Langsung ke konten utama

Pangan dan Kebutuhan manusia (matkul : TBT)


PANGAN DAN KEBUTUHAN MANUSIA

I. Pengertian dan Latar Belakang
         Pertumbuhan populasi manusia di dunia sangat pesat, pertambahan penduduk ini akan meningkatkan kebutuhan terhadap pemenuhan sumber pangan. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air , baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman ( UU RI No. 7 th.1996 tentang Pangan ).  Pangan juga dapat diartikan juga sebagai segala bahan yang bila dimakan atau masuk ke dalam tubuh akan membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga atau mengatur semua proses dalam tubuh.
         Untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia, tuntutan pada alih fungsi lahan untuk pertanian akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena di Indonesia sekitar 90% sumber pangan berasal dari tumbuhan, 3% berasal dari hewan darat dan sisanya 7% dari ikan. Pemenuhan kebutuhan pangan menyebabkan alih fungsi lahan hutan, sebagai contoh: Data olahan Greenomics Indonesia (2006-2008) menunjukkan, di Provinsi Sumatera Utara ada sekitar 40 kasus perambahan hutan lindung untuk perkebunan dan budi daya pertanian seluas 195 ribu hektar. Di Riau, sedikitnya 143 ribu hektar hutan lindung dan konservasi telah berubah menjadi area perkebunan dan budidaya pertanian lahan kering secara ilegal.

II. Kebutuhan Pangan Bagi Manusia
Kebutuhan pangan bagi manusia, sebetulnya sukar ditentukan dan sangat tergantung pemilihan bahan jumlah dan kondisinya. Tingkat efisiensi dalam tubuh sangat tergantung komposisi, sistem pencernaan, ukuran tubuh, jenis pekerjaan, umur juga tingkat kesehatan manusianya.
Pada umur, misalnya: balita membutuhkan menu yang berkualitas tinggi dengan kuantitas yang cukup, manusia usia efektif memerlukan menu berkualitas cukup dengan kuantitas sesuai dengan pekerjaannya, manula kebutuhan menu disesuaikan kondisinya. Berikut merupakan gambaran AKH (Anjuran Kebutuhan Harian) di berbagai negara disajikan dalam tabel :
Tabel AKH di Berbagai Negara
Negara
Jenis Kelamin
Berat badan (kg)
Kalori
Protein (g)
Ca (g)
Fe (mg)
Vit.A
B1
C (mg)
Australia
Pria
70
2800
70
0,6
10
3500
1,1
30

Wanita
58
2000
58
0,6
12
3500
0,8
30
USA
Pria
70
2700
56
0,8
10
5000
1,4
45

Wanita
58
2000
46
0,8
18
4000
1,0
45
Inggris
Pria
65
3000
75
0,5
10
5000
1,2
30

Wanita
56
2200
55
0,5
12
5000
0,9
30
Kanada
Pria
72
2850
50
0,5
6
3700
0,9
30
Jepang
Pria
56
3000
70
0,6
10
2000
1,5
65
Jerman Barat
Pria
72
2550
72
0,8
10
5000
1,7
75
Filipina
Pria
53
2400
53
0,5

5000
1,2
70

Pangan harus dapat mensuplai bahan bakar yang digunakan untuk tubuh. Kebutuhan energinya tergantung pada kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan tugas kerja yang dilakukan. Energi kimia potensial dalam pangan yang dinyatakan dalam kalori. Untuk sejumlah pangan, kalori yang dapat digunakan tubuh tidak sebanyak yang ditunjukkan oleh kalorimeter, karena sebagian pangan tidak tercerna sebagian mungkin disimpan dalam tubuh, dan beberapa komponen (terutama protein) tidaklah dioksidasi secara sempurna dalam tubuh.
Zat gizi
Kilo kalori/gram
Kilo kalori yang dipakai tubuh
Karbohidrat
4,1
4
Lemak
9,5
9
Protein
9,7
4

