Langsung ke konten utama

Magang di BPTP Jawa Timur Malang



I.  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (FP UNS) memiliki tujuan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi inovatif unggul berbasis penelitian untuk pengembangan pertanian terpadu berkelanjutan. Tujuan lain adalah untuk menerapkan pengetahuan serta teknologi untuk kesejahteraan masyarakat dengan basis pertanian terpadu berkelanjutan. Pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa FP UNS di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur diharapkan dapat membekali mahasiswa dalam memenuhi keterampilan dan teori di bidang pertanian.
BPTP Jawa Timur merupakan salah satu institusi penghasil dan penyedia teknologi pertanian terpadu tepat guna yang menunjang pengembangan pertanian bagi provinsi Jawa Timur. BPTP Jawa Timur memiliki laboratorium tanah yang telah menerapkan sistem manajemen mutu berdasarkan ISO/IEC 17025-2005. Laboratorium tanah tersebut melayani analisa tanah, pupuk, air dan tanaman. Laboratorium tanah BPTP Jawa Timur memiliki peralatan modern terkini dan prosedur analisis terakreditasi untuk menunjang hasil analisis yang mendekati kebenaran lapang. Pembelajaran mengenai alat-alat laboratorium yang mutakhir di laboratorium tanah BPTP Jawa Timur diperlukan mahasiswa untuk memahami teknologi perangkat analisa pertanian.
1
Pembuatan pupuk cair dari limbah ternak berupa urin sapi menjawab tantangan untuk menerapkan pertanian terpadu. Mahasiswa perlu diajarkan mempelajari peluang untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam memanfaatkan setiap sektor usaha pertanian. Pengenalan teknologi dan potensi pertanian kepada mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan kemajuan sektor usaha pertanian Indonesia di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan magang mahasiswa diharapkan terjadinya penambahan pengetahuan dan teknologi pertanian terkini bagi mahasiswa.


B.     Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan magang ini adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan Umum
a.       Mahasiswa dapat menganalisis teori ilmu pertanian yang dipelajari dengan keadaan lapang yang sebenarnya.
b.      Menambah pengalaman serta pengetahuan dalam menghadapi permasalahan praktis pertanian.
2.      Tujuan Khusus
a.       Memperoleh pengetahuan prosedur dan macam-macam metode analisis di Laboratorium tanah BPTP Jawa Timur.
b.      Mampu mengoperasikan instrumental alat untuk keperluan analisis yang terdapat di Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur.
C.    Manfaat
Manfaat dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi BPTP Jawa Timur
a.       Sarana untuk memberikan penilaian kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan instansi.
b.      Membantu menyelesaikan tugas dan pekerjaan sehari-hari di instansi tempat magang.
2.      Bagi Perguruan Tinggi
a.       Memperdalam kajian teori yang dimanfaatkan oleh peneliti dan petani.
b.      Menjalin hubungan baik dengan instansi yang bersangkutan dalam penyelarasan pendidikan dengan lapangan kerja.
c.       Sebagai masukan untuk evaluasi di dalam peningkatan kualitas lulusan jurusan Agroteknologi FP UNS.
3.      Bagi Mahasiswa
a.       Menambah wawasan dan keterampilan dalam aspek pertanian.
b.      Mengukur kemampuan mahasiswa dalam bersosialisasi dan bekerja dalam lingkungan tempat kerja.


                                                                                                                                         II.           

TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pupuk Organik Cair
Daur ulang limbah ternak berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Limbah ternak yang cukup banyak dapat diubah menjadi pupuk organik untuk budidaya tanaman karena dapat memberikan unsur hara dalam tanah (Susetyo 2013). Limbah peternakan dapat dibedakan menjadi limbah padat dan limbah cair. Limbah padat (feses) dimanfaatkan menjadi pupuk kompos, sedangkan limbah cair (urin) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair.
Pupuk organik merupakan pupuk senyawa organik dengan perbandingan C/N yang rendah dapat digunakan untuk merangsang penyebaran nutrisi yang sulit masuk ke dalam tubuh mikroorganisme karena kekurangan nitrogen di dalam tanah. Pupuk organik mengandung N, P, K dalam jumlah yang rendah dan unsur hara mikro essensial. Pupuk buatan (kimiawi) mengandung satu hara saja sedangkan pupuk organik memiliki unsur hara yang beragam dan seimbang (Sudiro et al., 2013).
Menurut Hadisuwito (2002 cit. Susetyo 2013), pupuk kandang cair merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme.  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andi (2003 cit. Amirullah 2011) di Dusun Ngadong, Kab. Sleman Yogyakarta, bahwa dalam 100 ekor sapi dapat menghasilkan 1.500 liter sampai dengan 2.000 liter urin per hari. Urin sapi mengandung zat perangsang tumbuh berupa IAA yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman (Amirullah 2011).
3
11
Menurut penelitian yang dilakukan Kurniadinata (2008 cit. Susetyo 2013), pupuk cair dari urin sapi harus melalui proses fermentasi terlebih dahulu. Pupuk urin sapi dapat digunakan setelah difermentasi selama 7 hari dengan indikator berwarna kehitaman dan bau tidak terlalu menyengat. Menurut penelitian Soleh (2012 cit. Susetyo 2013), pupuk cair sudah dapat digunakan setelah melalui beberapa proses selama 14 hari dengan indikator bau urin sudah berkurang atau hilang.
B.     Kelebihan Pupuk Cair Urin Sapi
Parnata (2004 cit. Susetyo 2013) menyatakan bahwa pupuk organik memiliki kandungan kimia maksimum 5%, oleh sebab itu kandungan N, P dan K pada pupuk organik cair relatif rendah. Pupuk organik cair memiliki beberapa keuntungan, yaitu: mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat pada pupuk organik padat dan dapat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat. Kelebihan pupuk organik cair adalah sebagai berikut:
  1. Mempunyai jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak jika dibandingkan dengan kotoran sapi padat
  2. Mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh
  3. Mempunyai bau yang khas urin ternak yang dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman (Amirullah 2011).
Kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga harus diberikan dalam jumlah yang banyak. Meskipun kandungan unsur hara yang dimiliki oleh urin sapi bermacam–macam jenisnya akan tetapi jumlah kuantitas unsur hara yang dimiliki masih kalah jika dibandingkan dengan pupuk kimia buatan. Kekurangan dari pupuk urin adalah bau menyengat yang membuat orang tidak suka untuk mengelola serta menggunakannya (Sudiro et al., 2013).
C.    Fermentasi Pupuk Cair Urin Sapi
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme (Sudiro et al., 2013). Prinsip dari fermentasi ini adalah bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu. Studi tentang jenis bakteri yang responsif untuk fermentasi telah dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi selulosa menjadi glukosa selama proses dekomposisi awal dan bakteri obligate yang responsif dalam proses dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan bahan yang sangat berguna (Joo 1990 cit Sudiro et al., 2013).
Menurut Jeris dan Regan (1993 cit. Yulianto 2010 cit. Susetyo 2013), suhu dan pH merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya fermentasi secara anaerob. Suhu pada awal fermentasi sekitar 38˚C dapat mempercepat terjadinya proses fermentasi, sedangkan sesudah fermentasi suhu menjadi sekitar 36.5˚C. Mikroba menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. pH awal fermentasi sekitar 6.3, sedangkan setelah fermentasi menjadi sekitar 6.77. Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral (Sinaga 2010 cit. Susetyo).
Berdasarkan hasil pengamatan pada urin yang belum difermentasi dan urin yang sudah difermentasi terdapat perbedaan kandungan diantara keduanya. Kandungan nitrogen pada saat sebelum difermentasi memiliki kandungan unsur hara N, P, K adalah 1,1; 0,5; 0,9 dan saat urin setelah difermentasi terjadi peningkatan kandungan jumlah unsur hara N, P, K, menjadi 2,7; 2,4; 3,8. Pada proses fermentasi urin terdapat kelebihan jika dibandingkan dengan urin yang tidak difermentasi, yaitu meningkatkan kandungan hara yang terdapat pada urin tersebut yang dapat menyuburkan tanaman. Selain itu, bau urin yang telah difermentasi menjadi kurang menyengat jika dibandingkan dengan bau urin yang belum difermentasi (Sudiro et al., 2013).
Menurut Sudiro et al., (2013), fermentasi urin sebagai pupuk organik cair yang dilakukan oleh bakteri ternyata juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya :
a.       Tidak semua N diubah menjadi bentuk yang mudah dihisap akan tetapi dipergunakan oleh bakteri-bakteri itu sendiri untuk keperluan hidupnya.
b.      Dapat terjadi perubahan-perubahan yang merugikan dimana N menguap. Di dalam pupuk cair N terdapat sebagai ureum CO(NH2)2 dan asam urin C3H4N4O3. Nilai pemupukan tertinggi adalah ureum karena kandungan N yang sangat tinggi (48%) banyak terdapat dalam air kencing. Air kencing sangat mudah dan cepat dirubah oleh bakteri-bakteri menjadi amonium karbonat.
CO(NH2)2 + 2 H2O                               (NH4)2CO
D.    Kandungan Hara Pupuk Cair Urin Sapi
Stofella dan Khan (2001 cit. Susetyo 2013), kandungan fosfor berkaitan dengan kandungan N dalam substrat, semakin besar nitrogen yang dikandung maka multiplikasi mikroorganisme yang merombak fosfor akan meningkat, sehingga kandungan fosfor dalam pupuk cair juga meningkat. Kandungan fosfor dalam substrat akan digunakan oleh sebagian besar mikroorganisme untuk membangun selnya. Proses mineralisasi fosfor terjadi karena enzim fosfotase yang dihasilkan oleh sebagian mikroorganisme.
Kandungan kotoran sapi padat memiliki N = 0.40%, P = 0.20%, K = 0.10%, air = 85%. Pada kotoran sapi cair memiliki kandungan N = 1.00%, P = 0.50%, K = 1.50%, air = 92% (Lingga 1991 cit. Amirullah 2011). Menurut Lingga (1991 cit. Yuliarti 2009 cit. Susetyo 2013), jenis kandungan hara pada urin sapi yaitu N = 1.00%, P = 0.50% dan K = 1,50%.
E.     Penggunaan Pupuk Cair Urin Sapi
Pupuk oranik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik) (Huda 2013). Aplikasi pupuk cair urin sapi untuk perendaman biji dapat menggunakan 1 L pupuk urin ditambah 10 L air dan direndam selama 10 menit. Penggunaan sebagai pupuk daun dapat memakai 1 L pupuk urin per tangki semprot (Amirullah 2011).



                                                                                                                        III.           

