Kelompok
1
Anggota:
Nestri
Yuniardi H0712136
Nidia
Melati Al Anshori H0712137
Nining
Rahayu H0712138
Novi
Catur Wulandari H0712139
|
|
Fakultas
Pertanian
Universitas
Sebelas Maret Surakarta
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan
sebuah makalah dengan judul "Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman" yang diharapkan dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita semua, khususnya bagi yang sedang
menekuni bidang pertanian.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada Dosrahayumobo_list@yahoo.comen pengajar Mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yang
membimbing serta mengarahkan dalam penyusunan makalah ini. Orangtua yang
senantiasa selalu berdoa untuk kelancaran kuliah anaknya, teman-teman
seperjuangan yang juga senantiasa memberi dukungan semangat dan
kritikan-kritikan membangun. Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal
penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang membangun masih kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Sebagai manusia biasa kami merasa
memiliki banyak kesalahan, kami mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat
salah kata dan materi Makalah yang kurang berkenan dalam penyelesaian Makalah
ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan dengan bijak dan sebaik-baiknya.
Surakarta, 2 Maret 2013
Penulis
|
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
A. Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuhan
1. Pengertian Pertumbuhan dan
Perkembangan................................................ 1
2. Tipe Pertumbuhan....................................................................................... 1
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan dan Perkembangan.......... 2
B. Perkecambahan Biji
1. Tipe Perkecambahan Biji............................................................................ 6
2. Faktor yang Mempengaruhi
Perkecambahan............................................... 6
3. Proses Perkecambahan............................................................................... 6
C. Dormansi dan Pematahan Dormansi
1. Pengertian Dormansi................................................................................... 8
2. Penyebab Dormansi.................................................................................... 8
3. Klasifikasi Dormansi Biji............................................................................. 9
4. Pematahan Dormansi................................................................................. 11
Penutup.................................................................................................................. 15
A. Pertumbuhan dan Perkembangan
1.
Pengertian Pertumbuhan dan
Perkembangan
a.
Pertumbuhan: proses
pertambahan jumlah dan ukuran sel yang bersifat permanen (tetap), tidak bisa
balik (irreversible), dan dapat
dinyatakan secara kuantitatif.
b.
Perkembangan: proses perubahan
dalam bentuk menuju ke tingkat lebih sempurna yang bersifat kualitatif dan irreversible.
2.
Tipe Pertumbuhan
a.
Pertumbuhan Primer:
pertumbuhan yang disebabkan oleh aktivitas meristem primer dan terjadi pada
titik tumbuh primer. Titik tumbuh primer adalah titik tumbuh yang terdapat pada
ujung akar atau ujung batang dan menyebabkan tumbuh memanjang/meninggi.
b.
Pertumbuhan Sekunder: pertumbuhan yang diakibatkan oleh aktivitas pembelahan dari
meristem sekunder. Pertumbuhan sekunder menyebabkan:
1)
Terbentuknya lingkar tahun
akibat kambium membuat xilem yang tidak sama sepanjang tahun.
2)
Terbentuknya kambium sekunder
yang disebut kambium gabus atau kambium felogen.
3)
Perisikel (perikambium), merupakan jaringan yang
membentuk cabang-cabang akar.
4)
Parenkim batang beberapa
monokotil ada yang dapat meristematis. Contohnya seperti parenkim batang pohon Palem Raja.
|
3.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
1. Faktor Eksternal
a) Intensitas cahaya
Cahaya matahari dapat merusak auksin. Kecambah di tempat gelap akan tumbuh
lebih cepat panjang daripada kecambah di tempat terang. Peristiwa ini disebut etiolasi.
b)
Kelembaban
Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan dimana
tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah.
c)
Ketersediaan mineral
Ada dua kelompok mineral yang dibutuhkan yaitu makronutrien (C, H, O, N, S, P, K, Ca, Fe, Mg) dan mikronutrien (B, Mn, Mo, Zn, Cu, Cl).
d)
Suhu
Suhu merupakan syarat penting
kedua bagi perkecambahan biji. Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama seperti
kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana biji membutuhkan suatu level
“hydration minimum” yang
bersifat khusus untuk perkecambahan. Dalam proses perkecambahan
dikenal adanya tiga titik suhu kritis yang berbeda yang akan dialami oleh
benih.Ketiga titik suhu kritis tersebut dikenal dengan
istilah suhu cardinal yang terdiri atas:
·
Suhu minimum
Suhu terkecil dimana proses
perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode waktu perkecambahan. Bagi
kebanyakan biji tanaman, kisaran suhu minimumnya
antara 0-50C. Jika biji
berada di tempat yang bersuhu rendah seperti itu, maka kemungkinan besar biji akan gagal berkecambah atau tetap tumbuh
namun dalam keadaan yang abnormal.
