|
A.
Latar
Belakang
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret (FP UNS) memiliki tujuan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan
teknologi inovatif unggul berbasis penelitian untuk pengembangan pertanian
terpadu berkelanjutan. Tujuan lain adalah untuk menerapkan pengetahuan serta
teknologi untuk kesejahteraan masyarakat dengan basis pertanian terpadu
berkelanjutan. Pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa FP UNS di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur diharapkan dapat membekali mahasiswa dalam
memenuhi keterampilan dan teori di bidang pertanian.
BPTP Jawa Timur merupakan salah satu
institusi penghasil dan penyedia teknologi pertanian terpadu tepat guna yang
menunjang pengembangan pertanian bagi provinsi Jawa Timur. BPTP Jawa Timur
memiliki laboratorium tanah yang telah menerapkan sistem manajemen mutu
berdasarkan ISO/IEC 17025-2005. Laboratorium tanah tersebut melayani analisa
tanah, pupuk, air dan tanaman. Laboratorium tanah BPTP Jawa Timur memiliki
peralatan modern terkini dan prosedur analisis terakreditasi untuk menunjang
hasil analisis yang mendekati kebenaran lapang. Pembelajaran mengenai alat-alat
laboratorium yang mutakhir di laboratorium tanah BPTP Jawa Timur diperlukan
mahasiswa untuk memahami teknologi perangkat analisa pertanian.
1
|
B.
Tujuan
Kegiatan
Tujuan
kegiatan magang ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Umum
a. Mahasiswa
dapat menganalisis teori ilmu pertanian yang dipelajari dengan keadaan lapang
yang sebenarnya.
b. Menambah
pengalaman serta pengetahuan dalam menghadapi permasalahan praktis pertanian.
2. Tujuan
Khusus
a. Memperoleh
pengetahuan prosedur dan macam-macam metode analisis di Laboratorium tanah BPTP
Jawa Timur.
b. Mampu
mengoperasikan instrumental alat untuk keperluan analisis yang terdapat di
Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur.
C.
Manfaat
Manfaat
dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi
BPTP Jawa Timur
a. Sarana
untuk memberikan penilaian kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan instansi.
b. Membantu
menyelesaikan tugas dan pekerjaan sehari-hari di instansi tempat magang.
2. Bagi
Perguruan Tinggi
a. Memperdalam
kajian teori yang dimanfaatkan oleh peneliti dan petani.
b. Menjalin
hubungan baik dengan instansi yang bersangkutan dalam penyelarasan pendidikan dengan
lapangan kerja.
c. Sebagai
masukan untuk evaluasi di dalam peningkatan kualitas lulusan jurusan
Agroteknologi FP UNS.
3. Bagi
Mahasiswa
a. Menambah
wawasan dan keterampilan dalam aspek pertanian.
b. Mengukur
kemampuan mahasiswa dalam bersosialisasi dan bekerja dalam lingkungan tempat
kerja.
II.
|
A.
Pupuk
Organik Cair
Daur
ulang limbah ternak berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
Limbah ternak yang cukup banyak dapat diubah menjadi pupuk organik untuk
budidaya tanaman karena dapat memberikan unsur hara dalam tanah (Susetyo 2013).
Limbah peternakan dapat dibedakan menjadi limbah padat dan limbah cair. Limbah
padat (feses) dimanfaatkan menjadi pupuk kompos, sedangkan limbah cair (urin)
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair.
Pupuk
organik merupakan pupuk senyawa organik dengan perbandingan C/N yang rendah dapat
digunakan untuk merangsang penyebaran nutrisi yang sulit masuk ke dalam tubuh
mikroorganisme karena kekurangan nitrogen di dalam tanah. Pupuk organik
mengandung N, P, K dalam jumlah yang rendah dan unsur hara mikro essensial. Pupuk
buatan (kimiawi) mengandung satu hara saja sedangkan pupuk organik memiliki
unsur hara yang beragam dan seimbang (Sudiro et al., 2013).
Menurut
Hadisuwito (2002 cit. Susetyo 2013), pupuk kandang cair merupakan dekomposisi
bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi
senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andi (2003
cit. Amirullah 2011) di Dusun Ngadong, Kab. Sleman Yogyakarta, bahwa dalam 100
ekor sapi dapat menghasilkan 1.500 liter sampai dengan 2.000 liter urin per
hari. Urin sapi mengandung zat perangsang tumbuh berupa IAA yang berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman (Amirullah 2011).
3
|
11
|
B.
Kelebihan
Pupuk Cair Urin Sapi
Parnata
(2004 cit. Susetyo 2013) menyatakan bahwa pupuk organik memiliki kandungan
kimia maksimum 5%, oleh sebab itu kandungan N, P dan K pada pupuk organik cair
relatif rendah. Pupuk organik cair memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat pada pupuk organik padat dan
dapat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat. Kelebihan pupuk organik cair adalah sebagai
berikut:
- Mempunyai jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak jika dibandingkan dengan kotoran sapi padat
- Mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh
- Mempunyai bau yang khas urin ternak yang dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman (Amirullah 2011).
Kandungan
hara makro dan mikro rendah sehingga harus diberikan dalam jumlah yang banyak.
Meskipun kandungan unsur hara yang dimiliki oleh urin sapi bermacam–macam
jenisnya akan tetapi jumlah kuantitas unsur hara yang dimiliki masih kalah jika
dibandingkan dengan pupuk kimia buatan. Kekurangan dari pupuk urin adalah bau menyengat
yang membuat orang tidak suka untuk mengelola serta menggunakannya (Sudiro et
al., 2013).
