, fosfor,
lemak, tembaga, air, besi, dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran rendah
·
Cara
bertanam : biji, cangkok, langsung
·
Tipe
buah : pohon
|
4.
|
|
·
Nama
Daerah : salak
Indonesia :
salak
Latin : Salaffa
zalacca
Inggris : snake fruit
·
Bagian
yang dimakan : daging buah
·
Zat yang
terkandung : vitamin C: B, protein, fosfor, besi, dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran tinggi
·
Cara
bertanam : biji, pembibitan
·
Tipe
buah : semak
|
5.
|
|
·
Nama
Daerah : apel
Indonesia : apel
Latin : Malus
domestica
Inggris : apple
·
Bagian
yang dimakan : buah
·
Zat yang
terkandung : asetilkolin, gula, lemak, querecetin, dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran tinggi
·
Cara
bertanam : biji, cangkok, langsung, merunduk
·
Tipe
buah : pohon
|
6.
|
|
·
Nama
Daerah : nenas
Indonesia :
nanas
Latin : Ananas
sativus
Inggris : pineaple
·
Bagian
yang dimakan : daging buah
·
Zat yang
terkandung : vitamin A dan C, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium,
kalium, dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran rendah
·
Cara
bertanam : penyemaian
·
Tipe
buah : buah semak
|
7.
|
|
·
Nama
Daerah : seledri
Indonesia :
seledri
Latin : Apium
graveol
Inggris : celery
·
Bagian
yang dimakan : daun dan batang
·
Zat yang
terkandung : provitamin A dan K, karbohidrat, kalsium, fosfat, besi, vitamin
A: B: C, dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran rendah
·
Cara
bertanam : pembibitan
·
Tipe
buah : berbatang basah (terna)
|
8.
|
|
·
Nama
Daerah : wortel
Indonesia :
wortel
Latin : Daucus
carota
Inggris : carrot
·
Bagian
yang dimakan : umbi akar
·
Zat yang
terkandung : vitamin A : B1: B2: C, besi, fosfor, karbohidrat, dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran tinggi
·
Cara
bertanam : langsung
·
Tipe
buah : buah terna
|
9.
|
|
·
Nama
Daerah : pare
Indonesia : pare
Latin : Momordica
chorontia
Inggris : Parea
·
Bagian
yang dimakan : buah
·
Zat yang
terkandung : protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfat, besi, vitamin A:
B: C,, dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran rendah
·
Cara
bertanam : langsung
·
Tipe
buah : buah merambat
|
10.
|
|
·
Nama
Daerah : timun
Indonesia :
mentimun
Latin : Cucumis
sativus L
Inggris : cucumber
·
Bagian
yang dimakan : daging buah
·
Zat yang
terkandung : vitamin A: B: C, magnesium, kalium, mangan, dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran rendah
·
Cara
bertanam : langsung
Tipe buah : buah
merambat
|
11.
|
|
·
Nama
Daerah : terong
Indonesia :
terong
Latin : Solanum
melongena
Inggris : eggplant
·
Bagian
yang dimakan : buah
·
Zat yang
terkandung : nikotin, fosfor, besi, karbohidrat, lemak, vitamin A: B1: C dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran rendah
·
Cara
bertanam : langsung
·
Tipe
buah : buah merambat
|
12.
|
|
·
Nama
Daerah : lombok
Indonesia :
cabai
Latin : Capsicumannum
Inggris : chili
·
Bagian
yang dimakan : buah dan biji
·
Zat yang
terkandung : vitamin A: B1: C, kalsium dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran rendah
·
Cara
bertanam : pembibitan/biji
·
Tipe
buah :
|
13.
|
|
·
Nama
Daerah : jipan
Indonesia :
laabusiem
Latin : sechium
edule
Inggris : chayote
·
Bagian
yang dimakan : buah
·
Zat yang
terkandung : vitamin B3, asam folat, protein, lemak, kalium, dll.
·
Tempat
tumbuh : tinggi
·
Cara
bertanam : langsung
·
Tipe
buah : buah berbatang merambat
|
14.
|
|
·
Nama
Daerah : kacang panjang
Indonesia :
kacang panjang
Latin : Vigna
unguiculata
Inggris : longbeans
·
Bagian
yang dimakan : buah dan biji
·
Zat yang
terkandung : karbohidrat, lemak, protein, vitamin A, besi, kalsium, dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran rendah
·
Cara
bertanam : langsung
·
Tipe
buah :
|
15.
|
|
·
Nama
Daerah : sawi
Indonesia : sawi
Latin : Brassica
juncea
Inggris : mustard
·
Bagian
yang dimakan : daun dan biji
·
Zat yang
terkandung : vitamin A: B: C:E :K, protein, lemak, kalsium, mangan, dll.