·
Suhu optimum
Suhu dimana kecepatan dan persentase biji yang berkecambah berada pada posisi tertinggi selama
proses perkecambahan berlangsung. Suhu ini merupakan suhu yang menguntungkan
bagi berlangsungnya perkecambahan biji.Suhu optimum berkisar antara 26,5-350C.
|
·
Suhu maksimum
Suhu tertinggi dimana
perkecambahan masih mungkin untuk berlangsung secara normal. Suhu maksimum
umumnya berkisar antara 30-400C. Suhu di atas maksimum biasanya mematikan biji karena keadaan tersebut
menyebabkan mesin metabolism biji menjadi nonaktif
sehingga biji menjadi busuk dan mati.
e) Oksigen
Oksigen berkaitan dengan proses
respirasi. Saat berlangsungnya perkecambahan, proses
respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan
pelepasan CO2, air dan
energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses
perkecambahan benih. Kebutuhan oksigen sebanding
dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikroorganisme yang terdapat
dalam benih.
f) Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan
haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap
air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan. Pengujian
viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan
tanah. Pengaruh kondisi tanah sebagai medium perkecambahan disebabkan oleh
faktor :
·
Abiotik
- Sifat fisik tanah : aerasi, kapasitas memegang air, tekanan omosis
- Sifat kimia tanah : salin (kadar garam tinggi) adanya nitrat, nitrit
·
Biotik
Inhibitor tanah karena adanya
aktivitas mikroorganisme,bahan organik (dekomposisi daun Eucalyptus, jerami
padi) eksudat yang dikeluarkan akar kecambah Caumarona oderata (caumarin).
2.
Faktor Internal:
a.
Hormon tumbuhan (fitohormon): zat organik yang dibuat
tumbuhan dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Macam-macam hormon
tumbuhan:
1)
Auksin, hormon Auksin terletak di ujung batang
dan ujung akar. Fungsi hormon ini adalah membantu proses percepatan
pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat
perkecambahan, membantu proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah,
mengurangi jumlah biji dalam buah.
2)
Sitokinin, hormon ini dihasilkan oleh tumbuhan pada bagian akar dan diangkat ke
organ lainnya. Pengaruh sitokinin terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan antara
lain: mempengaruhi pertumbuhan akar, merangsang
pembelahan sel dengan cepat, menghambat
penuaan, mengatur pembentukan bunga dan buah.
3)
Giberelin, hormon yang dihasilkan
oleh tumbuhan pada bagian jaringan meristem akar, meristem batang, dan daun
muda. Pengaruh giberelin terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan antara
lain: mempengaruhi perkembangan embrio dan kecambah, menyebabkan pertumbuhan
pada tumbuhan raksasa, menyebabkan terbentuknya buah yang besar dan tidak
berbiji, merangsang perbungaan.
4)
Kalin, merupakan hormon yang mempengaruhi pertumbuhan organ pada
tumbuhan. Kalin dapat dibedakan atas:
i.
Rhyzokalin, merangsang pembentukan akar
ii.
Kaukalin, merangsang pembentukan batang
iii.
Filokalin, merangsang pembentukan daun
iv.
Anthokalin, merangsang pembentukan
bunga.
5)
Gas etilen, dihasilkan oleh tumbuhan untuk mempercepat pematangan buah dan
terutama dihasilkan oleh buah yang sudah tua. Gas etilen dan asam absisat
mengendalikan kerontokan daun, gas etilen dan auksin mempercepat pembungaan
pada tanaman mangga dan nanas, gas etilen dan giberelin mengendalikan
perbandingan antara bunga jantan dan betina yang dihasilkan pada beberapa
tumbuhan monosius.
6) Asam Absisat (Dormin/ABA), dianggap sebagai hormon penyebab dormansi tunas yang disintesis dalam
daun dan kemudian diangkut ke tunas-tunas untuk merangsang dormansi.
7)
Asam Traumatin, merangsang
sel-sel di daerah luka menjadi bersifat meristem lagi sehingga mampu mengadakan
pembelahan sel untuk menutup bagian yang luka. Jaringan penutup luka disebut
kalus.
b.
