TEKNIK
KULTUR JARINGAN PROTOPLAS
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
PENDAHULUAN
Salah
satu karakteristik sel tumbuhan adalah mempunyai dinding sel tebal dan kaku
yang mengelilingi dan melindungi membran plasma serta bagian dalam dari sel. Struktur
utamanya berupa selulose dan hemiselulose dengan substansi pektat sebagai bahan
pengikat antar sel tanaman. Sebagai pendukung mekanik dari jaringan tanaman,
dinding sel sangat komplek dan sangat tinggi diferensiasinya. Pada sel-sel
tertentu dinding sel primer, sekunder dan tersier terkumpul secara
berlapis-lapis selama pertumbuhan. Ketiadaan dinding sel sebagai barier mekanik
memungkinkan dilakukanya peleburan protoplas yang diperoleh dari sel-sel
somatik dari jenis tanaman yang berbeda. Sebagai hasil dari hibridisasi
somatik, dimungkinkan terjadinya kombinasi genetik baru.
Protoplas pada dasarnya adalah sel
hidup dikurangi dinding selnya atau sering disebut sebagai sel telanjang dan
sebagai satu-satunya pembatas adalah membran plasma yang membatasi lingkungan
luar dengan bagian dalam sel. Sel yang sudah kehilangan dinding selnya akan
menghadapi perubahan tekanan osmotik yang sangat drastis dan berbeda dengan
lingkungannya semula. Tekanan osmotik yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
dapat merusakkan viabilitas protoplas, namun pada lingkungan dengan tekanan
osmotik yang cocok dapat memelihara kestabilan protoplas lebih lama.
Penghilangan dinding sel dapat dilakukan secara mekanik atau ensimatik. Oleh karena itu protoplas membutuhkan
proteksi osmotik didalam medium sampai dinding sel terbentuk, osmotikum
dibutuhkan mulai dari isolasi sampai kultur. Sedangkan eksplan
yang dapat digunakan untuk isolasi protoplas adalah semua bagian tanaman yang
masih muda.
Permasalahan yang dijumpai pada
isolasi protoplas adalah sebagai berikut:
1.
Penghilangan dinding sel, dinding sel
yang hams dihilangkan pada isolasi protoplas umumnya terdiri dari suatu senyawa
yang komplek. Penghilangan dinding sel harus diikuti dengan terbebasnya
protoplas dalam jumlah yang cukup banyak.
2.
Protoplas yang sudah tidak berdinding
akan menghadapi perubahan tekanan osmose yang sangat drastis dan berbeda dengan
lingkungannya semula, sehingga didalam medium untuk isolasi maupun budidaya
harus ditambahkan zat anti blasting untuk mencegah pecahnya protoplas. Biasanya
digunakan sorbitol atau mannitol (0,5 - 0,7) M.
3.
Protoplas sebagai sel telanjang harus
tetap mampu mengadakan reproduksi, dan pada waktunya harus dapat membentuk
dinding selnya kembali apabila dibudidayakan pada medium yang sesuai.
4.
Untuk mendapatkan protoplas yang
maksimal, diperlukan bahan tanam atau eksplan yang cocok.
Banyak publikasi
yang melaporkan bahwa keberhasilan kultur protoplas dan regenerasinya ditentukan
oleh beberapa faktor, seperti genotipe dan jaringan yang digunakan, fisiologi
jaringan, jenis dan konsentrasi enzim, masa inkubasi, media kultur, zat pengatur
tumbuh, dan kondisi inkubasi (Bradsaw dan Mackey 1994 dalam Deden et al., 2007). Protoplas dapat diisolasi
dari hampir semua bagian tanaman, seperti akar, daun, nodul akar, koleoptil,
kultur kalus dan daun in vitro (Husni et al. 2003 dalam Deden et al., 2007).
Protoplas sudah berhasil diisolasi
dari banyak spesies tumbuhan, ketiadaan dinding sel sebagai barier mekanik
memungkinkan protoplas dipergunakan untuk berbagai keperluan:
1.
Dilakukannya peleburan protoplas yang
diperoleh dari sel-sel somatik dari jenis tanaman yang berbeda, sebagai hasil
dari hibridisasi somatik, dimungkinkan terjadinya kombinasi genetik baru.
2.