C.
Fermentasi
Pupuk Cair Urin Sapi
Fermentasi
merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang
melibatkan mikroorganisme (Sudiro et al., 2013). Prinsip dari fermentasi ini
adalah bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur
dan kondisi tertentu. Studi tentang jenis bakteri yang responsif untuk
fermentasi telah dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri
yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi selulosa menjadi
glukosa selama proses dekomposisi awal dan bakteri obligate yang responsif
dalam proses dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan bahan yang
sangat berguna (Joo 1990 cit Sudiro et al., 2013).
Menurut
Jeris dan Regan (1993 cit. Yulianto 2010 cit. Susetyo 2013), suhu dan pH
merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya fermentasi secara
anaerob. Suhu pada awal fermentasi sekitar 38˚C dapat mempercepat terjadinya
proses fermentasi, sedangkan sesudah fermentasi suhu menjadi sekitar 36.5˚C. Mikroba
menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah
sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami
penurunan. pH awal fermentasi sekitar 6.3, sedangkan setelah fermentasi menjadi
sekitar 6.77. Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami
penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan
mengubah bahan organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya
mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki
derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral (Sinaga 2010 cit. Susetyo).
Berdasarkan
hasil pengamatan pada urin yang belum difermentasi dan urin yang sudah
difermentasi terdapat perbedaan kandungan diantara keduanya. Kandungan nitrogen
pada saat sebelum difermentasi memiliki kandungan unsur hara N, P, K adalah
1,1; 0,5; 0,9 dan saat urin setelah difermentasi terjadi peningkatan kandungan
jumlah unsur hara N, P, K, menjadi 2,7; 2,4; 3,8. Pada proses fermentasi urin
terdapat kelebihan jika dibandingkan dengan urin yang tidak difermentasi, yaitu
meningkatkan kandungan hara yang terdapat pada urin tersebut yang dapat
menyuburkan tanaman. Selain itu, bau urin yang telah difermentasi menjadi
kurang menyengat jika dibandingkan dengan bau urin yang belum difermentasi
(Sudiro et al., 2013).
Menurut
Sudiro et al., (2013), fermentasi urin sebagai pupuk organik cair yang
dilakukan oleh bakteri ternyata juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya :
a. Tidak
semua N diubah menjadi bentuk yang mudah dihisap akan tetapi dipergunakan oleh
bakteri-bakteri itu sendiri untuk keperluan hidupnya.
b. Dapat
terjadi perubahan-perubahan yang merugikan dimana N menguap. Di dalam pupuk
cair N terdapat sebagai ureum CO(NH2)2 dan asam urin C3H4N4O3.
Nilai pemupukan tertinggi adalah ureum karena kandungan N yang sangat tinggi
(48%) banyak terdapat dalam air kencing. Air kencing sangat mudah dan cepat
dirubah oleh bakteri-bakteri menjadi amonium karbonat.
CO(NH2)2
+ 2 H2O
(NH4)2CO
D.
Kandungan
Hara Pupuk Cair Urin Sapi
Stofella
dan Khan (2001 cit. Susetyo 2013), kandungan fosfor berkaitan dengan kandungan
N dalam substrat, semakin besar nitrogen yang dikandung maka multiplikasi
mikroorganisme yang merombak fosfor akan meningkat, sehingga kandungan fosfor
dalam pupuk cair juga meningkat. Kandungan fosfor dalam substrat akan digunakan
oleh sebagian besar mikroorganisme untuk membangun selnya. Proses mineralisasi
fosfor terjadi karena enzim fosfotase yang dihasilkan oleh sebagian
mikroorganisme.
Kandungan
kotoran sapi padat memiliki N = 0.40%, P = 0.20%, K = 0.10%, air = 85%. Pada
kotoran sapi cair memiliki kandungan N = 1.00%, P = 0.50%, K = 1.50%, air = 92%
(Lingga 1991 cit. Amirullah 2011). Menurut Lingga (1991 cit. Yuliarti 2009 cit.
Susetyo 2013), jenis kandungan hara pada urin sapi yaitu N = 1.00%, P = 0.50%
dan K = 1,50%.
E.
Penggunaan
Pupuk Cair Urin Sapi
Pupuk
oranik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun yang mengandung hara makro
dan mikro esensial (N, P, K, S Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik)
(Huda 2013). Aplikasi pupuk cair urin sapi untuk perendaman biji dapat
menggunakan 1 L pupuk urin ditambah 10 L air dan direndam selama 10 menit.
Penggunaan sebagai pupuk daun dapat memakai 1 L pupuk urin per tangki semprot
(Amirullah 2011).
III.
|
A. Waktu Pelaksanaan : 3 Agustus 2015 – 4 September
2015
B.
Nama Institusi Mitra :
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
C.
Alamat :
Jl.
Raya Karangploso Km.
4, Malang, Jawa Timur
D. Teknik
Pengumpulan Data
Data
penelitian menggunakan metode sebagai berikut:
1. Studi
literatur, metode dengan cara mempelajari buku-buku, laporan kerja, jurnal dan
data yang berhubungan langsung dengan obyek yang dibahas.
2. Berinteraksi
dengan petugas laboran mengenai permasalahan yang ada.
E. Alat
dan Bahan
1.
Pengenalan alat laboratorium
Alat : kamera, alat tulis
Bahan : beberapa alat analisis di laboratorium
2.
Pembuatan pupuk cair
Alat : Ember, botol aqua, ember, kayu pengaduk,
kamera
Bahan : EM4 6 ml, H2SO4 3 ml,
6 L urin sapi
F. Cara
Kerja
1.