Genetik
Gen berpengaruh dalam menentukan pola pertumbuhan tanaman, artinya tingkat
optimalisasi pertumbuhan dimana pola pertumbuhan kacang tanah tidak akan sama
dengan jagung, atau lebih jelas pada usia dewasa kacang tanah tidak akan
mempunyai waktu dan tinggi serta berat yang sama diantara keduanya. Tanaman
yang mengandung gen yang baik dan didukung dengan kondisi lingkungan yang
sesuai akan memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan yang baik pula.
5
|
B. Perkecambahan Biji
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan embrio dan komponen-komponen biji yang mempunyai
kemampuan untuk menjadi tumbuhan baru. Dalam
tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami
sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan
muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Hasil perkecambahan ini
adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji.
1.
Tipe perkecambahan:
a)
Perkecambahan
epigeal: perkecambahan yang ditandai
dengan terangkatnya kotiledon ke atas permukaan tanah, sehingga bagian
hipokotil dapat terlihat di atas permukaan tanah. Contoh: perkecambahan kacang
hijau.
b)
Perkecambahan
hipogeal: perkecambahan di mana kotiledon tidak dapat terangkat ke atas permukaan
tanah, sehingga hipokotil tidak terlihat di atas permukaan tanah. Contoh:
perkecambahan kacang kapri dan jagung.
2. Faktor
yang Mempengaruhi Perkecambahan
a)
Faktor Internal: tingkat
kemasakan benih, ukuran benih, dormansi.
b)
Faktor Eksternal: air,
suhu, oksigen, cahaya, medium.
3. Proses
Perkecambahan
a)
Hidrasi atau Imbibisi: Imbibisi
disini adalah masuknya air ke dalam embrio dan membasahi protein dan koloid
cair. Proses penyerapan air tersebut terjadi melalui mikropil
pada kotiledon. Air yang masuk ke dalam kotiledon menyebabkan volumenya bertambah,
akibatnya kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut menyebabkan testa (kulit
biji) menjadi pecah atau robek.
b)
Pengaktifan Enzim: Pengaktivan enzim
dapat memicu perombakan cadangan makanan, yaitu katabolisme karbohidrat dan
metabolisme lemak.
|
c) Inisiasi
Pertumbuhan Embrio: Setelah semua proses imbibisi,
aktivitas enzim dan katabolisme cadangan makanan berlangsung, maka proses
inisiasi pertumbuhan embrio dapat terjadi. Proses ini ditandai dengan
meningkatnya bobot kering embryonic axis dan menurunnya bobot kering
endosperma. Setelah itu, terjadi pemanjangan sel radikel dan diikuti munculnya
radikula dari kulit biji. Perubahan pengendalian enzim ini merangsang
pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula.
Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak
dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa
cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah. Selanjutnya pada radikel
ini keluar akar-akar cabang (lateral roots), bersama-sama dengan akar
primer membentuk sistem akar primer.
C.
Dormansi
dan Pematahan Dormansi
1.
Pengertian Dormansi
Dormansi
adalah sebuah fase tipikal yang memperlihatkan adaptasi khusus terhadap
kondisi-kondisi lingkungan yang berlawanan atau disebut juga pertumbuhan aktif
untuk sementara terhenti, karena disebabkan kondisi-kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan bahkan bisa juga dalam lingkungan tampak menguntungkan
istilah ini disebut sebagai dormansi pembawaan.
Keadaan
dormansi bertujuan memungkinkan makhluk hidup bertahan pada lingkungan yang
tidak menguntungkan, sehingga tercipta mekanisme pertahanan. Pada biji,
terdapat kegunaan lain juga, yaitu sebagai alat penyebaran yang dibentuk oleh
berbagai modifikasi kulit-kulit biji.
2. Penyebab
Dormansi
Dalam
banyak hal, mekanisme dormansi agak kompleks, karena mencakup interaksi antar
faktor-faktor lingkungan eksternal, faktor-faktor lingkungan internal, dan
waktu. Dormansi dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
a) Rendah atau tidak adanya proses
imbibisi air. Hal ini di kerenakan biji di lindungi
oleh kulit biji yang kedap air, karena di lapisi oleh zat lilin yang membuat
air sulit untuk menembusnya. Akibatnya sel-sel biji tidak mendapat air yang
cukup. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan dari
sel-sel biji.
b) Proses respirasi tertekan (terhambat).