A. Gizi
  Gizi merupakan zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Gizi menunjuk pada proses-proses dimana benda-benda hidup mencerna dan mengasimilasi pangan. Pertumbuhan yang baik, pemeliharaan dan fungsi tubuh tergantung pada pemilihan jumlah dan kombinasi bahan-bahan pangan yang dikonsumsi. Bahan kimia yang dibutuhkan manusia mencakup bahan anorganik (air dan unsur mineral tertentu) dan bahan organik (asam amino, asam lemak, vitamin yang merupakan faktor penyerta.
        Beberapa zat gizi yang perlu di konsumsi oleh manusia antara lain :

a. Karbohidrat
           Karbohidrat adalah senyawa yang tersusun atas unsur C, H, O. Karbohidrat merupakan unsur bagian terbesar dari tanaman dan sumber energi utama dalam kebanyakan makanan kita. Gula merupakan karbohidrat tunggal yang membentuk bahan lebih kompleks apabila tergabung secara berantai. Berdasarkan ketercernaannya, pangan karbohidrat digolongkan kedalam komponen serat klasar dan ekstrak bebas N.
           Berdasarkan kecernaannya, karbohidrat umumnya digolongkan ke dalam dua komponen : serat kasar (crude fiber) dan ekstrak bebas-N, yang terutama adalah gula dan pati.

b. Lemak
Lemak adalah ester dari asam organik berantai panjang dan alkohol. Lemak merupakan pangan yang berenergi tinggi daripada karbohidrat dan protein. Lemak berisi H, C, O. Tetapi kandungan O sangat sedikit. Lemak tidak larut dalam air, dan perlu dicerna agar dapat digunakan dalam tubuh. Pencernaan memisahkan lemak dengan gliserolnya.

c. Protein
           Protein merupakan bahan pokok dari kehidupan, merupakan bahan yang berlimpah dalam tubuh manusia. Protein merupakan molekul kompleks yang tersusun dari asam-asam amino dengan bermacam-macam kombinasi. Protein disebut bermutu tinggi bila mensuplai keseimbangan asam asam amino esensial secara baik, dan keseimbangan ini diperlukan dalam waktu bersamaan.

d. Vitamin
           Vitamin adalah senyawa-senyawa yang tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi diperlukan untuk memelihara aktivitas berbagai proses metabolic atau integritas berbagai selaput membran. Vitamin-vitamin digolongkan atas yang larut dalam lemak (A,D,E dan K) da yang larut dalam air (B komplek dan C).

e. Mineral
           Sembilan puluh enam persen berat badan manusia terbentuk dari 4 unsur: O, C ,H dan N, sisanya terdiri dari unsur-unsur esensial, yang dapat digolongkan pada unsur makro (Ca, P, K, S, Na, Cl, dan Mg) dan unsur-unsur mikro atau jarang (Fe, Mn, Cu, I dan mungkin ada yang lain lagi). Yang terbanyak dibutuhkan adalah Ca dan P, terutama untuk anak-anak. Definisi unsur mikro jarang terjadi, yang sering terjadi hanya pada Iod, yang berakibat pada penyakit gondok.
  
   Kekurangan pangan, dapat menimbulkan akibat yang sulit ditoleransi, terutama pada anak-anak balita sehingga masalah pangan menjadi sangat penting dan menentukan tingkat kesehatan (fisik, mental, sosial). Akibat kekurangan pangan dapat menimbulkan :
a. Kesehatan rendah
b. Tingkat kesehatan rendah
c. Rentan terhadap serangan penyakit
d. Menurunkan kerja otak
e. Kematian