Pengenalan alat laboratorium
1. Mengidentifikasi
tiap alat-alat di laboratorium.
2. Mencatat
bagian-bagian dari alat-alat laboratorium beserta kegunaan masing-masing bagian
alatnya.
3. Mendokumentasikan
dengan kamera setiap alat-alat laboratorium.
4. Menulis
hasil pengamatan masing-masing alat laboratorium tersebut pada logbook.
2. Pembuatan
pupuk cair
1. Menampung
urin sapi sampai 6 L.
2. Mencampurkan
6 ml larutan EM4 dan 3 ml larutan H2SO4 97%.
3. Menfermentasikan
urin sapi sampai 14 hari dan diamati warna dan baunya.
7
|
IV.
|
A.
Tinjauan
Umum BPTP Jawa Timur
1.
Sejarah BPTP Jawa Timur
BPTP Jawa Timur berawal dari gabungan berbagai unit
kerja di jajaran Badan Litbang Pertanian yang berada di Jawa Timur (16 unit
kerja), yaitu ada eks Sub Balithorti Malang, Sub Balithorti Tlekung, Sub
Balittan Mojosari, Sub Balitnak Grati, beserta kebun percobaan yang berada di
bawahnya, dan Balai Informasi Pertanian Wonocolo, Surabaya yang dibentuk
berdasarkan SK Menteri No. 798/Kpts/OT.210/12/1994, tanggal Desember 1994, dan
mulai efektif pada tanggal 1 April 1995 dengan nama BPTP Karangploso.
BPTP Karangploso mengalami reorganisasi lagi dengan
keluarnya SK Menteri terbaru No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, tanggal 14 Juni 2001,
unit nama ini berubah menjadi BPTP Jawa Timur dengan hanya dua unit kerja yang
tergabung di dalamnya, yaitu Laboratorium Diseminasi Wonocolo (nama baru dari
Balai Informasi Pertanian Wonocolo) dan Kebun Percobaan Mojosari (nama baru
dari sub Balai Penelitian Tanaman Pangan Mojosari). Penyempurnaan ini membawa
konsekuensi terhadap peyempurnaan tugas dan fungsi balai secara keseluruhan.
Gambar
1. Foto bersama dengan Kepala
Balai BPTP Jawa Timur
|
Gambar
2. Batu peresmian BPTP Jawa
Timur
|
8
|
2. Visi
dan Misi BPTP Jawa Timur
Visi dari BPTP Jawa Timur merupakan penghasil dan
penyedia teknologi pertanian tepat guna spesifik lokal dalam arti luas untuk
menunjang pengembangan pertanian berwawasan agribisnis bagi Provinsi Jawa Timur
ke depan. Visi BPTP Jawa Timur adalah “Institusi penghasil dan penyedia
teknologi pertanian tepat gunaTerdepan, Terlengkap dan Terpercaya”.
Misi BPTP Jawa Timur adalah sebagai berikut:
a. Menghasilkan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang sesuai dengan ketersediaan
sumberdaya.
b. Menyediakan,
mendiseminasikan dan mempromosikan teknologi tepat guna untuk meningkatkan
produktifitas dan daya saing hasil-hasil pertanian yang berwawasan lingkungan
dan agribisnis.
c. Meningkatkan
pendapatan kelurga tani dan kesempatan kerja produktif yang berkeadilan.
d. Menjalin
kemitraan dengan stakeholders (instansi terkait, swasta, LSM, dll.) untuk memberdayakan
petani dalam mengelola usahataninya.
e. Menumbuhkembangkan
peran kelembagaan untuk memantapkan ketahanan pangan.
f. Memberikan
masukan untuk penyusunan kebijakan pembangunan pertanian daerah.
Gambar 3. Papan
visi dan misi BPTP Jawa Timur
3. Tugas
BPTP Jawa Timur
Tugas BPTP Jawa Timur adalah melaksankan pengkajian
dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi bagi semua komoditas
pertanian, baik tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan dan
perikanan dengan teknologi yang bersifat terapan (siap pakai) dengan
mempertimbangkan optimasi produksi serta pendapatan petani.
4. Fungsi
BPTP Jawa Timur
Fungsi BPTP Jawa Timur adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan
inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi.
b. Melakukan
penelitian serta pengkajian perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi.
c. Menyiapkan
paket teknologi hasil pengkajian serta perakitan untuk bahan penyusunan materi
penyuluhan.
d. Menyediakan
layanan teknis kegiatan pengkajian, penelitian dan perakitan teknologi
pertanian.
e. Melaksanakan
pelayanan data usaha Balai.
5. Sumberdaya
manusia BPTP Jawa Timur
BPTP Jawa Timur memiliki 58 orang peneliti (Tabel
1), 21 orang penyuluh (Tabel 2), 35 orang teknisi litkayasa (Tabel 3), 71 orang
administrasi dan 2 orang pustakawan (BPTP Jawa Timur 2007).