TATA LAKSANA KEGIATAN
A.    Waktu Pelaksanaan           : 3 Agustus 2015 4 September 2015
B.       Nama Institusi Mitra        : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
C.       Alamat                             : Jl. Raya Karangploso Km. 4, Malang, Jawa Timur
D.    Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian menggunakan metode sebagai berikut:
1.      Studi literatur, metode dengan cara mempelajari buku-buku, laporan kerja, jurnal dan data yang berhubungan langsung dengan obyek yang dibahas.
2.      Berinteraksi dengan petugas laboran mengenai permasalahan yang ada.
E.     Alat dan Bahan
1.      Pengenalan alat laboratorium
Alat     : kamera, alat tulis
Bahan  : beberapa alat analisis di laboratorium
2.      Pembuatan pupuk cair
Alat     : Ember, botol aqua, ember, kayu pengaduk, kamera
Bahan  : EM4 6 ml, H2SO4 3 ml, 6 L urin sapi
F.      Cara Kerja
1.      Pengenalan alat laboratorium
1.      Mengidentifikasi tiap alat-alat di laboratorium.
2.      Mencatat bagian-bagian dari alat-alat laboratorium beserta kegunaan masing-masing bagian alatnya.
3.      Mendokumentasikan dengan kamera setiap alat-alat laboratorium.
4.      Menulis hasil pengamatan masing-masing alat laboratorium tersebut pada logbook.
2.      Pembuatan pupuk cair
1.      Menampung urin sapi sampai 6 L.
2.      Mencampurkan 6 ml larutan EM4 dan 3 ml larutan H2SO4 97%.
3.      Menfermentasikan urin sapi sampai 14 hari dan diamati warna dan baunya.
7
 
                                                                                                    IV.           

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A.    Tinjauan Umum BPTP Jawa Timur
1.      Sejarah BPTP Jawa Timur
BPTP Jawa Timur berawal dari gabungan berbagai unit kerja di jajaran Badan Litbang Pertanian yang berada di Jawa Timur (16 unit kerja), yaitu ada eks Sub Balithorti Malang, Sub Balithorti Tlekung, Sub Balittan Mojosari, Sub Balitnak Grati, beserta kebun percobaan yang berada di bawahnya, dan Balai Informasi Pertanian Wonocolo, Surabaya yang dibentuk berdasarkan SK Menteri No. 798/Kpts/OT.210/12/1994, tanggal Desember 1994, dan mulai efektif pada tanggal 1 April 1995 dengan nama BPTP Karangploso.
BPTP Karangploso mengalami reorganisasi lagi dengan keluarnya SK Menteri terbaru No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, tanggal 14 Juni 2001, unit nama ini berubah menjadi BPTP Jawa Timur dengan hanya dua unit kerja yang tergabung di dalamnya, yaitu Laboratorium Diseminasi Wonocolo (nama baru dari Balai Informasi Pertanian Wonocolo) dan Kebun Percobaan Mojosari (nama baru dari sub Balai Penelitian Tanaman Pangan Mojosari). Penyempurnaan ini membawa konsekuensi terhadap peyempurnaan tugas dan fungsi balai secara keseluruhan.
Gambar 1. Foto bersama dengan Kepala
                  Balai BPTP Jawa Timur
Gambar 2. Batu peresmian BPTP Jawa
                  Timur

8
 
2.      Visi dan Misi BPTP Jawa Timur
Visi dari BPTP Jawa Timur merupakan penghasil dan penyedia teknologi pertanian tepat guna spesifik lokal dalam arti luas untuk menunjang pengembangan pertanian berwawasan agribisnis bagi Provinsi Jawa Timur ke depan. Visi BPTP Jawa Timur adalah “Institusi penghasil dan penyedia teknologi pertanian tepat gunaTerdepan, Terlengkap dan Terpercaya”.
Misi BPTP Jawa Timur adalah sebagai berikut:
a.       Menghasilkan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang sesuai dengan ketersediaan sumberdaya.
b.      Menyediakan, mendiseminasikan dan mempromosikan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing hasil-hasil pertanian yang berwawasan lingkungan dan agribisnis.
c.       Meningkatkan pendapatan kelurga tani dan kesempatan kerja produktif yang berkeadilan.
d.      Menjalin kemitraan dengan stakeholders (instansi terkait, swasta, LSM, dll.) untuk memberdayakan petani dalam mengelola usahataninya.
e.       Menumbuhkembangkan peran kelembagaan untuk memantapkan ketahanan pangan.
f.       Memberikan masukan untuk penyusunan kebijakan pembangunan pertanian daerah.
Gambar 3. Papan visi dan misi BPTP Jawa Timur

3.      Tugas BPTP Jawa Timur
Tugas BPTP Jawa Timur adalah melaksankan pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi bagi semua komoditas pertanian, baik tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan dengan teknologi yang bersifat terapan (siap pakai) dengan mempertimbangkan optimasi produksi serta pendapatan petani.
4.      Fungsi BPTP Jawa Timur
Fungsi BPTP Jawa Timur adalah sebagai berikut:
a.       Mengadakan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
b.      Melakukan penelitian serta pengkajian perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
c.       Menyiapkan paket teknologi hasil pengkajian serta perakitan untuk bahan penyusunan materi penyuluhan.
d.      Menyediakan layanan teknis kegiatan pengkajian, penelitian dan perakitan teknologi pertanian.
e.       Melaksanakan pelayanan data usaha Balai.
5.      Sumberdaya manusia BPTP Jawa Timur
BPTP Jawa Timur memiliki 58 orang peneliti (Tabel 1), 21 orang penyuluh (Tabel 2), 35 orang teknisi litkayasa (Tabel 3), 71 orang administrasi dan 2 orang pustakawan (BPTP Jawa Timur 2007).
Tabel 1. Jumlah peneliti berdasarkan jenjang pendidikan dan jabatan fungsional
Jenjang pendidikan
Jumlah
(orang)
Jabatan fungsional
Jumlah
(orang)
S3 (Doktor)
15
Ahli Peneliti Utama
2
S2 (Master)
19
Ahli Peneliti Madya
3
S1 (Sarjana)
24
Ahli Peneliti Muda
7