Kekurangan pangan di Indonesia muncul dalam bentuk:
           Penyebabnya adalah kekurangan pangan dan sekaligus kekurangan protein, dan kadang-kadang dibarengi dengan adanya infeksi. KKP dapat digolongkan menjadi KKP tingkat ringan dan KKP tingkat berat, yaitu kwashiorkor dan marasmus gizi. Dampak nyata dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan, aktifitas dan kemampuan belajar.
b. Kekurangan vitamin A
           Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan Xerophtalmia, yang berakhir pada kebutaan. Bisa disebabkan karena faktor kebiasaan makan (food habit) dan pola konsumsi (food paterns).
c. Gondok endemik dan kretinin
           Gondokendemik disebabkan kurangnya konsumsi yodium, di Indonesia gondok enemik banyak ditemukan pada penduduk daerah pegunungan, atau penduduk yang menu pokoknya ubi kayu, karena ternyata ubi kayu mengganggu absorbsi yodium.

d. Anemia gizi (kekurangan zat besi).
           Anemia zat besi dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh, di Indonesia anemia zst besi banyak diderita oleh ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak pra sekolah.

III. Proses Penyimpanan dan Proses Pangan        

1. Proses Persiapan Penyimpanan
            Pada proses produksi yang perlu diperhatikan untuk menjaga keamanan makanan adalah proses persiapan, pada proses persiapan merupakan tahap awal atau titik awal dari proses untuk mendapatkan makanan jadi, untuk itu pada tahap ini perlu sekali dilakukan pengamanan bahan makanan. Pengamanan makanan meliputi pengamanan untuk mempertahankan zat gizi pada makanan dan pengamanan makanan terhadap bahaya patogen, menurut Karen Eich Drummond, 1996 ada beberapa tips untuk mempertahankan zat gizi pada makanan yaitu :
a.  Pilihlah bahan makanan yang segar dengan kualitas yang bagus.
b.  Untuk sayuran dan buah pilihlah yang bermutu dilihat dari warna, ukuran dan tekstur.
c.  Simpan buah dan sayur pada almari pendingin ( kecuali pisang hijau, kentang, dan jamur) untuk menghambat enzim yang bisa membuat buah dan sayuran kehilangan zat gizi. Enzim sangat aktif pada suhu yang hangat.
d.  Jangan menyimpan bahan makanan terlalu lama karena menyebabakan kehilangan zat gizi. Simpan makanan kaleng pada suhu rendah.
e.  Ketika menyimpan makanan tutup rapat untuk menurunkan kontak langsung dengan udara.
f.  Cuci sayuran secara cepat dan jangan merendam sayur dalam air.
g.  Saat memasak kentang atau sayuran jangan kupas kulitnya karena sebagian zat gizi akan hilang ketika pengupasan dan pemotongan sayuran. Pada waktu perebusan sayuran dengan menggunakan air yang banyak dan waktu yang lama akan banyak menghilangkan kandungan zat gizinya.
h.  Suhu penggorengan bisa merusak vitamin pada sayuran.
i.  Jangan pernah menggunakan baking soda untuk memperbaiki rupa sayuran karena membuat zat gizi pada sayuran hilang.
j.  Gunakan kaldu sayuran dan daging untuk pembuatan sop.
k.  Persiapan makanan dengan serba tertutup sampai penyajian.
l.  Jangan memakai gelas tanpa corak karena cahaya bisa merusak ribovlafin yang terkandung didalamnya. Faktor yang bisa merusak vitamin dan sering merusak warna, aroma dan tekstur makanan.
m.  Kupas kulit pada buah-buahan seminim mungkin karena jika seluruh kulit dikupas banyak vitamin dan mineral yang hilang bersama kulit buah, karena vitamin dan mineral banyak tersimpan dibawah kulit buah-buahan.
n.  Mengukus adalah cara pengolahan yang bagus untuk memperhatikan zat gizi.

2. Proses Pengolahan Untuk Penyimpanan
              Pada proses pengolahan hal yang penting yang harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang adalah penjamah makanan, cara pengolahan makanan, dan tempat pengolahan makanan. Penyimpanan Makanan Jadi Setelah proses pengolahan selesai sebelum makanan siap dikonsumsi maka disimpan pada tempat tersendiri untuk menghindari terjadinya pencemaran. Menurut Kep. Menkes No.715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi penyimpanan makanan terolah adalah:
a. Penyimpanan makanan terolah sebaiknya tertutup dan disimpan pada suhu ±10ºC.
b. Penyimpanan makanan jadi:
 - Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan.
 - Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5ºC atau lebih atau disimpan dalam suhu dingin 4ºC. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) disimpan dalam suhu -5ºC sampai -1ºC.