Studi introduksi DNA asing, organel,
partikel bakteri atau virus.
3.
Mendapatkan tanaman dengan sifat yang lebih
baik melalui variasi somaklonal.
PEMBAHASAN
I.
Penghilangan dinding sel
Isolasi protoplas dengan cara mekanik dikerjakan
dengan memotong eksplan didalam larutan plasmolitikum. Protoplas akan
mengkerut, sehingga dapat ditekan keluar dari dinding sel. Deplasmolisis
selanjutnya akan menyebabkan terlepasnya protoplas dari sel-sel. Kelemahan penggunaan
teknik ini adalah relatif sukar, jumlah protoplas yang dihasilkan tidak
banyak, keefektifannya dibatasi hanya pada sel-sel yang dapat diplasmolisa seperti
jaringan penyimpan dan tidak dapat digunakan pada jaringan meristem karena dinding
selnya masih sangat erat berhubungan dengan protoplas. Kelebihannya dapat
meniadakan efek dari aktifitas ensim yang kadang-kadang merusak atau mengganggu
metabolisme yang sangat komplek didalam protoplas.
Sejak ditemukan oleh Cocking pada
tahun 1960, isolasi protoplas secara enzimatik hampir selalu digunakan
untuk setiap jenis tanaman sampai sekarang. Teknik tersebut dapat dihasilkan
populasi protoplas dengan jumlah kerapatan yang tinggi (2,5x106
protoplas/gram jaringan daun). Larutan enzim
yang digunakan untuk isolasi protoplas komposisinya bermacam-macam.
Untuk melisiskan dinding sel dengan baik dapat dilakukan dengan menggunakan
kombinasi dua macam ensim yaitu Cellulase dan Pectinase secara simultan.
Pektinase akan melonggarkan ikatan antara sel yang satu dengan sel yang lain
atau melepaskan sel, sedangkan Cellulase akan menghancurkan dinding selulosa
sehingga sel menjadi telanjang.
Beberapa peneliti
telah menggunakan kombinasi ensim Larkin (1976 dalam Elisa 2012) menggunakan
Celulase Onozuka P1500 3% dan Macerozym 0,25% untuk mengisolasi protoplas daun Nicotiana
dan perhiasan bunga Petunia. Hahne et
al,. (1982 dalam Elisa 2012) menggunakan larutan ensim yang terdiri dari
Cellulase (Roem, Darmstadt) 1%, Pectinase (PATE, Hoeschst) 0,1%, Macerozyme R-10
0,1% dan mannitol 0,4M pada pH 5,8. Ensim Cellulase yang sering digunakan ialah
Driselase dan Selulisin.
II.
Mekanisme kultur protoplas
1.
Penghilangan
dinding sel.
Ambil 5 helai daun anggrek
masing-masing dengan panjang ± 3 cm, dengan menggunakan scalpel tajam daun
diiris-iris ± 1 mm, irisan segera dimasukan dalam Erlenmeyer 50 ml yang berisi
larutan ensim sebanyak 25 ml, letakkan diatas shaker (penggojok) 20 rpm dalam
gelap selama 24 jam. Perlakuan lain bisa juga tanpa penggojokan dengan variasi
waktu yang berbeda-beda dan diinkubasikan dengan pencahayaan 1000 lux.
2.
Pencucian
protoplas.
Erlenmeyer yang
berisi suspensi protoplas digoyang pelan-pelan supaya protoplas terlepas dari
ikatan jaringan dan suspense menjadi homogen, kemudian disaring dengan nilon
filter, protoplas yang sudah disaring ditampung dalam tabung centrifugasi.
Suspensi protoplas kemudian disentrifugasi 500 rpm selama 10 menit, protoplas
akan mengendap. Dengan menggunakan pipet Pasteur, supernatant (larutan bagian
atas) dibuang . Masukkan larutan pencuci secara perlahan, caranya dengan
menggunakan pipet larutan pencuci diteteskan melalui dinding tabung,
resuspensikan dengan hati-hati sampai homogen. Suspensi protoplas kemudian
disentrifugasi 500 rpm selama 5 menit, protoplas akan mengendap, dengan pipet
Pasteur supernatant dibuang. Masukan 1 ml larutan pencuci, resuspensikan dengan
hati-hati sampai suspensi protoplas homogen.
3.