Kulit
biji kedap akan udara termasuk oksigen, akibatnya sel-sel tidak akan bisa
melakukan respirasi dan energi yang di hasilkan pun sangat minim terbatas. Maka
dalam keadaan ini tumbuhan akan mengunakaan energi seminim mungkin dan tidak
melakukan kegiatan-kegiatan fisiologis sel, oleh karenanya tumbuhan melakukan
suatu dormansi atau tidak aktifnya kgiatan-kegiatan dalam sel.
c) Rendahnya
proses mobilisasi cadangan makanan.
|
d) Rendahnya proses metabolisme
cadangan makanan. Pada biji banyak sekali ditemukan
cadangan makanan yang di simpan dalam endosperma biji. Namun karena lingkungan
yang terisolir maka proses pemanfaatannya tidak terjadi secara optimal karena
kurang ketersediaan air dan oksigen. Air dan oksigen ini akan di pakai untuk
merombak cadangan makanan tadi sehingga nantinya bisa di manfaatkan oleh sel
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini juga di pengaruhi oleh belum
terbentuknya enzim-enzim yang dipakai dalam mengubah cadangan makanan supaya
bisa di manfaatkan. Contohnya dalah enzim lipase, protease, dan amilase.
e) Hormon
pada biji. Tumbuhan menghasilkan beberapa hormon yang masing-masing telah
memiliki fungsi yang berbeda-beda. Salah satunya adalah ABA yang terdapat pada
endosperm pada biji. ABA dapat berfungsi untuk menghambat terjadinya sintesis
protein. Akibatnya tidak terbentuk protein pada sel baik protein struktural
maupun fungsional. Tumbuhan akan mengalami dormansi jika seandainya kadar ABA
masih tinggi dalam endospermnya. Kadar ABA akan berkurang jika biji berada pada
kondisi yang sesuai dan pengaruh sinar matahari.
3. Klasifikasi
Dormansi Biji
Gejala
dormansi bukanlah suatu sifat khusus biji, tetapi juga pada organ tumbuhan yang
lain seperti tunas pada pohon-pohonan dan tumbuhan semak, tunas umbi, rhizome,
dan umbi lapis (bulb). Pada biji dormansi berbentuk, embrio yang dicegah
pertumbuhannya, pada tunas dormansi berbentuk, jaringan meristem apikal dicegah
pertumbuhannya. Berikut klasifikasi dormansi biji:
a) Dormansi
tunas
Kebanyakan tanaman berkayu membentuk tunas-tunas
diam pada sebagian tahapan dalam siklus pertumbuhan tahunan. Faktor panjang
hari dan jenis spesies memiliki efek
nyata terhadap awal mulanya dormansi. Hari-hari pendek sangat meningkatkan
pembentukan tunas-tunas diam dan awal mulainya dormansi, contoh pada spesies Acacia melanoxylon, Acer spp, dan Pinus spp
b) Dormansi
biji
Dormansi
biji biasanya terjadi sebagai akibat dari dua proses, yaitu:
i.
Dormansi karena keadaan
embrio (di dalam embrio)
Embrio seperti ini masih perlu berkembang
terus pada masa tumbuh embrio. Proses-proses permulaan perkecambahan embrio ini
membutuhkan pembentukan suatu zat perangsang atau perombakan atau pengurangan
molekul-molekul penghambat.
ii. Dormansi
karena kulit biji
Kebanyakan
biji terdiri dari beberapa lapis sel yang berasal dari jaringan integument
ovul, disamping itu beberapa biji mempunyai lapisan kulit biji tambahan yang
berasal dari endosperm atau jaringan buah. Dari segi susunan kimiawi, kulit
biji tersusun dari campuran complex polisakarida, hemiselulosa, lemak, malam
(wax), dan protein. Selama pematangan biji, komponen-komponen kulit biji
mengalami dehidrasi dan membentuk lapisan pelindung yang kuat disekitar embrio.
Kulit biji berpengaruh kuat terhadap pertumbuhan embrio kembali.
c)
Dormansi pada kuncup
Kuncup
adalah organ tumbuhan yang masih aktif membelah, dan terjadi juga diferensiasi
sel, karena selnya masih aktif maka jika pada suatu keadaan yang tidak sesuai
menyebabkan proses itu terhenti untuk sementara ini lah yang di namakan
dormansi pada kuncup. Dormansi pada
organ penyimpanan bawah tanah. Pada organ bawah tanah yang paling sering
mengalami dormansi adalah pada akar. Karena masih aktif membelah dan
metabolismenya pun masih tinggi untuk mendukung pembelahan selnya.