3. Penyimpanan Makanan
Kualitas makanan yang telah diolah sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana terdapat titik-titik rawan perkembangan bakteri pathogen (pembusukan) pada suhu yang sesuai dengan kondisinya. Namun demikian di dalam perkembangan bakteri tersebut masih pula ditentukan oleh jenis makanan yang sesuai dengan kata lain jenis makan yang cocok sebagai media pertumbuhannya. Oleh karena itu mutlak diperlukan suatu metode penyimpanan makanan yang harus mempertimbangkan kesesuaian antara suhu penyimpanan dengan jenis makanan yang akan disimpan. Prinsip dari teknik penyimpanan makanan terutama ditujukan kepada: mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri latent, serta mengawetkan makanan dan mengurangi pembusukan.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan adalah:
a. Makanan yang disimpan diberi tutup terutama makanan kaleng, yang telah dibuka atau hasil olahan dari dapur (cooking food).
b. Lantai/meja yang digunakan untuk menyimpan makanan sebelumnya harus dibersihkan.
c.  Makanan tidak boleh disimpan dekat dengan saluran air limbah (selokan).
d.  Makanan yang disajikan sebelum diolah (timun, tomat) harus dicuci dengan air hangat lebih dahulu.
e.  Makanan yang dipak dengan karton jangan disimpan dekat air atau tempat yang basah.
         Penyimpanan Dingin (Refrigerated Storage) dalam pendinginan makanan, kemungkinan pertambahan bakteri tidak terjadi. Makanan yang dingin harus disimpan pada alat pendingin pada suhu 0ºF (-17,8°C)
Pada suhu antara 0-7,2ºC kadang-kadang bakteri pembusukan bakteri psikopilik dapat bertambah. Meskipun bakteri-bakteri tersebut tidak pathogen namun dapat mengurangi kualitas.


IV. Permasalahan Pangan di Indonesia
Urusan makanan memang bukan sekedar masalah perut. Meskipun ada yang mengatakan makan bukan untuk sekedar hidup tetapi urusan makanan tetap tak dapat dipandang sebelah mata.
Tengok saja bencana kelaparan di negeri kita seolah menguatkan ungkapan: ayam yang mati di lumbung padi. Situasi ironis yang membuat miris, apalagi kalau menengok di daerah timur Indonesia seperti di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, masyarakat mengalami kekurangan pangan karena lahan yang kurang bagus untuk bercocok tanam.
Masalah pelik yang dihadapi negara yang sedang mengalami transisi dari negara agraris menuju negara industrial ini adalah lahan yang kian hari kian menurun karena meningaktnya jumlah penduduk yang tidak di imbangi dengan laju produksi pertanian yang ada. Jumlah penduduk yang terus membludak juga menambah panjang daftar masalah pangan di Indonesia. Dan isu pemanasan global yang semakin kita rasakan juga sangat berpengaruh terhadap masalah pangan di Indonesia yang juga memiliki lahan hutan yang cukup luas.

1. Lahan
        Kekurangan lahan pertanian bukanlah cerita baru di Indonesia, makin meningkatnya populasi manusia yang susah terkendali membuat Indonesia menjadi daerah  yang rawan akan kekurangan pangan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim dari dinas pertanian, daerah Indonesia bagian timur merupakan daerah yang paling rawan mengalami kekurangan pangan karena memiliki lahan yang kurang bagus untuk pengolahan lahan pertanian. Apalagi apabila sesudah memasuki musim kering, tidak dapat dipungkiri salah satu daerah Indonesia itu akan mengalami kekurangan makanan.
        Berdasarkan data yang diperoleh luas lahan pertanian selama empat tahun terahir mengalami kekurangan yang cukup segnifikan terutama pada lahan persawahan. Trend masyarakat pertanian yang sedang mengalami perubahan dari menggarap sawah beralih untuk menggarap perkebunan yang menurut pemikiran meraka lebih menguntungkan dari pada mengarap sawah.