Peneliti Madya
6


Peneliti Muda
7


Ajun Peneliti Madya
5


Ajun Peneliti Muda
6


Asisten Peneliti Madya
4


Asisten Peneliti Muda
5


Non klas
13






Sumber: BPTP Jawa Timur

Tabel 2. Jumlah penyuluh berdasarkan jenjang jabatan fungsional
Jenjang pendidikan
Jumlah
(orang)
Jabatan fungsional
Jumlah
(orang)
S2 (Master)
5
Penyuluh Pertanian Madya
10
S1 (Sarjana)
19
Penyuluh Pertanian Muda
6


Penyuluh Pertanian Pratama
3


Ajun Penyuluh Pertanian
1


Non klas
4






Sumber: BPTP Jawa Timur
Tabel 3. Jumlah teknisi litkayasa berdasarkan jenjang jabatan fungsional
Jenjang jabatan litkayasa
Jumlah
(orang)
Teknisi litkayasa
1
Teknisi Litkayasa Madya
5
Ajun Teknisi Litkayasa Madya
4
Ajun Teknisi Litkayasa Muda
4
Asisten Teknisi Litkayasa
2
Asisten Teknisi Litkayasa Madya
1
Non klas
18
Sumber: BPTP Jawa Timur
Jam operasional pada BPTP Jawa Timur adalah sebagai berikut:
a.       Hari Senin-Kamis
Jam Kerja              : 07.00 – 16.00 WIB
Jam Istirahat          : 12.00 – 13.00 WIB
b.      Hari Jumat
Jam Kerja              : 07.00 – 16.30 WIB
Jam Istirahat          : 11.00 – 13.00 WIB
Gambar 4. Foto bersama peneliti sosial ekonomi pertanian BPTP Jawa Timur
6.      Fasilitas BPTP Jawa Timur
Fasilitas yang dimiliki BPTP Jawa Timur diantaranya sebagai berikut:
a.       Kebun Percobaan
Kebun percobaan selain digunakan sebagai untuk studi penelitian juga dapat digunakan sebagai agrowisata. Kebun percobaan yang dimiliki oleh BPTP Jawa Timur berada di Karangploso (Malang) dan Mojosari (Mojokerto).
Gambar 5. Kebun plasma nutfah
                  pisang
Gambar 6. Kebun plasma nutfah Salak
b.      UPBS
Memproduksi dan mendistribusikan benih-benih unggul.
c.       Klinik Agribisnis
Sebagai tempat komunikasi dan diskusi antara pengunjung (pengguna) dengan peneliti dan penyuluh BPTP Jawa Timur tentang berbagai masalah aktual di bidang pertanian, termasuk pemecahan masalah yang dihadapi pengguna.
d.      Perpustakaan
Perpustakaan BPTP Jawa Timur per Desember 2007 mengkoleksi 9.642 judul terdiri dari buku teks, majalah/jurnal ilmiah, laporan hasil penelitian, tesis (S1 hingga S3), peta, dan lain-lain. Buku-buku tersebut mencakup materi mengenai tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan.
e.       Laboratorium
Untuk menunjang kegiatan penelitian dan pengkajian, BPTP Jawa Timur memiliki laboratorium dengan standar akreditasi diantaranya:
1)      Laboratorium Tanah
2)      Laboratorium Kultur Jaringan
3)      Laboratorium Hama dan Penyakit
4)      Laboratorium Pasca Panen dan Bengkel Alsintan
5)      Laboratorium Perbenihan
6)      Laboratorium Agronomi
7)      Laboratorium Benih
8)      Laboratorium Analisis Data
9)      Laboratorium Diseminasi
7.      Struktur Organisasi BPTP Jawa Timur
Berdasarkan SK Mentan No. 350/Kpts/OT.210/6/2001 tanggal 14 Juni 2001 tentang reorganisasi dalam lingkup Badan Litbang pertanian, yang diperbaharui dengan peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/OT.1403/3/2006, struktur organisasi BPTP Jawa Timur terdiri dari 2 Eselon IV (Subbag Tata Usaha dan Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian). Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan kearsipan serta rumah tangga. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program, anggaran, pemantauan dan evaluasi serta laporan, penyiapan bahan kerja sama, informasi, dokumentasi dan penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi.
                   
Gambar 7. Bagan struktur organisasi BPTP Jawa Timur
B.     Tinjauan Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur
1.      Gambaran Umum Laboratorium BPTP Jawa Timur
Tugas utama dari laboratorium tanah adalah melayani permintaan analisis dari perguruan tinggi, para peneliti dan instansi pemerintah lainnya serta perusahaan swasta, mahasiswa maupun petani secara perorangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 09/Kpts/TP.260/1/2003, Laboratorium tanah ditunjuk sebagai lembaga untuk melakukan uji mutu pupuk. Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur telah terakreditasi sebagai laboratorium penguji tanah dan pupuk dengan nomor LP-310-IDN, dan menerapkan sistem manejemen mutu berdasarkan ISO/IEC 17025-2005 yang dikeluarkan oleh Komite Akriditasi Nasional (KAN)-Badan Standarisasi Nasional (BSN) yang menggantikan ISO/IEC 17025-2000.
Gambar 8. Demplot untuk contoh hasil penelitian dan pengkajian
BPTP Jawa Timur
2.      Pengendalian Mutu
Sebagai upaya mempertahankan dan meningkatkan kualitas hasil analisis, maka laboratorium ini aktif mengikuti kegiatan Cross Check (CC) yang dikoordinir oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Kegiatan CC ini aktif diikuti juga oleh laboratorium utama yang ada dalam lingkup Badan Litbang Pertanian, Perguruan tinggi, BUMN dan swasta. Kemampuan teknis personal laboratorium ini telah memiliki sertifikat di bidang: Kompetensi manejemen sistem mutu, Audit internal, Kalibrasi internal, Validasi metoda.
3.      Jenis Analisa
Laboratorium tanah BPTP Jawa Timur dapat melakukan pengujian (analisis) terhadap bahan uji (sampel) sebagai berikut:









Tabel 4. Analisis sampel di Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur
No.
Bahan Uji
Parameter
Metode
1
Tanah
a.       Kadar air
b.      pH
c.       Tekstur 3 fraksi
d.      P2O5 dan K2O
·         Potensial
·         Tersedia
e.       C-organik
f.       Nitrogen
g.       Nilai tukar kation K, Na, Ca, Mg
h.      KTK
a.       Oven
b.      Plektometri
c.       Hydrometer
d.       
·         Ekstrak HCl 25%
·         Olsen
e.       Kurmies
f.       Kjeldahl
g.       Perkolasi
h.      Perkoasi
2
Pupuk Urea
Nitrogen
SNI 02-2801-1998 butir 6.1
3
Pupuk NPK Padat
a.       Nitrogen total
b.      P2O5 total
c.       Kalium sebagai K2O (total)
a.       SNI 02-2803-2000 butir 6.1
b.      SNI 02-3769-2005 butir 6.1.1
c.       SNI 02-2803-2000 butir 6.1
4
Pupuk KCl
Kalium sebagai K2O (total)
SNI 02-2803-2000 butir 6.1.3
5
Pupuk SP-36
a.       P2O5 total
b.      P2O5 larut asam sitrat
c.       P2O5 larut air
a.       SNI 02-3769-2005 butir 6.1.1
b.      SNI 02-3769-2005 butir 6.1.2
c.       SNI 02-3769-2005 butir 6.1.3
6
Pupuk Organik
a.       Kadar air
b.      pH
c.       C-organik
d.      Nitrogen
e.       P, K, Na, Ca, Mg, Fe, Zn, Mn, Cu (total)
a.       Oven
b.      Elektrometri
c.       Kurmies
d.      Kjeldahl
e.       Pengabuan Basah dengan HNO3 dan HClO4
7
Jaringan Tanaman
a.       Kadar air
b.      Nitrogen
c.       P, K, Na, Ca, Mg, Fe, An, Mn, Cu (total)
a.       Oven
b.      Kjeldahl
c.       Pengabuan Basah dengan HNO3 dan HClO4
8
Air
a.       pH
b.      K, Na, Ca, Mg, Fe, Zn, Mn, Cu
a.       Elektrometri
b.      SSA
Sumber: BPTP Jawa Timur
Beberapa hasil kegiatan di Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur dapat terlihat sebagai berikut:
Gambar 9. Sampel pupuk organik yang
                  akan dianalisa kadar abu
Gambar 10. Gelas ukur untuk menampung sampel pupuk organik
Gambar 11. Timbangan analitik untuk menimbang sampel pupuk organik
Gambar 12. Penumbukan sampel pupuk
                    organik
Gambar 13. Penyaringan sampel pupuk
                    organik
Gambar 14. Preparasi sampel pupuk
                    organik
Gambar 15. Sampel tanah yang akan
                    dianalisa kadar abu
Gambar 16. Oven untuk pemanasan
                    sampel
Gambar 17. Kompor untuk memanaskan
                    sampel pupuk organik
Gambar 18. Cawan isi untuk
mendinginkan sampel
C.    Pengenalan Alat Laboratorium
Pengetahuan alat laboratorium merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung kegiatan analisis dalam mengumpulkan data atau informasi, terutama data kuantitatif (Laila 2006). Peneliti dalam menggunakan peralatan laboratorium diharapkan memiliki keterampilan, kecermatan, dan ketelitian agar data yang diperoleh akurat. Oleh sebab itu diperlukannya pengenalan mengenai peralatan yang digunakan dalam analisis di laboratorium. Pengenalan alat secara umum mencakup spesifikasi alat, prinsip kerja, dan kegunaan alat (Djoko et al., 2006).
Mahasiswa selama melaksanakan kegiatan magang, diharuskan dapat bekerja secara aseptik, yang merupakan sikap mengutamakan kesterilan dalam kegiatan analisis di laboratorium. Sterilisasi pada saat  bekerja di laboratorium perlu dilaksanakan agar pengaruh kontaminasi dari mikroorganisme yang tidak diinginkan dapat diperkecil, sehingga keberhasilan analisis dapat dicapai.
Kesterilan pengguna, alat dan bahan mutlak dibutuhkan karena mikrobia berukuran sangat kecil, tidak kasat mata, mudah tersebar, dan dapat hidup dimana saja. Kebutuhan akan keadaan yang benar-benar steril dalam penelitian mutlak diperlukan. Steril merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam laboratorium tanah. Dalam melakukan sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agar sterilisasi dapat dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganisme lain yang mengkontaminasi media.
Mahasiswa magang diperkenalkan berbagai macam alat-alat laboratorium dan di beri pemahaman mengenai bagian-bagian yang menyusun alat tersebut serta penggunaannya dan pemanfaatan dari alat tersebut. Masing-masing alat mempunyai cara kerja khusus yang spesifik untuk kegiatan tertentu, sehingga kita bisa mengambil tindakan pemilihan alat yang tepat untuk menunjang kegiatan analisis tanah atau pupuk. Ketika mensterilkan alat-alat laboratorium yang terbuat dari kaca (contoh: pipet klasik, Erlenmeyer, petridish, dll), sterilisasi lebih baik menggunakan oven. Hasil kegiatan pengenalan alat-alat di laboratorium dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Pengenalan Alat-Alat di Laboratorium Tanah
No.
Nama Alat dan Gambar
Kegunaan
1
Tabung aquadest