Tabel 1. Jumlah
peneliti berdasarkan jenjang pendidikan dan jabatan fungsional
Jenjang pendidikan
|
Jumlah
(orang)
|
Jabatan fungsional
|
Jumlah
(orang)
|
||
S3 (Doktor)
|
15
|
Ahli Peneliti Utama
|
2
|
||
S2 (Master)
|
19
|
Ahli Peneliti Madya
|
3
|
||
S1 (Sarjana)
|
24
|
Ahli Peneliti Muda
|
7
|
||
|
|
Peneliti Madya
|
6
|
||
|
|
Peneliti Muda
|
7
|
||
|
|
Ajun Peneliti Madya
|
5
|
||
|
|
Ajun Peneliti Muda
|
6
|
||
|
|
Asisten Peneliti Madya
|
4
|
||
|
|
Asisten Peneliti Muda
|
5
|
||
|
|
Non klas
|
13
|
||
Sumber: BPTP Jawa Timur
Tabel 2. Jumlah penyuluh berdasarkan
jenjang jabatan fungsional
Jenjang
pendidikan
|
Jumlah
(orang)
|
Jabatan
fungsional
|
Jumlah
(orang)
|
||
S2 (Master)
|
5
|
Penyuluh Pertanian Madya
|
10
|
||
S1 (Sarjana)
|
19
|
Penyuluh Pertanian Muda
|
6
|
||
|
|
Penyuluh Pertanian Pratama
|
3
|
||
|
|
Ajun Penyuluh Pertanian
|
1
|
||
|
|
Non klas
|
4
|
||
Sumber:
BPTP Jawa Timur
Tabel 3. Jumlah teknisi
litkayasa berdasarkan jenjang jabatan fungsional
Jenjang
jabatan litkayasa
|
Jumlah
(orang)
|
Teknisi litkayasa
|
1
|
Teknisi Litkayasa Madya
|
5
|
Ajun Teknisi Litkayasa Madya
|
4
|
Ajun Teknisi Litkayasa Muda
|
4
|
Asisten Teknisi Litkayasa
|
2
|
Asisten Teknisi Litkayasa Madya
|
1
|
Non klas
|
18
|
Sumber:
BPTP Jawa Timur
Jam operasional pada BPTP Jawa Timur adalah sebagai
berikut:
a. Hari
Senin-Kamis
Jam Kerja :
07.00 – 16.00 WIB
Jam Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB
b. Hari
Jumat
Jam Kerja :
07.00 – 16.30 WIB
Jam Istirahat : 11.00 – 13.00 WIB
Gambar 4. Foto
bersama peneliti sosial ekonomi pertanian BPTP Jawa Timur
6. Fasilitas
BPTP Jawa Timur
Fasilitas yang dimiliki BPTP Jawa Timur diantaranya
sebagai berikut:
a. Kebun
Percobaan
Kebun
percobaan selain digunakan sebagai untuk studi penelitian juga dapat digunakan
sebagai agrowisata. Kebun percobaan yang dimiliki oleh BPTP Jawa Timur berada
di Karangploso (Malang) dan Mojosari (Mojokerto).
Gambar
5. Kebun plasma nutfah
pisang
|
Gambar
6. Kebun plasma nutfah Salak
|
b. UPBS
Memproduksi
dan mendistribusikan benih-benih unggul.
c. Klinik
Agribisnis
Sebagai
tempat komunikasi dan diskusi antara pengunjung (pengguna) dengan peneliti dan
penyuluh BPTP Jawa Timur tentang berbagai masalah aktual di bidang pertanian,
termasuk pemecahan masalah yang dihadapi pengguna.
d. Perpustakaan
Perpustakaan
BPTP Jawa Timur per Desember 2007 mengkoleksi 9.642 judul terdiri dari buku
teks, majalah/jurnal ilmiah, laporan hasil penelitian, tesis (S1 hingga S3),
peta, dan lain-lain. Buku-buku tersebut mencakup materi mengenai tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan.
e. Laboratorium
Untuk
menunjang kegiatan penelitian dan pengkajian, BPTP Jawa Timur memiliki
laboratorium dengan standar akreditasi diantaranya:
1) Laboratorium
Tanah
2) Laboratorium
Kultur Jaringan
3) Laboratorium
Hama dan Penyakit
4) Laboratorium
Pasca Panen dan Bengkel Alsintan
5) Laboratorium
Perbenihan
6) Laboratorium
Agronomi
7) Laboratorium
Benih
8) Laboratorium
Analisis Data
9) Laboratorium
Diseminasi
7. Struktur
Organisasi BPTP Jawa Timur
Berdasarkan SK Mentan No. 350/Kpts/OT.210/6/2001
tanggal 14 Juni 2001 tentang reorganisasi dalam lingkup Badan Litbang
pertanian, yang diperbaharui dengan peraturan Menteri Pertanian No.
16/Permentan/OT.1403/3/2006, struktur organisasi BPTP Jawa Timur terdiri dari 2
Eselon IV (Subbag Tata Usaha dan Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian). Sub
bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, surat menyurat dan kearsipan serta rumah tangga. Seksi Kerjasama
dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
rencana, program, anggaran, pemantauan dan evaluasi serta laporan, penyiapan
bahan kerja sama, informasi, dokumentasi dan penyebarluasan dan pendayagunaan
hasil, serta pelayanan sarana pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi
tepat guna spesifik lokasi.
Gambar
7. Bagan struktur organisasi BPTP Jawa Timur
B.
Tinjauan
Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur
1.
Gambaran Umum Laboratorium BPTP Jawa
Timur
Tugas utama dari laboratorium tanah adalah melayani
permintaan analisis dari perguruan tinggi, para peneliti dan instansi
pemerintah lainnya serta perusahaan swasta, mahasiswa maupun petani secara
perorangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 09/Kpts/TP.260/1/2003,
Laboratorium tanah ditunjuk sebagai lembaga untuk melakukan uji mutu pupuk.
Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur telah terakreditasi sebagai laboratorium
penguji tanah dan pupuk dengan nomor LP-310-IDN, dan menerapkan sistem
manejemen mutu berdasarkan ISO/IEC 17025-2005 yang dikeluarkan oleh Komite
Akriditasi Nasional (KAN)-Badan Standarisasi Nasional (BSN) yang menggantikan
ISO/IEC 17025-2000.