Tabel penurunan luas lahan pertanian di indonesia dalam satuan hektar :
No
Jenis Lahan
Tahun
2009
2010
2011
1
Sawah
8.484.687
8.346.008
8.290.044
2
Pekarangan
5.155.422
4.712.375
4.311.122
3
Tegal / Kebun
8.244.882
8.887.100
9.876.132
4
Ladang
3.123.625
3.000.342
2.898.213
5
Rawa-rawa
3.883.019
3.234.087
3.234.987
6
Lahan kosong
9.967.938
9.876.765
7.567.122
7
Perkebunan Negara
13.835.746
13.921.785
14.001.234

Total
35.091.381
34.456.678
23.231.555


2. Kekeringan
        Masih tradisionalnya pertanian di indonesia yang hanya memanfaatkan alam untuk bertani juga berpengaruh dalam masalah pangan di indonesia. Apabila mau merombak sistem irigasi pertanian yang sudah ada juga akan mengeluarjan biaya yang sangat banyak, namun biaya yang banyak itu juga akan terbayar apabila program pembuatan irigasi berjalan sesuai dengan rencana.

3. Jumlah penduduk masih meningkat
4. Masih ada alih fungsi tanah produktif di Jawa
5. Rusaknya keseimbangan hayati
6. Makin menyempitnya areal hutan terutama di Jawa.
7. Distribusi yang kurang memadai
8. Kemiskinan dan lapangan kerja yang kurang
9. Keterbelakangan dan kurangnya pendidikan
10. Masalah politik pemerintah


V. Kebijakan-kebijakan dalam pangan
        Mengatasi masalah pangan ini tidak harus merubah program-program yang telah ada. Dengan adanya pengoptimalan program dipandang lebih bijak dari pada menghabiskan banyak uang untuk program baru. Perlu ditinjau lagi siapakah yang menjadi objek masalah pangan yang akan dilakukan, karena permasalahan yang berbeda pasti sasaran intervensinya berbeda pula sehingga lebih meningkatkan keefektivan.
        Permasalahan pangan di Indonesia tentu dapat diselesaikan dengan pengorganisasian kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang baik. Untuk mencapai status perbaikan pangan nasional peran pemerintah saja tidak cukup, karena proses pengawasan dan pendanaan yang setingkat nasional tidaklah mudah. Disini peran daerah diperlukan untuk dapat melaksanakan maupun menginovasikan program pangan karena dinilai lebih mengetahui karakteristik daerah yang dikelolanya.
        Kebijakan lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan ketersediaan pangan adalah diversifikasi dan alternatif pangan. Ketersediaan pangan dibutuhkan apabila ingin status gizi masyarakat lebih baik. Kebijakan monokultur beras adalah jalan yang tidak tepat untuk mengatasi kekurangan pangan di negara kita. Walaupun teknologi perberasan Indonesia sudah yang paling produktif dan terefisien di Asia Tenggara. Namun karena 62 % penduduk sekarang bergantung hanya pada padi-padian, sehingga menjadi kekurangan pangan. Diversifikasi dan alternafif pangan dapat mengembangkan gandum, jagung, ubi serta umbi-umbian yang setara beras untuk dapat dimanfaatkan mengingat suplai kita telah ada. Diversifikasi ini juga dapat meringankan penduduk yang miskin.
        Karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
        Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar dan di sisi lain memiliki sumber daya alam dan sumber Pangan yang beragam, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan Pangannya secara berdaulat dan mandiri. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Sedang, kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
        Untuk mewujudkan Ketersediaan Pangan melalui Produksi Pangan dalam negeri dilakukan dengan (tertuang dalam UU no.18 pasal 5 tahun 2012):
a. mengembangkan Produksi Pangan yang bertumpu pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal
b. mengembangkan efisiensi sistem usaha Pangan
c. mengembangkan sarana, prasarana, dan teknologi untuk produksi, penanganan pascapanen, pengolahan, dan penyimpanan Pangan
d. membangun, merehabilitasi, dan mengembangkan prasarana Produksi Pangan; e. mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif
f. membangun kawasan sentra Produksi Pangan.
        Adapun dalam UU no.18 pasal 18 tahun 2012, Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kebutuhan pangan berkewajiban:
a. mengatur, mengembangkan, dan mengalokasikan lahan pertanian dan sumber daya air
b. memberikan penyuluhan dan pendampingan
c. menghilangkan berbagai kebijakan yang berdampak pada penurunan daya saing; d. melakukan pengalokasian anggaran.











PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.


Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi perbaikan makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya para pembaca dari kalangan mahasiswa yang menekuni bidang pertanian pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA
Buckle. K. A., dkk. 1985.  Ilmu Pangan.. UI-Press : Depok
Handajani, Sri. 1994.  Pangan dan Gizi.. UNS-Press : Surakarta
Hida, Taura. 2011. Energi kebutuhan pangan dan lingkungan. http://green.kompasiana.com. Diakses 7 Maret 2013
Syaiful, Anwar. 2012. Pangan dan Kebutuhan Manusia. http://semutuyet.blogspot.com. Diakses pada 7 Maret 2013.
Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara : Jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Perhitungan Nilai Erosi

Contoh soal: Dari hasil penelitian di suatu daerah penelitian, diketahui bahwa daerah penelitian tersebut terbagi menjadi 3 satuan peta lahan (SPL) dengan sifat-sifat   sbb: Sifat tanah SPL 1 SPL 2 SPL 3 Pasir (%) 35 40 45 Pasir sgt halus(%) 15 20 20 Debu (%) 40 30 25 Lempung (%) 10 10 10 BO (%) 5 (rendah) 6 (rendah) 4 (rendah) Permeabilitas (cm/jam) 35 (kode 1) 10 (kode 3) 20 (kode 2) Struktur Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Panjang Lereng rata-rata (m) 20 18 17 Kemiringan Lereng rata-rata(%) 24 13 15 Penggunaan lahan Pinus Kentang

Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air

HALAMAN PENGESAHAN             Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini telah diselesaikan dan disahkan Disusun Oleh: NINING RAHAYU    H0 7121 38 KELOMPOK 10 Konservasi Tanah dan Air AT-5B Telah dinyatakan memenuhi syarat dan disahkan Pada tangga l : ___________________ Menyetujui,      Dosen Pembimbing           Dr. Ir. Jaka Suyana, M.Si.          NIP. 196408121988031002 Co -Assisten Arwa Farida L NIM H 0711018 KATA PENGANTAR Puji syukur pen yusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun. Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini dibuat bertujuan untuk melengkapi nilai mata kuliah Konservasi Tanah dan Air, serta untuk menambah pengetahuan tentang Konservasi Tanah dan Air. Dalam penyusunan laporan

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

                                                                            ACARA I STERILISASI ALAT, PEMBUATAN LARUTAN STOK DAN PEMBUATAN MEDIA A.     Pendahuluan 1.       Latar Belakang             Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode atau teknik mengisolasi bagian tanaman (protplasma, sel, jaringan, dan organ) dan menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam ruang yang terkontrol sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan mengandung dua prinsip yaitu bahan tanam yang bersifat totipotensi dan budidaya yang terkendali. Penggunaan bahan totipotensi saja tidak cukup mendukung keberhasilan kegiatan dalam kultur jaringan, keadaan media tanam, lingkungan tumbuh (kelembaban, temperatur dan cahaya) serta sterilitas mutlak harus terjamin.              Salah satu pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adal