Menampung aquadest supaya tidak terjadi kontam
2
Lemari asam
Tempat khusus pemanasan larutan yang bersifat asam, sehingga uap yang dihasilkan tidak mengganggu ruangan sekitar
3
LAF (Laminar Air Flow)
16
Berfungsi untuk penerapan bekerja secara aseptis
4
Oven
Sebagai tempat pemanasan sampel. Suhu mencapai 700˚C
5
Gelas ukur

Berfungsi untuk preparasi media-media, menampung aquadest, dll.
6
Timbangan analitik
Menimbang bahan sampel sampai ketelitian 0.1 gram
7
Saringan
Untuk menyaring sampel supaya diperoleh bahan yang halus dan seragam ukurannya
8
Timbangan analitik










Menimbang bahan sampel sampai ketelitian 0.01 gram
9
Botol timbang
Botol timbang terbuat dari kaca sebagai wadah penyimpanan sampel dalam pemanasan di oven
10
Cawan porselen
Berfungsi wadah untuk pembakaran sampel
11
Spatula besi
Untuk mengambil alat yang panas dengan cara dijepit
12
Kompor gas




Sebagai tempat pembakaran sampel
13
Cawan isi
Sebagai pendingin alat yang baru saja dikeluarkan setelah dipanaskan
14
Kuas, tisu dan sendok
Kuas berfungsi membersihkan serpihan/butiran halus sampel yang mencemari dasar timbangan analitik.
Tisu berfungsi untuk membersihkkan wadah atau alat yang telah digunakan untuk sampel sebelumnya.
Sendok berfungsi untuk mengambil sampel.
15
Mortar dan alu
Berfungsi untuk menghancurkan materi cuplikan.
16
Vortex

Berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan.

17
Erlenmeyer


Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan. Dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung aquadest
18
Mikropipet

Berfungsi untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil.
Bagian-bagian :
a.       Thumb Knob
b.      Nozzle
Sumber: Hasil pengamatan
D.    Pupuk cair urin sapi
Sebanyak 56,67% peternak sapi perah membuang limbah ke badan sungai tanpa pengelolaan (Juheini 2004 cit. Huda 2013). Limbah yang dikeluarkan oleh ternak berupa feses, urin, sisa pakan, dan air sisa pembersihan. Pencemaran air sungai tersebut akan menganggu kesehatan warga di sekitar aliran sungai. Upaya pengelolaan limbah ternak sapi menjadi pupuk organik perlu diupayakan untuk mencegah terjadinya pencemaran. Salah satu upaya untuk mengurangi limbah tersebut adalah dengan mengintegrasikan usaha ternak dengan usaha lainnya, yaitu usaha pembuatan pupuk organik sebagai pendukung budidaya tanaman pertanian, sehingga menjadi suatu sistem yang saling sinergis.
Standar kualitas unsur makro pupuk organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.28/SNI/Permentan/OT.140/2/2009 dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6. Standart mutu pupuk organik cair (POC)
Parameter
Persyaratan teknis
Keterangan
C-Organik
>=4%
Kandungan C-organik
N,P,K
<2%
Jika lebih dari 2% diduga sudah mengandung kimia anorganik
Patogen
<102 cfu/g
slamonella harus negatif karena tingkat bahayanya
Mikroba fungsional
-
tingkat keaktifan bakteri
pH
4-8
pH yang terlalu asam/basa tidak baik untuk tanah
Sumber: Huda 2013
Pupuk yang dibuat dari bahan alami itu harus memenuhi berbagai persyaratan, diantaranya :
1.      Zat N atau zat lemasnya harus terdapat dalam bentuk senyawa organik yang dapat dengan mudah diserap oleh tanaman.
2.      Pupuk tersebut tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah.
3.      Pupuk tersebut mempunyai kadar senyawa C organik yang tinggi seperti hidrat arang (Huda 2013).
Penggunaan pupuk cair dianggap lebih memudahkan pekerjaan, karena dalam memupuk terdapat tiga macam keuntungan dalam sekali pekerjaan, yaitu: memupuk tanaman, menyiram tanaman, mampu mengusir hama tanaman.
Perbandingan jumlah unsur hara yang terkandung dalam pupuk cair limbah ternak dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Jumlah unsur hara pada limbah cair ternak
Jenis
N
P
K
Ca
Mn
Na
Fe
Zn
Sapi
0.5
1.0
0.9
1.1
344
0.2
5726
122
Babi
1.7
1.4
0.8
3.8
507
0.2
1692
624
Ayam
2.6
3.1
2.4
12.7
572
07
1758
724
Sumber: Hseih 1987 cit Huda 2013
Pembuatan pupuk organik cair urin sapi yang dilakukan oleh mahasiswa magang terbilang cukup sederhana. Fermentasi urin sapi dilakukan dalam wadah tertutup dan tidak menggunakan aerator. Fermentasi dengan sistem aerator memiliki keuntungan  berupa bau menyengat pada sapi selama proses fermentasi tidak menyengat dibanding hanya disimpan dalam wadah tertutup. Penambahan larutan EM4 berfungsi untuk menambah mikroorganisme perombak yang menguntungkan sehingga proses fermentasi urin sapi dapat berjalan lebih cepat. Urin sapi sebelum fermentasi cenderung memiliki basa kuat sehingga perlu ditambahkan asam kuat (H2SO4 97%) untuk menetralkan urin sapi. Penambahan asam kuat juga berfungsi dalam menambah unsure hara Sulfur pada pupuk cair.
Fermentasi urin sapi dilakukan selama dua minggu. Selama fermentasi, hingga hari ke-6 warna urin sapi cenderung seperti coklat gula jawa dan bau urin sapi yang menusuk dan sangat menyengat. Warna urin sapi berubah setelah hari ke-7 yaitu warna coklat gelap seperti kecap dan bau tidak menusuk tapi masih memiliki aroma urin sapi. Perubahan tersebut sejalan dengan pendapat Kurniadinata (2008 cit. Susetyo 2013) yang menyatakan bahwa, pupuk cair dari urin sapi harus melalui proses fermentasi terlebih dahulu. Pupuk urin sapi dapat digunakan setelah difermentasi selama 7 hari dengan indikator berwarna kehitaman dan bau tidak terlalu menyengat. Hasil kegiatan pembuatan pupuk organik cair urin sapi dapat dilihat dalam tabel 8.
Tabel 8. Pengamatan fermentasi urin sapi sebagai pupuk cair
Hari ke-
Tanggal
Bau
Warna
Gambar
0
Jumat, 21 Agustus 2015
Menusuk, Sangat menyengat, bau urin sapi
Coklat tanah seperti gula jawa
1
Sabtu, 22 Agustus 2015
Menusuk, Sangat menyengat, bau urin sapi
Coklat tanah seperti gula jawa