Gambar 8. Demplot untuk contoh hasil
penelitian dan pengkajian
BPTP Jawa Timur
2. Pengendalian
Mutu
Sebagai upaya mempertahankan dan meningkatkan
kualitas hasil analisis, maka laboratorium ini aktif mengikuti kegiatan Cross Check (CC) yang dikoordinir oleh
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Kegiatan CC ini aktif
diikuti juga oleh laboratorium utama yang ada dalam lingkup Badan Litbang
Pertanian, Perguruan tinggi, BUMN dan swasta. Kemampuan teknis personal
laboratorium ini telah memiliki sertifikat di bidang: Kompetensi manejemen
sistem mutu, Audit internal, Kalibrasi internal, Validasi metoda.
3. Jenis
Analisa
Laboratorium tanah BPTP Jawa Timur dapat melakukan
pengujian (analisis) terhadap bahan uji (sampel) sebagai berikut:
Tabel
4. Analisis sampel di Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur
No.
|
Bahan
Uji
|
Parameter
|
Metode
|
1
|
Tanah
|
a.
Kadar
air
b.
pH
c.
Tekstur
3 fraksi
d.
P2O5
dan K2O
·
Potensial
·
Tersedia
e.
C-organik
f.
Nitrogen
g.
Nilai
tukar kation K, Na, Ca, Mg
h.
KTK
|
a.
Oven
b.
Plektometri
c.
Hydrometer
d.
·
Ekstrak
HCl 25%
·
Olsen
e.
Kurmies
f.
Kjeldahl
g.
Perkolasi
h.
Perkoasi
|
2
|
Pupuk Urea
|
Nitrogen
|
SNI 02-2801-1998 butir 6.1
|
3
|
Pupuk NPK Padat
|
a.
Nitrogen
total
b.
P2O5
total
c.
Kalium
sebagai K2O (total)
|
a.
SNI
02-2803-2000 butir 6.1
b.
SNI
02-3769-2005 butir 6.1.1
c.
SNI
02-2803-2000 butir 6.1
|
4
|
Pupuk KCl
|
Kalium sebagai K2O
(total)
|
SNI 02-2803-2000 butir 6.1.3
|
5
|
Pupuk SP-36
|
a.
P2O5
total
b.
P2O5
larut asam sitrat
c.
P2O5
larut air
|
a.
SNI
02-3769-2005 butir 6.1.1
b.
SNI
02-3769-2005 butir 6.1.2
c.
SNI
02-3769-2005 butir 6.1.3
|
6
|
Pupuk Organik
|
a.
Kadar
air
b.
pH
c.
C-organik
d.
Nitrogen
e.
P,
K, Na, Ca, Mg, Fe, Zn, Mn, Cu (total)
|
a.
Oven
b.
Elektrometri
c.
Kurmies
d.
Kjeldahl
e.
Pengabuan
Basah dengan HNO3 dan HClO4
|
7
|
Jaringan Tanaman
|
a.
Kadar
air
b.
Nitrogen
c.
P,
K, Na, Ca, Mg, Fe, An, Mn, Cu (total)
|
a.
Oven
b.
Kjeldahl
c.
Pengabuan
Basah dengan HNO3 dan HClO4
|
8
|
Air
|
a.
pH
b.
K,
Na, Ca, Mg, Fe, Zn, Mn, Cu
|
a.
Elektrometri
b.
SSA
|
Sumber:
BPTP Jawa Timur
Beberapa
hasil kegiatan di Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur dapat terlihat sebagai
berikut:
Gambar 9.
Sampel pupuk organik yang
akan dianalisa kadar abu
|
Gambar 10.
Gelas ukur untuk menampung sampel pupuk organik
|
Gambar 11. Timbangan analitik untuk
menimbang sampel pupuk organik
|
Gambar
12. Penumbukan sampel pupuk
organik
|
Gambar
13. Penyaringan sampel pupuk
organik
|
Gambar
14. Preparasi sampel pupuk
organik
|
Gambar 15.
Sampel tanah yang akan
dianalisa kadar abu
|
Gambar
16. Oven untuk pemanasan
sampel
|
Gambar
17. Kompor untuk memanaskan
sampel pupuk organik
|
Gambar 18. Cawan isi untuk
mendinginkan sampel
|
C.
Pengenalan
Alat Laboratorium
Pengetahuan
alat laboratorium merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung
kegiatan analisis dalam mengumpulkan data atau informasi, terutama data
kuantitatif (Laila 2006). Peneliti dalam menggunakan peralatan laboratorium diharapkan
memiliki keterampilan, kecermatan, dan ketelitian agar data yang diperoleh
akurat. Oleh sebab itu diperlukannya pengenalan mengenai peralatan yang
digunakan dalam analisis di laboratorium. Pengenalan alat secara umum mencakup
spesifikasi alat, prinsip kerja, dan kegunaan alat (Djoko et al., 2006).
Mahasiswa
selama melaksanakan kegiatan magang, diharuskan dapat bekerja secara aseptik,
yang merupakan sikap mengutamakan kesterilan dalam kegiatan analisis di
laboratorium. Sterilisasi pada saat
bekerja di laboratorium perlu dilaksanakan agar pengaruh kontaminasi
dari mikroorganisme yang tidak diinginkan dapat diperkecil, sehingga
keberhasilan analisis dapat dicapai.