·
Tempat
tumbuh : dataran tinggi
·
Cara
bertanam : langsung
·
Tipe
buah :
|
Sumber: Laporan
sementara
2. Pembahasan
Sayur dan buah yang ada di dunia ini
ada banyak macamnya. Indonesia memiliki banyak macam buah dan sayuran.
Pengenalan sayur dan buah merupakan kegiatan untuk mempelajari dan mengetahui
berbagai macam jenis sayur dan buah yang ada di sekitar kita. Maksud dari
pengenalan sayur dan buah adalah agar kita mengetahui berbagai macam sayur dan
buah, dan bagian apa yang dimakan dari sayur tersebut, serta cara menanamnya.
Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui zat-zat penting yang terkandung
dalam sayur dan buah tersebut.
Bahan yang digunakan dalam
pengenalan sayur dan buah yaitu berbagai macam sayur dan buah. Sayur yang
digunakan dalam praktikum kali ini adalah cabai, mentimun, wortel, kacang
panjang, jipan, terong, seledri, sawi. Buah yang digunakan dalam praktikum kali
ini adalah jeruk, salak, apel, mangga, nanas, dan tomat. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam praktikum pengenalan sayur dan buah yaitu dengan mengamati
berbagai macam sayur dan buah yang tersedia kemudian menggambarnya. Setelah itu
mencantumkan nama latin, nama Inggris, nama Indonesia dan nama daerah dari
sayur atau buah yang diamati. Selain itu juga dicantumkan derah tempat tumbuh,
zat-zat yang terkandung, cara bertanam, bagian yang dimakan (untuk sayur) dan
tipe buah (untuk buah).
Buah dibedakan menjadi buah
klimaterik dan non klimaterik, perbedaan ini berdasrkan aktivitas respirasinya
Buah klimaterik adalah buah yang tidak akan mengalami perubahan aktivitas
respirasi yang mencolok saat menjelang masak optimal maupun masa masak tanaman
tersebut telah lewat, sehingga buah hasil tanaman ini akan lebih cepat
membusuk. Contoh dari buah klimaterik adalah pepaya, mangga, pisang, jambu, dan
markisa. Buah non klimaterik adalah buah yang akan mengalami penaikan aktivitas
respirasi yang mencolok saat menjelang masak dan mengalami penurunan aktivitas
respirasi yang sangat cepat pada saat telah melewati masa lewat masak. Buah non
klimaterik juga dapat dikatakan sebagai buah yang fase respirasi
optimumnya berada diatas pohon. Contoh dari buah non klimaterik adalah
jeruk, melon, anggur, dan semangka. Salah satu ciri dari buah non klimaterik
adalah buah yang memiliki kulit yang tebal, sehingga akan menyebabkan oksigen
lebih susah masuk, aktivitas respirasi pun akan mengalami penurunan yang sangat
cepat (Firmansyah 2010).
Berdasarkan hasil pengamtan di
laboratorium buah-buah yang diamati juga dapat dibedakan menjadi buah
klimaterik dan buah non klimaterik. Buah yang termasuk buah klimaterik adalah
buah mangga, tomat dan apel. Buah yang termasuk buah non klimaterik adalah
salak dan jeruk.
Sayuran dapat dibedakan berdasarkan
beberapa hal, diantaranya berdasarkan syarat tumbuhnya. Hal ini dapat
didasarkan pada daerah tempat tempat tumbuhnya. Sayur yang tumbuh di dataran
rendah berarti membutuhkan suhu yang cukup tinggi untuk pertumbuhannya,
misalnya saja pada kacang panjang, buncis, terong, jipan, dan timun. Sayur yang
tumbuh di dataran tinggi memerlukan suhu yang rendah misalnya pada sawi,
seledri dan wortel. Sayur yang dapat tumbuh di dataran tinggi maupun rendah
adalah cabai dan tomat.
Berdasarkan bagian tanaman yang
dimakan sayur yang diamati pada praktikum dapat dikelompokkan menjadi sayur
yang dimakan bagian buahnya yaitu mentimun, terong, jipan, dan tomat. Bagian
tanaman yang dimakan umbinya yaitu wortel. Bagian tanaman yang dimakan polong
tuanya yaitu kacang panjang. Sedangkan bagian tanaman yang dimakan daun dan
batangnya yaitu sawi dan seledri. Berdasarkan cara bertanam sayur dikelompokkan
menjadi dua, yaitu sayur yang ditanam secara langsung dan dengan
pembibitan. Sayur yang ditanam secara langsung meliputi mentimun, wortel,
kacang panjang, jipan, terong, tomat, seledri, sawi. Sayur yang ditanam dengan
pembibitan terlebih dahulu adalah cabai.