Pemurnian
protoplas.
Dengan menggunakan pipet Pasteur,
masukan 3 ml larutan sukrosa dengan cara memasukkan ujung pipet sampai
dasar tabung, kemudian dengan hati-hati
larutan sukrosa dikeluarkan. Suspensi protoplas akan mengapung diatas permukaan.
Lakukan sentrifugasi 500 rpm selama 10 menit, protoplas akan terpisah dari
debris. Protoplas murni ada dilapisan atas sedangkan debris ada di dasar
tabung. Dengan menggunakan pipet ambilah suspensi protoplas murni yang ada
dipermukaan, masukkan dalam tabung sentrifugasi baru, tambahkan 1 ml medium MSP
cair, hitung kerapatan protoplas dengan hemositometer, atur supaya kerapatan
protoplas 1x105 protoplas/ml denga menambahkan medium kultur.
4.
Kultur
protoplas.
Ambil protoplas dengan pipet mikro 100
\i\ teteskan 3-4 tetes kedalam petridish berdiameter 3 cm, simpan
didalam petridish berdiameter 5 cm yang berisi potongan kertas saring basah
kemudian disegel dengan parafilm, simpan dalam inkubator gelap dengan suhu
25°C. Amati perkembangan protoplas setelah 2-3 hari dibawah mikroskop inverted
(Elisa 2012).
III.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama
proses kultur protoplas
Protoplas
yang sudah dikulturkan secara perlahan mulai meregenerasikan dinding selnya,
sintesis dinding sel baru umumnya berlangsung beberapa jam setelah protoplas
dikulturkan dan akan terus berlangsung selama 2-3 minggu. Pada saat ini,
tekanan osmotik medium perlahan-lahan harus diubah (diturunkan) dengan jalan
meneteskan medium tanpa mannitol atau sorbitol. Bila tekanan osmotik medium
tidak diubah, tekanan osmotik yang tinggi dapat menghambat pembelahan sel.
Strategi yang digunakan untuk mengurangi osmotikum secara gradual adalah dengan
mencampur osmotikum mannitol dan sukrosa didalam medium kultur . Sukrosa akan dengan cepat dimetabolisir
oleh protoplas sehingga
dapat mengurangi osmolaritas dari medium kultur.
Sebagai eksplan yang digunakan untuk
isolasi protoplas sebaiknya dipakai jaringan atau organ yang sel-selnya masih muda. Sel-sel yang masih muda atau meristem
diperkirakan dinding selnya baru sampai penebalan primer dari zat pektin dan
selulosa, sehingga relatif lebih mudah untuk dihancurkan. Eksplan yang
demikian berasal dari jaringan parenkim primer, daun atau organ tanaman yang lain,
kalus dari hasil budidaya jaringan dan kultur suspensi sel, yang paling banyak
digunakan adalah mesofil daun, sel-sel mesofil daun mempunyai
keistimewaan, yaitu mengandung kloroplas atau plastida sehingga protoplas mudah
diidentifikasi, letak sel yang satu dengan sel yang lain relatip renggang sehingga memudahkan penetrasi larutan enzim
Untuk
bahan daun biasanya diinkubasi semalam atau 12-18 jam dalam larutan enzim,
diletakkan diatas penggojok berkecepatan rendah, kondisi gelap, pada suhu 25°C.
Setelah waktu inkubasi selesai, suspensi protoplas harus dipisahkan dari
larutan ensim. Masih terdapatnya sisa-sisa larutan ensim dapat menghambat
pembentukan dinding sel kembali, oleh karena itu harus dilakukan prosedur
pemurnian protoplas atau purifikasi. Purifikasi dilakukan dengan penyaringan,
centrifugasi dan pencucian. Untuk mendapatkan protoplas intak dapat diberi
perlakuan gradient sukrosa. Sukrosa dengan berat molekul tertentu akan dapat
mengendapkan debris yang berupa sisa-sisa jaringan epidermal, jaringan pengangkut, protoplas yang rusak dan
agregat sel, sedangkan protoplas yang viabel akan mengapung dipermukaari
larutan. Metode lain yang hampir sama dengan prinsip diatas adalah dengan
menggunakan larutan ficoll (polisukrose).