Kesterilan
pengguna, alat dan bahan mutlak dibutuhkan karena mikrobia berukuran sangat
kecil, tidak kasat mata, mudah tersebar, dan dapat hidup dimana saja. Kebutuhan
akan keadaan yang benar-benar steril dalam penelitian mutlak diperlukan. Steril
merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam laboratorium tanah. Dalam
melakukan sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agar sterilisasi dapat
dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganisme lain yang
mengkontaminasi media.
Mahasiswa magang
diperkenalkan berbagai macam alat-alat laboratorium dan di beri pemahaman
mengenai bagian-bagian yang menyusun alat tersebut serta penggunaannya dan
pemanfaatan dari alat tersebut. Masing-masing alat mempunyai cara kerja khusus
yang spesifik untuk kegiatan tertentu, sehingga kita bisa mengambil tindakan
pemilihan alat yang tepat untuk menunjang kegiatan analisis tanah atau pupuk. Ketika
mensterilkan alat-alat laboratorium yang terbuat dari kaca (contoh: pipet
klasik, Erlenmeyer, petridish, dll), sterilisasi lebih baik menggunakan oven.
Hasil kegiatan pengenalan alat-alat di laboratorium dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Pengenalan
Alat-Alat di Laboratorium Tanah
No.
|
Nama Alat dan
Gambar
|
Kegunaan
|
|
1
|
Tabung
aquadest
|
Menampung
aquadest supaya tidak terjadi kontam
|
|
2
|
Lemari
asam
|
Tempat
khusus pemanasan larutan yang bersifat asam, sehingga uap yang dihasilkan
tidak mengganggu ruangan sekitar
|
|
3
|
LAF (Laminar Air Flow)
|
Berfungsi
untuk penerapan bekerja secara aseptis
|
|
4
|
Oven
|
Sebagai
tempat pemanasan sampel. Suhu mencapai 700˚C
|
|
5
|
Gelas
ukur
|
Berfungsi
untuk preparasi media-media, menampung aquadest, dll.
|
|
6
|
Timbangan
analitik
|
Menimbang
bahan sampel sampai ketelitian 0.1 gram
|
|
7
|
Saringan
|
Untuk
menyaring sampel supaya diperoleh bahan yang halus dan seragam ukurannya
|
|
8
|
Timbangan
analitik
|
Menimbang
bahan sampel sampai ketelitian 0.01 gram
|
|
9
|
Botol
timbang
|
Botol
timbang terbuat dari kaca sebagai wadah penyimpanan sampel dalam pemanasan di
oven
|
|
10
|
Cawan
porselen
|
Berfungsi
wadah untuk pembakaran sampel
|
|
11
|
Spatula
besi
|
Untuk
mengambil alat yang panas dengan cara dijepit
|
|
12
|
Kompor
gas
|
Sebagai
tempat pembakaran sampel
|
|
13
|
Cawan
isi
|
Sebagai
pendingin alat yang baru saja dikeluarkan setelah dipanaskan
|
|
14
|
Kuas,
tisu dan sendok
|
Kuas
berfungsi membersihkan serpihan/butiran halus sampel yang mencemari dasar
timbangan analitik.
Tisu
berfungsi untuk membersihkkan wadah atau alat yang telah digunakan untuk
sampel sebelumnya.
Sendok
berfungsi untuk mengambil sampel.
|
|
15
|
Mortar
dan alu
|
Berfungsi
untuk menghancurkan materi cuplikan.
|
|
16
|
Vortex
|
Berfungsi
untuk menghomogenkan suatu larutan.
|
|
17
|
Erlenmeyer
|
Berfungsi
untuk menampung larutan, bahan atau cairan. Dapat digunakan untuk meracik dan
menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung aquadest
|
|
18
|
Mikropipet
|
Berfungsi
untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil.
Bagian-bagian
:
a.
Thumb Knob
b.
Nozzle
|
Sumber:
Hasil pengamatan
D.
Pupuk
cair urin sapi
Sebanyak
56,67% peternak sapi perah membuang limbah ke badan sungai tanpa pengelolaan
(Juheini 2004 cit. Huda 2013). Limbah yang dikeluarkan oleh ternak berupa
feses, urin, sisa pakan, dan air sisa pembersihan. Pencemaran air sungai
tersebut akan menganggu kesehatan warga di sekitar aliran sungai. Upaya
pengelolaan limbah ternak sapi menjadi pupuk organik perlu diupayakan untuk
mencegah terjadinya pencemaran. Salah satu upaya untuk mengurangi limbah
tersebut adalah dengan mengintegrasikan usaha ternak dengan usaha lainnya,
yaitu usaha pembuatan pupuk organik sebagai pendukung budidaya tanaman
pertanian, sehingga menjadi suatu sistem yang saling sinergis.
Standar kualitas unsur makro pupuk organik berdasarkan Peraturan
Menteri Pertanian No.28/SNI/Permentan/OT.140/2/2009 dapat di lihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 6.
Standart mutu pupuk organik cair (POC)
Parameter
|
Persyaratan teknis
|
Keterangan
|
C-Organik
|
>=4%
|
Kandungan C-organik
|
N,P,K
|
<2%
|
Jika lebih dari 2%
diduga sudah mengandung kimia anorganik
|
Patogen
|
<102 cfu/g
|
slamonella harus
negatif karena tingkat bahayanya
|
Mikroba fungsional
|
-
|
tingkat keaktifan
bakteri
|
pH
|
4-8
|
pH yang terlalu
asam/basa tidak baik untuk tanah
|
Sumber:
Huda 2013
Pupuk yang
dibuat dari bahan alami itu harus memenuhi berbagai persyaratan, diantaranya :
1.