2
Minggu, 23 Agustus 2015
Menusuk, Sangat menyengat, bau urin sapi
Coklat tanah seperti gula jawa

3
Senin, 24 Agustus 2015
Menusuk, Sangat menyengat, bau urin sapi
Coklat tanah seperti gula jawa
4
Selasa, 25 Agustus 2015
Menusuk, Sangat menyengat, bau urin sapi
Coklat tanah seperti gula jawa
5
Rabu, 26 Agustus 2015
Menusuk, Sangat menyengat, bau urin sapi
Coklat tanah seperti gula jawa
6
Kamis, 27 Agustus 2015
Menusuk, Sangat menyengat, bau urin sapi
Coklat tanah seperti gula jawa

7
Jumat, 28 Agustus 2015
Tidak menusuk, Sangat menyengat, bau urin sapi
Coklat gelap seperti warna kecap
8
Sabtu, 29 Agustus 2015
Tidak menusuk, bau urin sapi
Coklat gelap seperti warna kecap
9
Minggu, 30 Agustus 2015
Tidak menusuk, bau sudah mulai menghilang
Coklat gelap seperti warna kecap

10
Senin, 31 Agustus 2015
Bau sudah mulai menghilang
Coklat gelap seperti warna kecap
11
Selasa, 1 September 2015
Bau sudah mulai menghilang
Coklat gelap seperti warna kecap
12
Rabu, 2 September 2015
Bau sudah mulai menghilang
Coklat gelap seperti warna kecap
13
Kamis, 3 September 2015
Bau sudah mulai menghilang
Coklat gelap seperti warna kecap
14
Jumat, 4 September 2015
Bau sudah mulai menghilang
Coklat gelap seperti warna kecap
Sumber: Hasil pengamatan
Gambar 19. Urin sapi
Gambar 20. H2SO4 dan EM4
                                                                                                                                                                V.           

PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan magang di BPTP Jawa Timur ini adalah sebagai berikut:
1.      Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur mengalami reorganisasi dengan keluarnya SK Menteri terbaru No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, dengan hanya dua unit kerja yang tergabung di dalamnya, yaitu Laboratorium Diseminasi Wonocolo (nama baru dari Balai Informasi Pertanian Wonocolo) dan Kebun Percobaan Mojosari (nama baru dari sub Balai Penelitian Tanaman Pangan Mojosari).
2.      Fasilitas yang terdapat di BPTP Jawa Timur adalah sebagai berikut; Kebun percobaan, UPBS, Klinik agribisnis, Perpustakaan dan Laboratorium.
3.      Struktur organisasi BPTP Jawa Timur berdasarkan peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/OT.1403/3/2006, terdiri dari 2 Eselon IV (Subbag Tata Usaha dan Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian).
4.      Tugas utama dari laboratorium tanah adalah melayani permintaan analisis dari perguruan tinggi, para peneliti dan instansi pemerintah lainnya serta perusahaan swasta, mahasiswa maupun petani secara perorangan
5.      Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 09/Kpts/TP.260/1/2003, Laboratorium tanah BPTP Jawa Timur ditunjuk sebagai lembaga untuk melakukan uji mutu pupuk.
6.      Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur telah terakreditasi sebagai laboratorium penguji tanah dan pupuk dengan nomor LP-310-IDN, dan menerapkan sistem manejemen mutu berdasarkan ISO/IEC 17025-2005 yang dikeluarkan oleh Komite Akriditasi Nasional (KAN)-Badan Standarisasi Nasional (BSN) yang menggantikan ISO/IEC 17025-2000.
7.      Jenis analisa yang dapat dilakukan di laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur adalah sebagai berikut; uji tanah, uji pupuk urea, uji pupuk NPK padat, uji KCl, uji SP-36, uji pupuk organik, uji jaringan tanaman dan uji kualitas air.
8.      Macam-macam alat yang ada di laboratorium ilmu tanah adalah sebagai berikut; tabung aquadest, lemari asam, Laminar air flow (LAF), oven, gelas ukur timbangan analitik, saringan, botol timbang, cawan porselen, spatula besi, kompor gas, cawan isi, vortex, Erlenmeyer, mikropipet, mortar dan alu.
9.     
29
Fermentasi urin sapi dilakukan selama dua minggu. Selama fermentasi, hingga hari ke-6 warna urin sapi cenderung seperti coklat gula jawa dan bau urin sapi yang menusuk dan sangat menyengat. Warna urin sapi berubah setelah hari ke-7 yaitu warna coklat gelap seperti kecap dan bau tidak menusuk tapi masih memiliki aroma urin sapi.
B.     Saran
Saran dari hasil kegiatan magang di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur ini adalah sebagai berikut:
1.      Pembuatan fermentasi pupuk organik cair dari urin sapi sebaiknya menggunakan aerator untuk menghilangkan bau menyengat pada urin sapi sehingga memudahkan dalam pengamatan warna.
2.      Hasil fermentasi urin sapi sebaiknya dianalisis kandungan haranya di laboratorium sehingga dalam pengaplikasian ke tanaman dapat diperkirakan kebutuhan hara tanaman.
3.      Saran terhadap Gugus Magang Fakultas Pertanian UNS adalah menyediakan buku panduan berisi tata cara pelaksanaan magang, format penulisan proposal, laporan individu dan laporan kelompok magang.
4.      Saran terhadap Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah disediakannya informasi megenai alur penerimaan mahasiswa magang, jadwal penelitian tanaman yang akan/sedang berlangsung dan fasilitas laboratorium di website BPTP Jawa Timur untuk memudahkan akses informasi.
5.      Saran terhadap mahasiswa yang akan magang di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah mempersiapkan secara matang mengenai keberlangsungan magang yang akan dilakukan selama sebulan. Adapun hal-hal yang perlu dipastikan adalah: pembimbing lapang di BPTP Jawa Timur, tanaman/kegiatan yang akan diteliti untuk penulisan laporan magang individu dan persiapan teori yang mendukung kegiatan magang sehingga dapat terjadi pertukaran informasi.
