Viabilitas
protoplas dapat diuji dengan pengecatan protoplas menggunakan cat Fluorescein,
yaitu FDA (Fluoresceindiacetat), Calcofluor White (untuk regenerasi dinding
sel) atau pewarnaan ganda FDA dengan PI (Propidium Iodide). Dua cat fluorescein
yang disebut pertama, hanya dapat mewarnai protoplas yang viabel, karena cat
hanya dapat terkumpul pada plasmalema protoplas yang masih hidup, dapat
dideteksi dengan mikroskop fluoresensi. PI dapat mewarnai sel-sel mati, dengan
pewarnaan ganda protoplas yang hidup maupun yang mati dapat dideteksi. Dodds
dan Roberts (1983) menggunakan Evan's Blue 0,1% untuk menguji viabilitas
protoplas. Protoplas yang viabel akan mampu menolak masuknya zat warna biologis
tersebut. Impermeabilitas sel untuk cat ini dapat digunakan sebagai indikator
viabilitas protoplas.
Perkembangan
protoplas dapat diamati secara langsung dibawah mikroskop inverted, dalam waktu
2-3 minggu protoplas yang viabel telah dapat meregenerasikan dinding selnya
secara penuh. Pada saat ini, tekanan osmotik medium perlahan-lahan diubah
dengan meneteskan medium tanpa mannitol atau sorbitol, bila tekanan osmoti
medium tidak diubah dapat mtnghambat pembelahan sel. Indikator terbaik untuk
melihat perkembangan protoplas adalah dengan pengecatan Calcofluor White (CW), cat ini spesifik mengikat (β,1- 3 glucan
pada dinding sel). Protoplas yang dicat dengan CW dapat difisualisasikan dengan
mikroskop fluorescent.
IV.
Tingkat keberhasilan kultur protoplas
Keberhasilan
protoplas adalah penentuan pH dan osmolaritas. Biasanya pH yang lebih sesuai
untuk pertumbuhan kultur protoplas adalah 5,5-5,8. Osmolaritas berksar antara
0,35-0,70 M, sedangkan temperature yang sesuai adalah 33-28˚C. Cahaya juga
merupakan faktor penting untuk pertumbuhannya, intensitas cahaya yang rendah
yaitu 2000 lux adalah yang terbai. Kerapatan protoplas bervariasi antara
104-106 per mili liter (Issirep Sumarrdi 1989 dalam )
Terlaksananya
fusi protoplas didapatkan manfaat sebesar-besarnya karena berarti dihasilkan
varietas baru yang mempunyai sifat-sifat baik seperti yang diinginkan. Fusi
protoplas yang telah berhasil antara lan adalah tanaman kedelai dengan
tembakau, gandum atau jagung dengan padi, juga antara gandum dengan wortel dan
koro, serta antara jagung dan tebu (Daisy Dan Ari 2008).
PENUTUP
Fusi protoplasma merupakan penggabungan dua protoplasma
atau lebih menjadi satu individu baru yang sanggup tumbuh dan berkembangbiak. Tujuan fusi
protoplas adalah untuk mendapatkan suatu hibrida somatik atau mengatasi kelemahan dari hibrida seksual. Teknik kultur protoplas memiliki kelebihan dan kekurangan berupa:
·
Kelebihan dari teknik ini adalah dapat
menghasilkan tanaman dengan sifat tertentu dan dapat dilakukan dengan spesies
yang berbeda.
·
Kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan
biaya yang mahal serta butuh ketelitan yang lebih.
Mekanisme kultur protoplas dapat
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Penghilangan dinding sel
2.
Pencucian protoplas
3.
Pemurnian protoplas
4.
Kultur protoplas
DAFTAR PUSTAKA
Daisy P. Sriyanti Hendaryono, Ari Wijayani. 2008. TEKNIK KULTUR JARINGAN,
Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern. Yogyakarta: Kanisius.
Deden Sukmadjaja, Novianti Sunarlim, Endang G. Lestari, Ika Roostika, dan Tintin Suhartini. 2007. Teknik Isolasi dan Kultur
Protoplas Tanaman Padi. Jurnal AgroBiogen 3(2):60-65, http://biogen.litbang.deptan.go.id diakses pada
9 April 2014.
Elisa. 2012. Kultur Protoplas. http://elisa.ugm.ac.id diakses pada 9 April 2014.
Komentar
Posting Komentar