Zat N atau zat lemasnya
harus terdapat dalam bentuk senyawa organik yang dapat dengan mudah diserap
oleh tanaman.
2.
Pupuk tersebut tidak
meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah.
3.
Pupuk tersebut mempunyai
kadar senyawa C organik yang tinggi seperti hidrat arang (Huda 2013).
Penggunaan pupuk cair dianggap lebih memudahkan pekerjaan, karena dalam
memupuk terdapat tiga macam keuntungan dalam sekali pekerjaan, yaitu: memupuk
tanaman, menyiram tanaman, mampu mengusir hama tanaman.
Perbandingan jumlah unsur hara yang
terkandung dalam pupuk cair limbah ternak dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Jumlah unsur hara pada limbah cair ternak
Jenis
|
N
|
P
|
K
|
Ca
|
Mn
|
Na
|
Fe
|
Zn
|
Sapi
|
0.5
|
1.0
|
0.9
|
1.1
|
344
|
0.2
|
5726
|
122
|
Babi
|
1.7
|
1.4
|
0.8
|
3.8
|
507
|
0.2
|
1692
|
624
|
Ayam
|
2.6
|
3.1
|
2.4
|
12.7
|
572
|
07
|
1758
|
724
|
Sumber: Hseih 1987 cit Huda 2013
Pembuatan pupuk organik cair
urin sapi yang dilakukan oleh mahasiswa magang terbilang cukup sederhana.
Fermentasi urin sapi dilakukan dalam wadah tertutup dan tidak menggunakan
aerator. Fermentasi dengan sistem aerator memiliki keuntungan berupa bau menyengat pada sapi selama proses
fermentasi tidak menyengat dibanding hanya disimpan dalam wadah tertutup.
Penambahan larutan EM4 berfungsi untuk menambah mikroorganisme perombak yang
menguntungkan sehingga proses fermentasi urin sapi dapat berjalan lebih cepat.
Urin sapi sebelum fermentasi cenderung memiliki basa kuat sehingga perlu
ditambahkan asam kuat (H2SO4 97%) untuk menetralkan urin
sapi. Penambahan asam kuat juga berfungsi dalam menambah unsure hara Sulfur
pada pupuk cair.
Fermentasi urin sapi
dilakukan selama dua minggu. Selama fermentasi, hingga hari ke-6 warna urin
sapi cenderung seperti coklat gula jawa dan bau urin sapi yang menusuk dan
sangat menyengat. Warna urin sapi berubah setelah hari ke-7 yaitu warna coklat
gelap seperti kecap dan bau tidak menusuk tapi masih memiliki aroma urin sapi.
Perubahan tersebut sejalan dengan pendapat Kurniadinata (2008 cit.
Susetyo 2013) yang menyatakan bahwa, pupuk cair dari urin sapi harus melalui
proses fermentasi terlebih dahulu. Pupuk urin sapi dapat digunakan setelah
difermentasi selama 7 hari dengan indikator berwarna kehitaman dan bau tidak
terlalu menyengat. Hasil kegiatan pembuatan pupuk organik cair urin sapi dapat
dilihat dalam tabel 8.
Tabel 8. Pengamatan
fermentasi urin sapi sebagai pupuk cair
Hari ke-
|
Tanggal
|
Bau
|
Warna
|
Gambar
|
0
|
Jumat, 21 Agustus
2015
|
Menusuk, Sangat
menyengat, bau urin sapi
|
Coklat tanah
seperti gula jawa
|
|
1
|
Sabtu, 22 Agustus
2015
|
Menusuk, Sangat
menyengat, bau urin sapi
|
Coklat tanah
seperti gula jawa
|
|
2
|
Minggu, 23
Agustus 2015
|
Menusuk, Sangat
menyengat, bau urin sapi
|
Coklat tanah
seperti gula jawa
|
|
3
|
Senin, 24 Agustus
2015
|
Menusuk, Sangat
menyengat, bau urin sapi
|
Coklat tanah
seperti gula jawa
|
|
4
|
Selasa, 25
Agustus 2015
|
Menusuk, Sangat
menyengat, bau urin sapi
|
Coklat tanah
seperti gula jawa
|
|
5
|
Rabu, 26 Agustus
2015
|
Menusuk, Sangat
menyengat, bau urin sapi
|
Coklat tanah
seperti gula jawa
|
|
6
|
Kamis, 27 Agustus
2015
|
Menusuk, Sangat
menyengat, bau urin sapi
|
Coklat tanah
seperti gula jawa
|
|
7
|
Jumat, 28 Agustus
2015
|
Tidak menusuk,
Sangat menyengat, bau urin sapi
|
Coklat gelap
seperti warna kecap
|
|
8
|
Sabtu, 29 Agustus
2015
|
Tidak menusuk,
bau urin sapi
|
Coklat gelap
seperti warna kecap
|
|
9
|
Minggu, 30
Agustus 2015
|
Tidak menusuk,
bau sudah mulai menghilang
|
Coklat gelap
seperti warna kecap
|
|
10
|
Senin, 31 Agustus
2015
|
Bau sudah mulai
menghilang
|
Coklat gelap
seperti warna kecap
|
|
11
|
Selasa, 1
September 2015
|
Bau sudah mulai
menghilang
|
Coklat gelap
seperti warna kecap
|
|
12
|
Rabu, 2 September
2015
|
Bau sudah mulai
menghilang
|
Coklat gelap
seperti warna kecap
|
|
13
|
Kamis, 3 September
2015
|
Bau sudah mulai
menghilang
|
Coklat gelap
seperti warna kecap
|
|
14
|
Jumat, 4
September 2015
|
Bau sudah mulai
menghilang
|
Coklat gelap
seperti warna kecap
|
|
Sumber: Hasil
pengamatan
Gambar 19. Urin
sapi
|
Gambar 20. H2SO4
dan EM4
|
V.
|
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan magang di BPTP
Jawa Timur ini adalah sebagai berikut:
1.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Jawa Timur mengalami reorganisasi dengan keluarnya SK Menteri terbaru No.