Buah dapat diklasifikasikan
berdasarkan tipe pertumbuhannya. Klasifikasi buah berdasarkan tipe
pertumbuhannya buah dapat dibedakan menjadi buah-buahan pohon, buah-buahan
semak, buah-buahan terna atau berbatang basah dan buah-buahan berbatang
merambat. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa buah yang diamati
yaitu mangga, belimbing, salak, apel dan jeruk termasuk dalam buah-buahan
pohon.
F.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari kegiatan praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hotikultura ini
adalah sebagai berikut :
a.
Mangga (Mangifera
indica), dapat dimakan bagian daging buahnya, memiliki kandungan vitamin A,
beta-karoten, kalsium, dan magnesium. Tumbuh di dataran rendah maupun dataran
tinggi.
b.
Tomat (Solanum
lycopersicum), dapat dimakan daging buahnya, memiliki kandungan vitamin C,
besi, natrium, kalium, dan antioksidan. Tumbuh baik di dataran tinggi.
c. Jeruk
(Cricus sp), bagian yang dimakan
buahnya, memiliki kandungan vitamin C, asam folat dan magnesium. Tumbuh baik di
dataran rendah.
d. Seledri
(Apium graveol ), bagian yang dimakan daun dan batangnya,
memiliki kandungan provitamin A, kalsium fosfat, besi, vitamin A. Tumbuh baik
di dataran rendah
e. Wortel
(Daucus carota), dapat dimakan bagian
umbi akarnya, memiliki kandungan vitamin A, besi fosfr dan karbohidrat. Tumbuh
baik di dataran tinggi.
f. Pare
(Momordica chorontia), dapat dimakan bagian daging buahnya, memiliki
kandungan protein, karbohidrat, kalsium, fosfat, dan zat besi. Tumbuh baik di
dataran tinggi.
g. Timun
(Cucumis sativus L), dapat dimakan
bagian daging buah dan bijinya, memiliki kandungan Mangnesium, kalium, dan
vitamin A, B, C. Tumbuh baik di dataran tinggi.
h. Salak
(Salacca zalacca), dapat dimakan bagian daging buahnya, memiliki kandungan
protein, vitamin B dan C, zat besi, fosfor. Dapat tumbuh baik di dataran
rendah.
i.
Apel (Malus
domestica), dapat dimakan bagian daging buahnya, memiliki kandungan
antioksidan, gula, dan quercetin. Tumbuh baik pada dataran tinggi.
j.
Sawi (Brassica juncea), dapat dimakan bagian daun dan
batangnya, memiliki kandungan kalsium, kalium, karbohidrat, vitamin A dan B.
k. Terong
(Solanum melongena), dapat dimakan bagian daging buah dan bijinya, memiliki
kandungan vitamin A, besi, dan karbohidrat. Tumbuh baik di dataran rendah.
2. Saran
a. Penyediaan
bahan sebaiknya disiapkan per kelompok.
|
Haryanto 2009. Budidaya Kacang
Panjang. http://repository.ipb.ac.id/ bitstream/handle/. Diakses 28 Oktober 2012.
Modgil R, Modgil M 2004. Effect
of Feeding Chayote (Sechium edule) and Bottle Gourd (Lageneria siceraria) as
Source of Fiber on Biological Utilization of Diet in Rats Kamla-Raj. Journal
of Human and Ecolologi. 15(2): 109-111.
Ong SP, Law, CL 2009. Mathematical Modelling of Thin Layer
Drying of Snakefruit. Journal of
Applied Sciences 9 (17) Hal. 3048-3054.
R, MR Deviani, N Suriani. 2009. Pengaruh suhu dan lama
penyim-panan terhadap kandungan vitamin C pada cabai rawit
putih (Capsicum frustescens). Jurnal
Biologi 13(2): 36−40.
Rukmana 2002. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta:
Kanisius.
Yulianti, Winda. 2009. Pengusahaan Sayuran
Organik Wortel (Daucus carota L.) di Yayasan
Bina Sarana Bakti, Cisarua-Bogor. http://repository.ipb.ac.id diakses pada 17 Desember 2013.
izin serap ilmunya
BalasHapusbudidaya pertanian