4. Pematahan
Dormansi
Dormansi pada beberapa bagian tumbuhan dapat hilang di
bagi menjadi tiga macam
secara umum yaitu secara mekanik dan kimia yang dijabarkan sebagai berikut:
a.
Dormansi pada
biji
i.
Secara mekanik
a) Dengan goncangan, kulit biji yang keras menghalangi
penyerapan oksigen dan air. Kulit biji yang keras itu biasanya terdapat pada
anggota family Fabaceae (Leguminosae) pengecualian untuk buncis dan kapri,.
Pada beberapa spesies, air dan oksigen tidak dapat menembus biji tertentu
karena jalan masuk dihalangi oleh sumpal strofiolar pada lubang kecil (celah
strofiolar) di kulit biji. Bila biji digoncang-goncangkan, sumpal itu lepas
sehingga dapat berlangsung perkecambahan, contoh yang telah diterapkan pada Melilotus
alba (semanggi manis), Trigonella Arabica, dan Crotallaria
egyptica.
b)
Diberi perlakuan
panas, sumpal strofiolar yang terdapat pada biji dapat lepas jika diberi panas.
Teori ini tercetus ketika Albizzia lophantha yang merupakan tumbuhan
kacang-kacangan berukuran kecil di Australia Barat sebagian besar biji
berkecambah di lapisan tebal abu setelah terjadi kebakaran ladang. Kebakaran
memang lazim terjadi disana. Hasilnya terjadi suksesi yang cepat di wilayah
tersebut setelah terjadi kebakaran.
c)
Skarifikasi atau penggoresan, biasanya menggunakan
pisau, kikir atau kertas amplas. Di alam goresan tersebut mungkin terjadi
akibat kerja mikroba, ketika biji melewati alat pencernaan pada burung atau
hewan lain, biji terpajan pada suhu yang berubah-ubah, atau terbawa air
melintasi pasir atau cadas. Skarifikasi secara ekologis sangat penting.
Skarifikasi dalam alat pencernaan burung atau hewan lain menyebabkan
perkecambahan biji setelah biji terbawa jauh. Biji yang terbawa aliran air di
gurun sering berakhir pada tempat yang mengandung banyak air.
d)
Tumbuhnya fungi
di kulit biji, merekahkan kulit itu sehingga perkecambahan dapat berlangsung.
Dean Vest (1972) memperlihatkan hubungan simbiosis mutualisme antara fungi
dengan biji Atriplex centrofertifolia yang tumbuh di Great Basin.
Pertumbuhan fungi terjadi bila kondisi suhu dan kelembapan sesuai baginya
selama awal musim semi yaitu waktu yang paling tepat bagi kecambah untuk dapat
bertahan hidup.
ii.
Secara kimia
a)
Merendam dengan
alkohol, pelarut lemak lainnya, atau asam pekat, bertujuan untuk menghilangkan
bahan berlilin yang menghalangi masuknya air. Sebagai cotntoh , perkecambahan
biji kapas dan kacang-kacangan dapat dipicu dengan merendam biji terlebih
dahulu dalam asam sulfat selama beberapa menit sampai satu jam dan selanjutnya
dibilas untuk menghilangkan asam itu.
b)
Tiourea, nitrat
dan nitrit sebagai pemacu perkecambahan terutama biji spesies rerumputan.
iii.
Secara fisika
a)
Pendinginan awal (Prechilling), selama pendinginan
awal, embrio beberapa spesies tumbuh sangat cepat dengan memindahkan seyawa
karbon dan nitrogen dari sel penyimpan makanan. Gula terbentuk dan hal ini
diperlukan sebagai sumber energy dan untuk menarik air secara osmosis yang
selanjutnya menyebabkan perkecambahan. Bahkan pada biji yeng perlu suhu rendah
seperti Fraxinus excelsior yang embrionya sudah matang terjadi
perombakan lemak secara besar-besaran dalam embrio itu sendiri selama suhu
rendah. Kandungan protein meningkat dan pati kemudian menghilang. Mungkin zat
penghambat hilang selama pendinginan awal dan pemacu pertumbuhan seperti
giberelin dan sitokinin terhimpun (Khan,1977). Perlakuan pendinginan sebelum
perkecambahan yang diperlukan oleh biji-bijian untuk mnghilangkan dormansinya
disebut stratifikasi. Selama stratifikasi, beberapa perubahan terjadi terhadap
hormon-hormon. ABA yang mula-mula sangat tinggi akan menurun dengan cepat,
sedangkan sitokinin akan meningkat dan kemudian menurun kembali apabila
giberelin meningkat. Pada saat perkecambahan, semua hormon turun pada kadar
yang rendah (Sasmitamihardja, 1996).