350/Kpts/OT.210/6/2001, dengan hanya dua unit kerja yang tergabung di dalamnya,
yaitu Laboratorium Diseminasi Wonocolo (nama baru dari Balai Informasi
Pertanian Wonocolo) dan Kebun Percobaan Mojosari (nama baru dari sub Balai
Penelitian Tanaman Pangan Mojosari).
2.
Fasilitas yang terdapat di BPTP Jawa
Timur adalah sebagai berikut; Kebun percobaan, UPBS, Klinik agribisnis,
Perpustakaan dan Laboratorium.
3.
Struktur organisasi BPTP Jawa Timur
berdasarkan peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/OT.1403/3/2006,
terdiri dari 2 Eselon IV (Subbag Tata Usaha dan Seksi Kerjasama dan Pelayanan
Pengkajian).
4.
Tugas utama dari laboratorium tanah
adalah melayani permintaan analisis dari perguruan tinggi, para peneliti dan
instansi pemerintah lainnya serta perusahaan swasta, mahasiswa maupun petani
secara perorangan
5.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
No. 09/Kpts/TP.260/1/2003, Laboratorium tanah BPTP Jawa Timur ditunjuk sebagai
lembaga untuk melakukan uji mutu pupuk.
6.
Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur telah
terakreditasi sebagai laboratorium penguji tanah dan pupuk dengan nomor
LP-310-IDN, dan menerapkan sistem manejemen mutu berdasarkan ISO/IEC 17025-2005
yang dikeluarkan oleh Komite Akriditasi Nasional (KAN)-Badan Standarisasi
Nasional (BSN) yang menggantikan ISO/IEC 17025-2000.
7.
Jenis analisa yang dapat dilakukan di
laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur adalah sebagai berikut; uji tanah, uji pupuk
urea, uji pupuk NPK padat, uji KCl, uji SP-36, uji pupuk organik, uji jaringan
tanaman dan uji kualitas air.
8.
Macam-macam alat yang ada di
laboratorium ilmu tanah adalah sebagai berikut; tabung aquadest, lemari asam, Laminar air flow (LAF), oven, gelas ukur
timbangan analitik, saringan, botol timbang, cawan porselen, spatula besi,
kompor gas, cawan isi, vortex, Erlenmeyer, mikropipet, mortar dan alu.
9.
29
|
B.
Saran
Saran dari hasil
kegiatan magang di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur ini
adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan
fermentasi pupuk organik cair dari urin sapi sebaiknya menggunakan aerator
untuk menghilangkan bau menyengat pada urin sapi sehingga memudahkan dalam
pengamatan warna.
2. Hasil
fermentasi urin sapi sebaiknya dianalisis kandungan haranya di laboratorium
sehingga dalam pengaplikasian ke tanaman dapat diperkirakan kebutuhan hara
tanaman.
3. Saran
terhadap Gugus Magang Fakultas Pertanian UNS adalah menyediakan buku panduan
berisi tata cara pelaksanaan magang, format penulisan proposal, laporan
individu dan laporan kelompok magang.
4. Saran
terhadap Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah disediakannya informasi
megenai alur penerimaan mahasiswa magang, jadwal penelitian tanaman yang
akan/sedang berlangsung dan fasilitas laboratorium di website BPTP Jawa Timur
untuk memudahkan akses informasi.
5. Saran
terhadap mahasiswa yang akan magang di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
adalah mempersiapkan secara matang mengenai keberlangsungan magang yang akan
dilakukan selama sebulan. Adapun hal-hal yang perlu
dipastikan adalah: pembimbing lapang di BPTP Jawa Timur, tanaman/kegiatan yang
akan diteliti untuk penulisan laporan magang individu dan persiapan teori yang
mendukung kegiatan magang sehingga dapat terjadi pertukaran informasi.
|
|
Amirullah
2011. Pembuatan pupuk organik cair. BPTP Sulawesi Selatan.
http://sulsel.litbang.pertanian.go.id diakses pada 29 Agustus 2015.
Djoko Arisworo, Yusa, Nana Sutresna. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika, Biologi, Kimia). (online),
(http//:books.google.co.id diakses pada 15 November
2013).
Huda
M K. 2013. Pembuatan pupuk organik cair dari urin sapi dengan aditif tetes tebu
(molasses) metode fermentasi. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam: Universitas Negeri Semarang PRESS.
Laila, Khusucida, 2006. Krelasi Antara Pengetahuan Alat Praktikum dengan Psikomotorik Siswa kelas XII IPA SMAN
11 Semarang. Semarang : Universitas
Negeri Semarang PRESS.
Sudiro
et al 2013. Demonstrasi teknologi pembuatan pupuk organik cair dari urin sapi
di Kabupaten Sinjai. http://sulsel.litbang.pertanian.go.id diakses pada 29 Agustus 2015.
Susetyo
N A. 2013. Pemanfaatan urin sapi sebagai POC (Pupuk Organik Cair) dengan
penambahan akar bambu melalui proses fermentasi dengan waktu yang berbeda.
Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah: Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/26749/24/NASKAH_PUBLIKASI.pdf diakses pada 29 Agustus
2015.
Komentar
Posting Komentar