 

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah 2011. Pembuatan pupuk organik cair. BPTP Sulawesi Selatan. http://sulsel.litbang.pertanian.go.id diakses pada 29 Agustus 2015.
Djoko Arisworo, Yusa, Nana Sutresna. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika,       Biologi, Kimia). (online), (http//:books.google.co.id diakses pada 15     November 2013).
Huda M K. 2013. Pembuatan pupuk organik cair dari urin sapi dengan aditif tetes tebu (molasses) metode fermentasi. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: Universitas Negeri Semarang PRESS.
Laila, Khusucida, 2006. Krelasi Antara Pengetahuan Alat Praktikum dengan          Psikomotorik Siswa kelas XII IPA SMAN 11 Semarang. Semarang :        Universitas Negeri Semarang PRESS.
Sudiro et al 2013. Demonstrasi teknologi pembuatan pupuk organik cair dari urin sapi di Kabupaten Sinjai. http://sulsel.litbang.pertanian.go.id  diakses pada 29 Agustus 2015.
Susetyo N A. 2013. Pemanfaatan urin sapi sebagai POC (Pupuk Organik Cair) dengan penambahan akar bambu melalui proses fermentasi dengan waktu yang berbeda. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah: Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/26749/24/NASKAH_PUBLIKASI.pdf diakses pada 29 Agustus 2015.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Perhitungan Nilai Erosi

Contoh soal: Dari hasil penelitian di suatu daerah penelitian, diketahui bahwa daerah penelitian tersebut terbagi menjadi 3 satuan peta lahan (SPL) dengan sifat-sifat   sbb: Sifat tanah SPL 1 SPL 2 SPL 3 Pasir (%) 35 40 45 Pasir sgt halus(%) 15 20 20 Debu (%) 40 30 25 Lempung (%) 10 10 10 BO (%) 5 (rendah) 6 (rendah) 4 (rendah) Permeabilitas (cm/jam) 35 (kode 1) 10 (kode 3) 20 (kode 2) Struktur Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Granuler halus (kode 2) Panjang Lereng rata-rata (m) 20 18 17 Kemiringan Lereng rata-rata(%) 24 13 15 Penggunaan lahan Pinus Kentang

Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air

HALAMAN PENGESAHAN             Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini telah diselesaikan dan disahkan Disusun Oleh: NINING RAHAYU    H0 7121 38 KELOMPOK 10 Konservasi Tanah dan Air AT-5B Telah dinyatakan memenuhi syarat dan disahkan Pada tangga l : ___________________ Menyetujui,      Dosen Pembimbing           Dr. Ir. Jaka Suyana, M.Si.          NIP. 196408121988031002 Co -Assisten Arwa Farida L NIM H 0711018 KATA PENGANTAR Puji syukur pen yusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun. Laporan praktikum Konservasi Tanah dan Air ini dibuat bertujuan untuk melengkapi nilai mata kuliah Konservasi Tanah dan Air, serta untuk menambah pengetahuan tentang Konservasi Tanah dan Air. Dalam penyusunan laporan

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

                                                                            ACARA I STERILISASI ALAT, PEMBUATAN LARUTAN STOK DAN PEMBUATAN MEDIA A.     Pendahuluan 1.       Latar Belakang             Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode atau teknik mengisolasi bagian tanaman (protplasma, sel, jaringan, dan organ) dan menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam ruang yang terkontrol sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan mengandung dua prinsip yaitu bahan tanam yang bersifat totipotensi dan budidaya yang terkendali. Penggunaan bahan totipotensi saja tidak cukup mendukung keberhasilan kegiatan dalam kultur jaringan, keadaan media tanam, lingkungan tumbuh (kelembaban, temperatur dan cahaya) serta sterilitas mutlak harus terjamin.              Salah satu pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adal