b)
Cahaya, jumlah
klorofil yang terdapat pada embrio saat biji masak sangat penting untuk
menentukan apakah biji spesies tertentu akan bersifat fotodorman (membutuhkan
cahaya untuk perkecambahannya) atau tidak. Umumnya embrio yang masak mengandung
sejumlah besar klorofil, membutuhkan cahaya untuk berkecambah. Sedangkan embrio
yang sedikit mengandung klorofil tidak membutuhkan cahaya. Bila biji yang
perkecambahannya terpacu oleh cahaya terkena cahaya maka akan berkecambah dan
mampu berfotosintesis. Bagi biji yang perkecambahannya terhambat oleh cahaya,
perkecambahannya itu tak akan terjadi sampai biji tertutup seluruhnya oleh
sampah, yaitu saat mendapatkan air yang cukup untuk tumbuh.
b.
Dormansi pada
kuncup
i.
Secara fisika
a) Lamanya hari tertentu, dormansi kuncup berakhir bila
hari panjang dialami pohon tanpa-daun misalnya : beech, larch, yellow
poplar, sweetgum dan red oak. Mungkin karena cukup banyak cahaya
masuk yang dapat menimbulkan respons dalam jaringan daun primordial di bagian
dalam kuncup, namun hal ini belum jelas.
b) Suhu rendah
c) Perendaman bagian tumbuhan dalam air hangat (40-50 C)
selama 15 detik
ii.
Secara kimia
a) Pemberian 2-kloroetanol (etilen klorohidrin)
b) Pemberian giberelin
|
PENUTUP
Demikian yang
dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi perbaikan
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya para pembaca dari
kalangan mahasiswa yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,Z. 1987. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Angkasa, Bandung.
Akbar, Joni et al. 2010. Proses Perkecambahan Pada Tanaman Padi
(Pertumbuhan Vegetatif Tahap O). Padang: Universitas Andalas.
Anonim. Dormansi. http://id.wikipedia.org. Diakses Kamis
28 Februari 2013.
Darjadi, L. dan Hardjono, 1972. Sendi-Sendi Silvikultur. Jakarta:
Dirjen Kehutanan
Fahmi, Zaki Ismail. 2010. Studi Teknik Pematahan Dormansi dan Media
Perkecambahan Terhadap Viabilitas Benih Aren (Arenga pinnata ( Wurmb.) Merr.).
Surabaya: Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.
Diunduh dari
Goldsworthy Peter R., Fisher N.M
1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Harjati, S.S 1974. Dormansi Benih. J. Proceding Kursus Singkat Pengujian
Benih: 7-96. IPB: Bogor
Ilyas, S. dan W.T. Diarni. 2007. Persistensi dan pematahan dormansi
benih pada beberapa varietas padi gogo. Jurnal Agrista 11 (2): 92-101.
Jagor
2009. Dormansi Biji. http://agrica.wordpress.com.
Diakses Kamis 28 Februari 2013.
Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Padang: Angkasa Raya.
Kuswanto, H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi
Benih. Yogyakarta: Penerbit Andi
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Noorhidayah, Akhmadi A, Priyono 2008. Proses Perkecambahan Benih Akar Kuning. WANA BENIH (9): 2.
Pramono, Eko. Bahan Kuliah Dasar-dasar Teknologi Benih. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
Prawiranta
W. 1981. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Departemen Botani: Fakultas Pertanian
IPB.
Sahupala. 2007. Teknologi Benih. Ambon : Panitia Implementasi
Program NFP-FAO.
Salisbury, F dan Cleon W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.
Bandung: ITB.
Santoso
E 2011. Dormansi. http://ras-eko.blogspot.com. Diakses Kamis 28 Februari 2013.
Sastamidharja, Dardjat dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutopo, L., 1993. Teknologi benih. Jakarta: Rajawali
Sutrisno dan Abdul Hanan. 1999. Skarifikasi untuk Memacu
Perkecambahan Biji Empat Jenis Cassia sp.. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Tamam, Badrut 2012. Pertumbuhan dan
Perkembangan Tumbuhan. http://biology-community.blogspot.com.
Diakses 28 Februari 2013.
Wilkins
, Malcolm B. 1989. Fisiologi Tanaman.
Jakarta: PT Melton Putra.
Komentar
Posting Komentar